MAKALAH TENTANG PANTUN YANG BENAR BAHASA INDONESIA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................  ii
DAFTAR ISI ................................................................................ iii
BAB  I PENDAHULUAN...............................................................1
  1. Latar Belakang...........................................................1
  2. Rumusan Masalah.....................................................1
  3. Tujuan........................................................................1
  4. Metode ......................................................................1
BAB II  PEMBAHASAN................................................................2
  1. Pengertian Puisi ........................................................2
  2. Jenis Puisi .................................................................3
  3. Pantun .......................................................................3
  4. Ciri-Ciri Pantun ..........................................................4
  5. Macam-macam pantun...............................................5
  6. Pantun Pengiring Lagu ............................................  6
  7. Perkembangan Pantun ..............................................7
BAB III PENUTUP  ......................................................................9
  1. Kesimpulan,................................................................9
  2. Daftar Pustaka .........................................................10

  BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar belakang

Di dalam makalah ini kami membahas mengenai pantun, sebagaimana telah kita ketahui pantun termasuk karya sastra puisi lama.  Pantun sering kita dengar di mana saja, dalam percakapan, acara-acara penting, kegiatan sehari-sehari, bahkan sering kita di radio ada acara yang mengkhususkan untuk berpantun. Pantun kerap kali kita ketahui hanya sastra lisan semata, tetapi perlu diketahui bahwa pantun kini terdapat pantun tertulis, pantun yang ditulis, dikumpulkan, dan dipublikasikan secara luas, tetapi pantun juga harus dibacakan secara lisan agar terlihat nilai estetika yang terkandung di dalamnya.

2. Rumusan Masalah

  1. Apa saja yang dimaksud puisi dan lama?
  2. Apa pengertian pantun?
  3. Apa saja jenis-jenis pantun yang telah berkembang?

3. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Apresiasi dan Kreasi Sastra dan memberikan pengetahuan kepada pembaca agar mengetahui mengenai pantun dengan baik dan benar.

4. Metode

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode studi pustaka dari berbagai sumber buku yang sesuai dengan materi yang saya bahas.

BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Puisi

Hampir dalam setiap bahasa daerah di Indonesia dikenal jenis karya sastra berbentuk puisi yang sudah mempunyai ikatan metric tertentu sehingga dapat dinyanyikan menurut pola lagu yang sudah dikenal baik dalam masyarakat. Karya-karya demikian penuh dengan keajaiban, kesaktian, nasihat, dan petuah ditulis dengan bahasa tinggi yang sering merupakan klise, sehingga sudah dikenal dan dihapal oleh para pengemarnya.[1]
Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan sang pencipta, melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh, dalam bentuk teks yang dinamakan puisi. M.Atar Semi mengutip beberapa pendapat ahli sastra tentang pengertian puisi: a) Willia Worsworth: poetry is the best word in the best order (puisi adalah kata-kata yang terbaik dalam sususan yang terbaik); b) Leight Hunt: poetry is imaginative passion (puisi adalah luapan perasaan yang imajinatif); c) Mathew Arnold: poetry is critism of life (puisi merupakan kritik kehidupan); d) Herbert Read: poetry is intuitive, imajinative, and synthetic(puisi bersifat intuitif, imajinatif, dan sintetik)
Di balik kata-katanya yang ekonomis, padat, dan oadu tersebut puisi berisi potret kehidupan manusia. Puisi menyuguhkan persoalan-persoalan kehidupan manusia juga manusia dalam hubungannya dengan alam, dan Tuhan sang pencipta. Masalah kehidupan yang disuguhkan penyair dalam puisinya tentu saja bukan sekedar refleksi realitas penafsiran, kehidupan, rasa simpati kepada kemanusiaan, renungan mengenai penderitaan manusia dan alam sekitar) melainkan juga enderung mengekspresikan hasil renungan penyair tentang dunia metafisis, gagasan-gagasan baru ataupun sesuatu yang belum terbayangkan dan terpikirkan oleh pembaca, sehingga puisi sering dianggap mengandung suatu misteri.
  • Jenis Puisi
Jenis puisi dalam sastra Indonesia dikenal ada puisi lama (tradisional), puisi baru (modern), dan puisi kontemporer. Jenis puisi lama seperti: bidal, pantun, syair, gurindam, talibun, seloka, karmina (pantun kilat). Jenis puisi baru seperti: epik, balada, soneta, ode, elegy, epigram, satire, romanis, dan puisi-puisi berdasarkan jumlah baris seperti distikon, terzina, kuatern, kuint, sekstet, septima, stanza, soneta.[2]
  • Pantun
Tradisi lisan di mana pun, merupakan asal muasal puisi modern. Bahkan cukup aman untuk mengatakan bahwa pada dasarnya puisi modern pun yang ditulis berdasarkan prinsip keberaksaraan, memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan prinsip kelisanan. Piranti puisi seperti rima, irama, pengulangan, aliterasi, asonansi, dan kesejajaran menunjukkan membuktikan bahwa puisi tulis dan cetak memang harus “dilisankan” untuk mendapatkan keindahan dan maknanya meskipun tentu kita tidak perlu melisankan secara keras, tetapi cukup dalam pikiran kita. Dalam perkembangan puisi kita pengembangan berbagai jenis tradisi lisan itu masih nampak sampai sekarang, seperti yang tampak dalam penggunaan bentuk-bentuk pantun dan mantra. Pantun dan mantra merupakan bentuk tradisi lisan kita yang boleh dikatakan “asli”, meskipun istilah itu bisa saja dimasalahkan.[3]
Pantun merupakan satu di antara sekian banyak genre kesusastraan yang lahir dan berkembang di nusantara. Pada mulanya, istilah pantun ini berasal dari bahasa Minangkabau “patuntun” yang berarti penuntun. Namun ternyata, istilah pantun ini pun dikenal juga di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Batak, dan Melayu.
Dalam masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan istilah “parikan.” Dalam masyarakat Sunda dikenal dengan sebutan “paparikan”. Sementara masyarakat Batak mengenal pantun dengan istilah “umpasa” (dibaca uppasa). Masih tentang pantun, dalam bahasa Melayu, pantun dikenal dengan istilah “quatrain”.
Pantun adalah sebuah karya sastra lama yang terikat oleh aturan jumlah bait, baris, dan rima akhir. Pantun digunakan untuk mencurahkan isi hati seseorang.

2. Ciri-Ciri Pantun:

  1. Satu bait terdiri dari 4 baris atau larik
  2. Tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
  3. baris kesatu dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi atau maksud, dan
  4. Rima atau sajak akhir a – b – a – b
Surabaya berupa-rupa
Sapu tangan jatuh di lumpur
Hendak lupa tak dapat lupa
Lupa sebentar di waktu tidur[4]
Kapal belayar dari Belawan
Berlabuh tentang Pulau Tujuh
Kalau terkenang kepada tuan
Hati di dalam hancur luluh[5]
Dalam pantun selalu ada dua dimensi yaitu pertama yang disebut sampiran. Konvensi mengatakan bahwa tidak ada yang sungguh-sungguh dengan sampiran. Sampiran semata-mata diciptakan sebagai pengantar menuju isi yang sebenarnya dalam dua larik berikutnya. Bila kita berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia hal yang sama ditegaskan lagi di sana ketika tentang sampiran dikatakannya sebagai berikut: “Paruh pertama pada pantun, yaitu baris kesatu dan kedua berupa kalimat-kalimat yang biasanya hanya merupakan persediaan bunyi kata untuk disamakan dengan bunyi kata pada isi pantun (biasanya kalimat-kalimat pada sampiran tak ada hubungan makna dengan kalimat-kalimat pada bagian isi)”.[6]

3. Macam-macam pantun

Pantun banyak macamnya, pantun nasihat, orang tua, anak-anak, bahkan muda-mudi. Isi dari pantun menerangkan maksud dan tujuan kepada si pendengar. Di bawah ini beberapa contoh pantun:
  1. PANTUN ANAK-ANAK
    Contoh :
    Elok rupanya si kumbang jati
    Dibawa itik pulang petang
    Tidak terkata besar hati
    Melihat ibu sudah datang
  2. PANTUN ORANG MUDA
    Contoh :
Ikan duyung di laut biru
Ikan impian dalam kenangan
Ada kabar adinda rindu
Lewat laut pun kanda berenang
  1. PANTUN ORANG TUA
    Contoh :
    Asam kandis asam gelugur
    Kedua asam riang-riang
    Menangis mayat di pintu kubur
    Teringat badan tidak sembahyang
  2. PANTUN JENAKA
    Contoh :
    Elok rupanya pohon belimbing
    Tumbuh dekat pohon mangga
    Elok rupanya berbini sumbing
    Biar marah tertawa juga
  3. PANTUN TEKA-TEKI
    Contoh :
    Kalau puan, puan cemara
    Ambil gelas di dalam peti
    Kalau tuan bijak laksana
    Binatang apa tanduk di kaki
  4. PANTUN AGAMA
Misi gereja di hari minggu
Sembahyang di mesjid hari jumat
Manusia pasti bersatu
Kalau Tuhan member rahmat
  1. Pantun Pengiring Lagu
Pantun dapat digunakan dalam nyanyian, diantaranya adalah:
Ayam jago jangan diadu
Kalau diadu jenggernya merah
Baju ijo jangan diganggu
Kalau diganggu yang punya marah
Jalan-jalan ke kota Paris
Lihat gedung berbaris-baris
Saya cinta sama si kumis
Orangnya ganteng sangat romantis[7]
  1. Pantun telah mengalami berbagai macam perkembangan hingga tercipta bentukan baru dari pantun, seperti karmina, seloka(pantun berkait) dan talibun. Karmina merupakan bentukan atau versi baru dari pantun yang lebih ringkas karena hanya terdiri atas 2 baris, sedangkan talibun adalah versi panjang dari pantun yang terdiri atas 6 baris atau lebih. Namun seloka, talibun, dan karmina bukan pantun tetapi tetapi termasuk ke dalam puisi lama seperti halnya pantun.
  1. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
CIRI-CIRI SELOKA:
  1. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
  2. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga dan  seterusnya
    Contoh :
    Lurus jalan ke Payakumbuh,
    Kayu jati bertimbal jalan
    Di mana hati tak kan rusuh,
    Ibu mati bapak berjalan
    Kayu jati bertimbal jalan,
    Turun angin patahlah dahan
    Ibu mati bapak berjalan,
    Ke mana untung diserahkan
  3. TALIBUN
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
–          Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
–          Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
  1. PANTUN KILAT ( KARMINA )
    CIRI-CIRINYA :
  2. Setiap bait terdiri dari 2 baris
  3. Baris pertama merupakan sampiran
  4. Baris kedua merupakan isi
  5. Bersajak a – a
  6. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
    Contoh :
    Dahulu parang, sekarang besi (a)
    Dahulu sayang sekarang benci (a)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang bersajak(a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya)
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya.Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan.Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.
Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya, berdasarkan isinya ,dan  berdasarkan bentuknya atau susunannya.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan lebih spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Djoko Damono Sapardi. Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004
Gawa John. Kebijakan dalam 1001 Pantun. Jakarta: Buku Kompas. 2007
Mafrukhi, dkk. Kompetensi Berbahasa Indonesia Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 2006
Rosidi Ajip. Kapankah Kesusteraan Indonesia Lahir?. Jakarta: Gunung Agung. 1983
Widjoko dan Endang Hidayat Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.  2007
[1] Ajip Rosidi, Kapankah Kesusteraan Indonesia Lahir?,(Jakarta: Gunung Agung. 1983) hlm 63
[2] Widjoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI PRESS, 2007), hlm 51-52
[3] Sapardi Djoko Damono, Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) hlm 6

[4] Op,Cit hlm 52
[5] Drs. Mafrukhi, M.Pd,dkk, Kompetensi Berbahasa Indonesia Jilid 3, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm 11
[6] John Gawa, Kebijakan dalam 1001 Pantun, (Jakarta: Buku Kompas, 2007), hlm 30
[7] John Gawa, Kebijakan dalam 1001 Pantun, (Jakarta: Buku Kompas, 2007) hlm 233
MAKALAH TENTANG PANTUN YANG BENAR BAHASA INDONESIA MAKALAH TENTANG PANTUN YANG BENAR BAHASA INDONESIA Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/ on September 12, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.