BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tanah adalah
lapisan-lapisan yang tersusn dari beberapa komponen bahan utama yaitu mineral,
air, udara dan bahan organik. Tanah
merupakan lapisan nisti di dalam permukaan kulit bumi. Pembentukan tanah dari permukaan bumi mulai
dari proses-proses pemecahan atau penghancuran bahan induk secara
berkeping-keping. Disetiap tanah
memiliki sifat yang khas yang akan dipakai dalam klasifikasi dan penjarangan
tanah yang sangat menfaatnya dalam menentukan pendapat tentang tanah dan
sifat-sifat tanah.
Manfaat tanah yang
lainnya yaitu sebagai sumber penghidupan manusia. Di lapangan tanah diperkenalkan denngan
mengamati dan menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Urutan-urutan horizon tanah merupakan
pengertian dari profil. Tanah merupakan
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat untuk
berkembanngnya perakaran penampang tegaknya suatu tumbuhan.
Setiap profil tanah mempunyai susunan lapisan-lapisan horizon yang berbeda-beda. hal ini tergantung dari tingkat perkembangan tanah tempat profil berada dan proses podogenesis yang terjadi di dalam tanah tersebut. batas bawah suatu tanah sulit untuk ditentukan. Tanah berbentuk berlapis-lapis di atas batuan terkosulidasi sebagai akibat terinteraksi dari bahan induk.
Setiap profil tanah mempunyai susunan lapisan-lapisan horizon yang berbeda-beda. hal ini tergantung dari tingkat perkembangan tanah tempat profil berada dan proses podogenesis yang terjadi di dalam tanah tersebut. batas bawah suatu tanah sulit untuk ditentukan. Tanah berbentuk berlapis-lapis di atas batuan terkosulidasi sebagai akibat terinteraksi dari bahan induk.
Profil tanah
dipelajari dengan menggali tanag dengan dinding lubang vertikal ke dalam
lapisan yang lebih bawah. Dengan mengetahui lapisan-lapisan di dalam tanah, secara
tidak langsung kita dapat mengetahui kandungan yang berda di dalam tanah,
sehingga kita dapat mengetahui kedalaman yang tepat untuk pertumbuhan tanaman.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum ini sebagai berikut:
1. Mengetahui
profil tanah yang termasuk ke tanah subur.
2. Mengetahui
cara menentukan profil tanah.
3. Mengetahui
lapisan-lapisan yang menyusun suatu profil tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Profil tanah merupakan suatu irisan
melintang pada tubuh alam, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran
panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena
gaya-gaya alam (Natural Forses) terhadap proses pembentukan mineral. Pembentukan dan pelapukan bahan-bahan organik
pertukaran ion-ion dan pencucian bahan-bahan koloid (Purwowidodo,1991)
Pembentukan lapisan atau perkembangan
horizon dapat membangun tubuh alam yang disebut tanah. Tiap tanah dicirikan oleh susunan horizon
tertentu. Secara umum dapat disebut bahwa setiap profil tanah terdiri dua atau
lebih horison utama. Tiap horizon dapat
dibedakan berdasarkan warna tekstur dan strukturnya (Suwarno, 2013)
Hasil pelapukan batu-batuan yang bercamput
dengan sisa batuan dari organisme yang hidup di atasnya. Selain itu terdapat pula udara dan air di
dalam tanah. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah
sehingga tidak meresap di tempat lain. Disamping
itu, pencampuran bahan oganik di dalam proses pembentukan tanah
(Kartasapoetra,1985)
Solum tanah merupakan bagian dari profil
tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah. Horizon-horizon yang diberi simbol adalah
horizon genetik yaitu lapisan-lapisan di
dalam tubuh tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan
terbentuk sebagai hasil dari proses pembentukan tanah (Hardjowigeno,1985)
Secara umum, profil tanah merupakan
penampang melintang tanah yang menampakkan lapisan-lapisan tanah (horizon). Profil tanah ialah irisan vertikal tanah dari
lapisan-lapisan atas hingga kebatuan induk. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang
pada tubuh tanah, dibuat dengan cara menggali lubang sesuai dengan keadaan
tanah. Untuk keperluan genesa tanah pada oksisol yang solumnya tebal
profil dibuat dengan ukuran 3-3.5 m pada saat ini . profil tanah lengkap akan
menampilkan beberapa lapisan pembentuk tanah. Lapisan-lapisan tersebut
terbentuk akibat pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air dan proses
pembentukan tanah. Proses pembentukan
horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru, yang disebut tanah.
Penampang vertikal dari tanah yang
menunjukkan susunan horizon tanah disebut profil tanah atau identifikasi tanah
(Foth,1984).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan
dan Alat
Adapun bahan yang
digunakan yaitu tanah dan air.
Sedangkan alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah bor tanah, cangkul, garpu tanag,
linggis skop, meteran rol baja, alumunium, pita atau ban, penusuk (pin), buku
munsell soil color chart, pengukur pH tanah di lapang, penetrometer, loupe,
palu geologi dan pisau.
3.1 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilaukan
dalam peristiwa ini :
Penampang
tanah yang akan diamati harus dibersihkan
Semua alat
dan perkakas dibersihkan
⬇
Jika lubang
beras, harus dibuang yang supaya pemukaannya tetap rendah
⬇
Jangan
dilakukan pengamatan saat waktu hujan, atau pada waktu cahaya matahari sudah
atau asih lemah (pagi/sorehan)
⬇
Bila keadaan tanah
sedang kering, sebaiknya penampangdibuat lembab dengan penyemprotan menggunakan
air
⬇
Hasil
B. Tahap
Pengamatan Penampang Tanah
Dilakukan orientasi pada seluruh penampang tanah dan
diperhatikan adanya perbedaan-perbedaan sifat tanah dalam setiap lapisan tanah
⬇
Tanah diremas pada bagian tangan kiri
⬇
Ditarik batas berdasarkan perbedaan-perbedaan yang
dirasakan dan dilihat. Jika warna dan tekstur sama, maka perbedaan tekstur,
konsistensi, kandungan bahan kasar digunakan sebagai dasar penarikan batas
lapisan
⬇
Meteran dipasang, sehingga bisa diketahui kedalaman
dan ketebalan setiap lapisan dan diberi nomor
⬇
Dilakukan deskripsi dan pencatatan hasil deskripsi
⬇
Hasil
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Dari
pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Profil
1
No
|
Pengamatan
|
Lapisan
|
||
L1
|
L2
|
L3
|
||
1
|
Dalam
Lapisan (cm)
|
0-21 cm
|
21-64 cm
|
64-119 cm
|
2
|
Batas
Lapisan
|
Berangsur
|
Berbaur
|
Berbaur
|
|
Batas
Topografi
|
Cenderung rata
|
Cenderung rata
|
Cenderung rata
|
3
|
Warna
Munsel
|
|
|
|
|
Matrik
|
2,5 YR 4/10 (red)
|
2,5 YR 4/8(red)
|
5 YR 6/8(reddish yellow)
|
4
|
Tekstur
|
Debu
|
Liat
Berlempung
|
Liat
Lempung
|
5
|
Kandungan
Bahan Kasar
|
-
|
-
|
Fe
& Ca
|
6
|
Struktur
|
Remah
Kasar
|
Gumpalan
sudut
|
Gumpulan
sudut
|
7
|
Ripening
|
Matang
|
Agak
matang
|
Belum
matang
|
8
|
Konsistensi
|
|
|
|
|
Kelekatan
|
Agak
lekat
|
Lekat
|
Agak
lekat
|
|
Plastisitas
|
Tidak
plastis
|
Agak
plastis
|
Plastis
|
Kedalaman
efektif 80 cm
|
||||
Kedalaman
Solum >119 cm
|
Profil
2
No
|
Pengamatan
|
Lapisan
|
||||
L1
|
L2
|
L3
|
L4
|
L5
|
||
1
|
Dalam
Lapisan
|
0-14
|
14-30
|
30-75
|
75-114
|
114-130
|
2
|
Batas
Lapisan
|
Tiba-tiba
|
berangsur
|
berangsur
|
berangsur
|
Berangsur
|
|
Batas
Topografi
|
Cenderung rata
|
Cenderung rata
|
Cenderung rata
|
Cenderung rata
|
Cenderung rata
|
3
|
Warna
munsel
|
|
|
|
|
|
|
Matrix
|
10 R 25/1
|
10 R 4/4
|
10 R 4/3
|
10 R 4/6
|
10 R 4/8
|
|
|
Dark red
|
Weak red
|
Weak red
|
red
|
Red
|
|
Karatan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Tekstur
|
Pasir berlempung
|
Lempung berpasir
|
lempung
|
Lempung berdebu
|
Lempung liat berdebu
|
5
|
Kandungan
Bahan Kasar
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Struktur
|
Remah kasar
|
granular
|
Remah kasar
|
granular
|
Granular
|
7
|
Ripening
|
Sudah matang
|
Agak matang
|
Agak matang
|
Belum matang
|
Belum matang
|
8
|
Konsistensi
|
|
|
|
|
|
|
Kelekatan
|
Agak lekat
|
Tidak lekat
|
Tidak lekat
|
Tidak lekat
|
Tidak lekat
|
|
plastisitas
|
Plastis
|
Agak plastis
|
plastis
|
plastis
|
Plastis
|
Kedalaman
Efektif 0-130 cm
|
||||||
Kedalaman
Solum >130 cm
|
4.2 Pembahasan
Setelah dilakkan praktikum didapat
hasil pengamatan di lahan pengamatan yaitu bertempat di dekat rawa, lahan yang
ditumbuhi ilalang, dan ada tanaman budi daya juga yaitu tanaman pisang.
Pada profil 1 didapat data yaitu
kedalaman lapisan 1 0-21 cm, kedalaman lapisan 2 21-64 cm dan kedalaman lapisan
3 64-119 cm. Batas lapisan 1 berangsur,
untuk lapisan 2 berbaur dan lapisan 3 pun berbaur juga. Batas topografi lapisan 1,2 dan 3 yaitu cenderung
rata. Hasil tekstur di lapisan 1 yaitu
debu, dan tekstur lapisan 2 dan 3 yaitu berliat. Konsistensi lapisan 1 dan 3 yaitu agak lekat
sedangkan konsisiten lapisan 2 yaitu lekat dan konsisten keplastisan lapisan
tanah 1 tidak plastisitas, lapisan kedua
agak plastisitas dan lapisan 3 yaitu plastisitas. Sehingga di dapat
kedalaman efektif pada profil 1 sedalam 80 cm dan kedalaman solum >119cm.
Sedangkan pada profil 2 diperoleh
data pengamatan ada 5 lapisan tanah pada kedalaman antara 130 cm. Untuk lapisan tanah 1 kedalamannya 0-14 cm,
kedalaman lapisan2 14-30 cm, lapisan tanah ke 3 30-75 cm, lapisan tanah 4
75-114cm dan terjadi secra berangsur. Sedangkan
batasan topografi dari ke 5 lapisan tanah adalah cenderung rata.
Tekstur tanah pada lapisan 1 pasir berlempung,
lapisan tanah 2 lempung berdebu, lapisan tanah 3 lempung, lapisan tanah 4 pasir
berlempung dan lapisan tanah 5 yaitu lempung liat berdebu. Konsistensi kelekatan lapisan tanah 1 dan 5
yaitu agak lekat, sedangkan lapisan tanah 2,3 dan 4 yaitu tidak lekat. Plastisitas lapisan tanah 1,3,4 dan 5 yaitu
plastisitas sedangkan lapisan tanah 2 yaitu agak plastisitas. Dari data ini sehingga di dapat kedalaman
efektif pada profil 2 yaitu antara 0-130 cm dan kedalaman solumnya yaitu
>130 cm.
Dari data yang diperoleh ternyata
profol 1 mempunyai sedikit lapisan daripada profil 2.pada umumnya kedua profil
memiliki batas topografi sama yaitu cenderung rata.
Setiap lapisan mempunyai repening
dengan tiga tingkatan dan yang paling rendah tingkatannya adalah pada profil 1.
Antara profil 1 dan profil 2 mempunyai kedalaman yang berbeda pada profil 1
kedalaman efektifnya sedalam 80 cm dan kedalaman solumnya lebih dari 119 cm. Sedangkan pada profil 2 kedalaman efektifnya
yaitu antara 0-130 cm dan kedalaman solumnya adalah lebih dari 130 cm.
Data ini didapat dengan melakukan
pengamatan pada profil tanah 1 dan profil tanah 2 yaitu bertempat di dekat rawa
dan disekitar tanaman budidaya yaitu tanaman pisang, dan lubang dibuat
disekitar semak-semak ilalang. Data ini
di dapat dengan prosedur kerja yaitu dengan membasahi tanah agar lembab dan
agar mudah untuk membedakan lapisan 1 lapisan lainnya. Setelah itu barulah
menentukan lapisan tanah, batasan lapisan, tekstur tanahnya, konsistensi
kelekatannya, menentukan warna tanahnya dan menentukan plastisitasnya pada
profil tanah 1 dan profil tanah 2. Dan
setelah ditentukan semua berulah didapat data tersebut.
Proses pembentukan tanah dimulai dari
proses pelapukan fisika, kimia, batu-batuan hancur menjadi fragman yang kecil-kecil
menjadi bahan induk yang disebut regolith, selanjutnya diikuti oleh proses
pencampuran bahan organik dan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan
struktur, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas kebagian bawah dan
berbagai proses lain yang dapat menghasilkan profil tanah. Profil tanah merupakan penampang vertikal dari
tanah yang menunjukkan susunan horizon (Foth,1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pembentukan tanah yaitu:
1.
Iklim
Iklim
adalah rata-rata cuaca semua energi untuk membentuk tanah, energi datang dari
matahari berupa hancuran secara radioaktif yang menghasilkan gaya dan panas. Iklim berpengaruh dalam pembentukan tanah pada
presipitasi dan temperatur. Iklim juga
mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak langsung yang menentukan vegetasi
alami.
Meningkatnya pelapukan dan
kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata temperatur tanah. Akibat langsung dari gerakan angin terhadap
pembentukan tanah yaitu berupa erosi angin dan secara tidak langsung berupa
pemindahan panas, komponen iklim yang utama yaitu:
a. Curah hujan
Pada umumnya semakin banyak curah
hujan maka kemasaman tanah semakin tinggi atau pH tanah semakin rendah, karena
banyak unsur-unsur logam misalnya Na, Ca, Mg dan K. Dan sebaliknya semakin rendah curah hujan maka
semakin rendah tingkat kemasaman atau pH tanah semakin tinggi.
b. Suhu (Temperatur)
Suhu sangat berpengaruh bagi proses
pembentukan tanah meliputi evapotranspirasi yang meliputi gerak air di dalam
tanah, juga meliputi reaksi kimia apabila suhu semakin besar, maka semakin
cepat pula terjadi reaksi kimia yang berlangsung.
2.Makhluk Hidup
Semua
makhluk hidup baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, mempunyai pengaruh
terhadap pembentukan tanah. Diantara
makhluk hidup yang paling berpengaruh adalah vegetasi, karena jumlahnya banyak
dan berkedudukan dalam waktu yang lama. Sedangkan hewan dan manusia berpengaruh
tidak langsung dari vegetasi. Jasad renik di dalam tanah mempunyai peran dalam
proses penguraian bahan organik menjadi unsur hara yang dapat diserap dalam
proses penguraian humus.
3.Topografi
Topografi
alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air
lebih kecil dari pada tanah yang berombak. Topografi miring dapat memperlancar proses
erosi air sehingga membatasi solum tanah. Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu
yang lama atau sepanjang tahun. Topografi
mempengruhi kecepatan perpindahan tanah
oleh erosi. Dan mengarahkan gerakan
bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah yang satu kedaerah yang
lain.
4. Bahan
Induk
Dalam
proses pembentukan tanah juga terdapat bahan induk tersebut bersumber dari
batuan dan bahan organik. Batuan akan
hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi
tanah.Tanah yang terdapat dipermukaan
bumi, sebagian memperliahatkan sifat yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah
bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca
akan membentuk tanah, dengan kadar Ca yang banyak, sehingga dapat menghindari
pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna
kelabu.
5. Waktu
Lamanya
bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanh, merupakan peranan penting
dalam melakukan dan menentukan jenis-jenis tanah terbentuk. Didaerah beriklim tropik, pembentukan tanah
dari bahan induk abu gunung berupa belerang berlangsung cepat, sehingga dalam
waktu empat belas tahun sudah terbentuk tanah yang cukup subur.
Kedalaman
efektif tanah adalah suatu kedalaman yang diukur dari permukaan tanah sample
pada lapisan kadar air, yakni lapisan pasir, krikil, bata dan lignit. Kedalaman efektif sangat ditentukan dari
tingkat pelapukan humus yang ada di permukaan dan jenis batuan induk yang
melapuk menjadi soil. Sedangkan
kedalaman solum tanah bervariasi antara 5 cm-10 cm (Sarwono,1993).
Pada
kedalaman contoh profil 1 kedalaman efektifnya adalah 80 cm, sedangkan pada
contoh profil 2 antara 0-130 cm. Pada profil 1 kedalaman solumnya >119cm dan
profil 2 adalah >130 cm. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada contoh profil kedua kedalaman efektif
maupun kedalaman solumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan contoh profil
1.
Karat
adalah lapisan merah kekuning-kuningan yang berada dilapisan tanah terjadi 2
reaksi antara zat oksidasi logam dengan zat asam yang terdapat di udara dengan
proses degradasi atau deteorisasi perusakan materral yang terjadi disebabkan
oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.
Plintit
yaitu suatu campuran oksidasi besi dan alumunium, liat, kuarsa, dan benda
terlarut lain, tidak terinduksi yang umumnya berbentuk bercak merah dan umunya
tersusun dalam pola pipih, poligon atau reticulate. Plintit akan berubah secara irreversible
menjadi cerdas dan keras atau menjadi agregat yang tidak beraturan pada kondisi
basah kering yang berulang-ulang. Batas
terbawah yang mengandung plintit biasanya kabur atau berangsur tetapi dapat
juga tegas apabila terjadi perubahan tekstur yang tajam (Sutedjo,2010).
Krokos
adalah batuan yang keras yang sulit ditembus oleh akar pada tanaman. Pada
contoh profil tanah 1 terdapat plintit.
Pengambilan
contoh tanah merupakan tahap terpenting didalam program uji tanah. Contoh tanah untuk uji tanah sebaiknya
menggunakan contoh komposit yaitu contoh tanah campuran dari contoh-contoh
tanah individu. Contoh tanah komposit
harus mewakili bentuk lahan yang akan digunakan untuk tujuan pertanian. Satu
contoh komposit mewakili hamparan yang
homogen 10 Ha. Untuk lahan miring atau bergelombong contoh tanah
komposit terdiri dari campuran 10-15 contoh tanah individu. Hamparan tanah yang
homogen tidak mencirikan perbedaan-perbedaan yang nyata , antara lain warna
tanah dan pertumbuhan tanaman kelihatan sama. Contoh tanah komposit diambil pada tanag yang
homogen dan dominan pada suatu hamparan (Sutedjo,2010).
Cara
pengambilan contoh sampel tanah selain komposit yaitu:
a. Sample
sesaat (grap sample)
Sample yang diambil secara langsung dari bahan tanah yang sedang dipantau. Sample ini hanya menggambarkan karakteristik pada saat pengambilan sample. Kelebihan cara ini adalah mudah dan hemat waktu dan peralatan. Namun kelemahannya adalah kurang akurat.
b. Sample gabungan tempat (Integrat sample)
Sampel yang digabung dengan pengambilan secara terpisah dari beberapa tempat, dengan volume yang sama. Cara ini hampir sama dengan metode komposit. Perbedaannya yaitu waktu pengambilan hanya satu kali. Kelebihannya adalah menghemat waktu. Sedangkan kelembabannya adalah kurang akurat bila dibandingkan dengan cara komposit.
c. Automatic Sample (Pengambilan Tanah Otomatis)
Cara ini dikembangkan untuk memenuhi program pengamatan kualitas sample secara menyeluruh. Alat untuk pengampbilan tanah otomatis biasanya bekerja dalam waktu 24 jam. Pengambilan contoh tanah secara otomatis hanya dilakukan jika ingin mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-menerus. Pengambilan dari kelebihan ceria ini adalah lebih akurat dan mudah, sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan alat yang canggih, waktu yang lama dan keahliannya yang khusus (Sutedjo, 1991).
Sample yang diambil secara langsung dari bahan tanah yang sedang dipantau. Sample ini hanya menggambarkan karakteristik pada saat pengambilan sample. Kelebihan cara ini adalah mudah dan hemat waktu dan peralatan. Namun kelemahannya adalah kurang akurat.
b. Sample gabungan tempat (Integrat sample)
Sampel yang digabung dengan pengambilan secara terpisah dari beberapa tempat, dengan volume yang sama. Cara ini hampir sama dengan metode komposit. Perbedaannya yaitu waktu pengambilan hanya satu kali. Kelebihannya adalah menghemat waktu. Sedangkan kelembabannya adalah kurang akurat bila dibandingkan dengan cara komposit.
c. Automatic Sample (Pengambilan Tanah Otomatis)
Cara ini dikembangkan untuk memenuhi program pengamatan kualitas sample secara menyeluruh. Alat untuk pengampbilan tanah otomatis biasanya bekerja dalam waktu 24 jam. Pengambilan contoh tanah secara otomatis hanya dilakukan jika ingin mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-menerus. Pengambilan dari kelebihan ceria ini adalah lebih akurat dan mudah, sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan alat yang canggih, waktu yang lama dan keahliannya yang khusus (Sutedjo, 1991).
Selain
yang telah disebutkan terdapat contoh pengambilan contoh tanah yaitu:
- Contoh tanah tidak terusik yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi atau berat volume, ukuran pori dan permeabilitas.
- Contoh tanah dalam keadaan agregat tidak terusik yang diperlukan untuk penetapan agregat dan derajat kemantapan agregat.
- Contoh tanah terusik yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, kenaikan kapiler dan indek pertahanan (Hardjowigeno,1985).
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
sebagai berikut:
- Kedalaman efektif pada profil tanah 1 sedalam 80 cm dengan kedalaman solum >119 cm.
- Kedalaman efektif pada profil tanah 2 sedalam antara 0-130 cm dengan kedalaman solum >130 cm.
- Cara pengambilan tanah dibagi menjadi cara pengambilan contoh tanah komposit dan cara pengambilan contoh tanah selain komposit.
- Faktor pembentukan tanah antara lain iklim, makhluk hidup, bahan induk, topografi dan waktu.
- Profil 1 memiliki sedikit lapisan dari pada profil 2.
- Pada profil tanah 1 maupun profil tanah 2 tidak ditemukan kandungan karat maupun krokos.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.tugasonline.net/search/label/Agroteknologi
Foth, H.B.1984. Ilmu Tanah.Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Foth, H.B.1984. Ilmu Tanah.Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno.
1985. Ilmu Tanah. Akademik Presindo. Jakarta.
Kartasapoetra.
1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rieneka Cipta.
Jakarta.
Purwowidodo.
1991. Genesa Tanah. Rajawali. Jakarta.
Sarwono.
1993. Klasifikasi Tanah dan Patogenesis. Akademika Persindo. Jakarta.
Sutedjo.
1991. Pengantar Ilmu Tanah. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutedjo
Mulyani, MM. 2010. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Rineka
Cipta. Jakarta
LAPORAN DASAR-DASAR ILMU TANAH - PENGAMATAN PROFIL TANAH LENGKAP
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
September 25, 2017
Rating:
No comments:
Post a Comment