Makalah Manusia dan Agama
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh
Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya,
termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lainnya. Tetapi kita
sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan diri kita sendiri
sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai manusia,
Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling
penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan didunia ini supaya selamat
didunia dan achkirat nanti?
Sebenarnya manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu:
1.
Jasmani
Terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah.
Terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah.
2.
Ruh
Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3.
Jiwa. (An
Nafsun/rasa dan perasaan).
Terdiri atas 3 unsur:
a.
Syahwat/Lawwamah
(darah hitam), dipengaruhi sifat Jin, sifatnya adalah: Rakus, pemalas, Serakah,
dll (kebendaan/materialis)-menjadi beban masyarakat.
b.
Ghodob/Ammarah
( Darah merah ), dipengaruhi oleh sifat Iblis, Sifatnya adalah:
Sombong, Merusak, Angkara murka dll (Menentang)-Menjadi
pengacau masyarakat.
c.
Natiqoh/Muthmainah
(darah Putih), Dipengarui sifat malaikat, Sifatnya adalah: Bijaksana, Tenang,
Berbudi luhur, Berachlak Tinggi dan Mulia- Menciptakan kedamaian dan kasih
sayang.
Alat dari pada Jiwa yaitu otak, yang terdiri atas 3
bagian juga:
1. Akal (timbangan) haq atau bathil
2. Pikir (hitungan) Untung rugi
3. Zikir (ingatan) Ingat Allah
Jadi kalau diibaratkan mobil maka
jasmani ini adalah Body dari pada mobil sedangkan Ruh sebagai Accu yang
sifatnya hanyalah sebagai yang menghidupkan saja dan Jiwa adalah sopir atau
yang mengendalikan dari pada mobilnya dimana dialah yang bertanggung jawab atas
keselamatan dari pada mobil itu sendiri. Jadi Disini jelaslah bahwa yang
dikatakan manusia itu adalah Jiwanya dimana dialah yang bertanggung jawab atas
perbuatanya.
B. Permasalahan
Dalam makalah ini permasalahan yang kami tinjau adalah
:
1. Bagaimanakah cara pandang Islam mengenai manusia ?
2. Hal-hal apa sajakah yang ada dalam manusia itu
sendiri ditinjau dalam sisi agama Islam?
3. Apakah kedudukan manusia dalam Islam dan Fungsi
Pencipta?
BAB II
ISI
A. Manusia Menurut Pandangan Islam
Sesunguhnya manusia itu diciptakan
oleh Allah dalam bentuk yang sempurna dan bagus, dan manusia diciptakan sebagai
kholifah Allah di Bumi, dan telah dijadikan Bumi seisinya untuk tunduk kepada
manusia.
Allah Befirman : (لقد خلقنا الإنسان فى اًحسن تقويم )
"Sungguh Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna" (At
Tiin :5).
Manusia diciptakan Allah dari tanah
(thin), Allah berfirman,
(اذ قال ربك للملائكة إنى خالق بشرا من طين ) "(
Shod : 71)
Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa benar adanya
jika manusia itu sebenarnya dari tanah. Tanpa adanya tanah tidak mungkin
manusia bisa tumbuh. semua makanan yang ada, pada awalnya adalah dari tanah.
Manusia
adalah hewan yukang bertanya maksudnya adalah manusia itu berbeda dengan hewan,
manusia itu concerned ( menaruh minat yang sangat ) mengenai asal mulanya dan
akhirnya, mengenai maksud dan tujuannya, mengenai makna dan hakikat kenyataan.
Hanya dengan manusia sajalah yang membedakan antara keindahan dan kejelekan,
dan antara lebih baik dan lebih buruk. Mungkin saja dia adalah salah satu
anggota margasatwa, namun dia adalah juga warga duniaidea dan nilai. Pendapat
ini dikemukakan oleh Prof. Dr R.F. Beerling. Beliau adalah guru besar
filsafat.
Manusia
adalah hewan yang berfikir. Dalam Ilmu Manthiq ( = logika ) kita temukan sebuah
rumusan tentang manusia yang juga sekaligus membedakannya dari hewan, yaitu :
Al-Insanu Hayawanun Nathiqun, yang artinya: insan itu adalah hewan ( bukan
khewan ataupun chewan! ) yang nathiq, yang berkata-kata dan mengeluarkan
pendapat dengan berdasarkan pikirannya; tegasnya: manusia itu adalah
hewan yang berfikir.
Kesimpulannya maka manusia adalah hewan yang berfikir. Berfikir adalah
bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari
kebenaran. Mencari jawaban tentang Tuhan, alam dan manusia, artinya mencari
kebenaran tentang Tuhan, alam dan manusia. Jadi pada akhirnya: Manusia adalah
makhluk pencari kebenaran.
B. Hakikat Manusia dan Asal-usul Penciptanya
Hakikat Manusia.
Ketika berbicara tentang manusia,
Al-Qur’an menggunakan tiga istilah pokok. Pertama, menggunakan kata yang
terdiri atas huruf alif, nun, dan sin, seperti kata insan, ins, naas, dan
unaas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani Adam dan
dzurriyat Adam.
Menurut M. Quraish Shihab, kata
basyar terambil dari akar kata yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan
indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit.
Al-Qur’an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan
sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya
serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Dengan demikian, kata basyar
dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia yang suka makan, minum,
tidur, dan jalan-jalan. Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang lebih
memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses
penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap
kedewasaan.[6]
Allah swt. berfirman:
َ وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ
إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkembang biak. (Q.S. ar-Rum [30]: 20)
Sementara itu, kata insan terambil
dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Musa Asy’arie
menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata: anasa yang berarti
melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns
yang berarti jinak. Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan
tampak lebih tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil
dari kata nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu (berguncang). Dalam Al-Qur’an,
kata insaan disebut sebanyak 65 kali. Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk
menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan,
lebih jauh Bintusy Syathi’ menegaskan bahwa makna kata insaan inilah yang
membawa manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di
muka bumi, menerima beban takliif dan amanat kekuasaan.
Dua kata ini, yakni basyar dan
insaan, sudah cukup menggambarkan hakikat manusia dalam Al-Qur’an. Dari dua
kata ini, kami menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang
paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi
jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil
Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii al-ardl).
Asal-usul Penciptanya
Al-Qur’an telah memberikan informasi
kepada kita mengenai proses penciptaan manusia melalui beberapa fase: dari
tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering,
kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s.[14] Hal
ini diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72.
.فَإِذَا
سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
إِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka
hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.” (Q.S. Shaad [38]: 71-72.)
Perhatikan juga firman Allah dalam Surah al-H{ijr [15]
ayat 28-29.
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku
telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh
(ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr
[15]: 28-29)
Dalam Al-Qur’an, kata ruh (ar-ruh)
mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang disebutkan dalam ayat-ayat yang
menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan
manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti kebenaran.
Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk
yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia
cenderung untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu
pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada
nilai-nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang
dapat mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh
sebab itu, manusia layak menjadi khalifah Allah swt.
Ruh dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta
dalam satu kesatuan yang saling melengkapi dan harmonis. Dari perpaduan
keduanya ini terbentuklah diri manusia dan kepribadiannya. Dengan memperhatikan
esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua unsur tersebut, ruh dan
materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara akurat.
Kemudian, dalam ayat lain juga disebutkan mengenai
permulaan penciptaan manusia yang berasal dari tanah.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ
الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ
عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ
لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ
نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى
وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ
عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا
الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ .
Hai manusia, jika kamu dalam
keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami
telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam
rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian
kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu
sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada
pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat
bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah. (Q.S. al-Hajj [22]:5)
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ
خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا
الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا
آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ .
Kemudian kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu
kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minuun
[23]: 13-14)
Itulah di antara sekian banyak ayat
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia. Penciptaan
manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan
memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi,
penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang
merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an
yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian
jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak ketika ajal
kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya,
yaitu tanah.
Secara komprehensif, Umar Shihab
memaparkan bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan
sebagai berikut. Pertama, fase awal kehidupan manusia yang berupa tanah.
Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia adalah
keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau ovum yang
menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang berasal dari
tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut menjadi sperma
atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian
sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di rahim sehingga berubah menjadi
embrio (‘alaqah). Keempat, proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi
segumpal daging (mudlghah). Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari
mudlghah. Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai
berubah menjadi tulang belulang (‘idzaam). Keenam, proses penciptaan manusia
selanjutnya adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada
fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak. Kedelapan,
setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut ke atas dunia.
C. Fitrah Manusia
Fitrah merupakan kata yang
diderivasi dari kalimat Bahasa Arab fatara, artinya ciptaan, suci dan seimbang.
Arti fitrah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu penciptaan
atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi mengetahui dan cenderung kepada
kebenaran.
Fitrah dalam arti penciptaan tidak
hanya dikaitkan dengan arti persiapan fisik, melainkan juga dalam arti
persiapan rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik. Karena itu,
fitrah disebutkan dalam konotasinilai yang dapat membawa manusia pada pencpaian
derajat kemuliaan yang tinggi, yaitu derajat keinsaniyahan dan bukan ke
bayariyahan yang bersifat fisik.
Dalam fitrahnya manusia itu memiliki
1.
Hanief
Artinya jalan yang lurus / kebenaran
2.
Akal
Dalam Al-Qur’an diartikan dengan kebijaksanaan
intelegensia dan pengertian. Dengan demikian di dalam Al-Qur’an akal diletakan
bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa , bahkan lebih jauh dari itu,
akal juga diartikan sebagai hikmahatau kebijaksanaan.
3.
Qolb
Al-Qolb berasal dari qalaba yang
berarti berubah, berpindah atau berbalik. Musa Asy’ ari menyebutkan arti
Al-Qalb dalam dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu
segumpal daging berbentuk bulat panjang ( Jantung ) dan yang arti yang kedua
adalah pengertian yang halus, bersifat ketuhanan dan keruhanian, yaitu hakikat
manusia yang dapat menangkap segala pengertian berpengetahuan dan arif.
4.
Nafsu
Nafsu adalah kekuatan yang mampu
mendorong manusia mencapai keinginannya.
Dorongan dorongan ini sering disebut
dengan dorongan primitif, karena sifatnya yang
bebastanpa mengenal baik dan buruk
dan sering disebut juga dorongan kehendak bebas.
D. Kedudukan Manusia dan Fungsi
Penciptaan
Fungsi dan kedudukan manusia di
dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas
dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini
adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia
di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan
oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah
untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh
khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah
tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan
ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga
pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah
Al-Baqarah ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S.
Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang
diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika
manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu
sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu
berada di bumi sebagai khalifatullah.
Di samping peran dan fungsi manusia
sebagai khalifah Allah, ia juga sebagai hamba Allah. Seorang hamba berarti
orang yang taat dan patuh kepada perintah tuhannya, Allah SWT. Esensi dari ‘Abd
adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan
manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat kita simpulkan
bahwa :
1.
Manusia
dalam perspektif Islam adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya.
2.
Di dalam
Al-Qur’an terdapat dua kata yakni basyar dan insaan. Dari dua kata ini, kami
menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna,
yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga,
jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka
bumi.
3.
Fitrah
manusia terdiri dari hanief, akal, qolb dan nafsu.
4.
Kedudukan
manusia dimuka bumi adalah sebagai Kholifah yang selalu taat, tunduk dan patuh
kepada Allah SWT.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan
kepada para mahasiswa dan mahasiswi universits syiah kuala tentang makalah ini
adalah semoga dengan para pendengar sekalian membaca makalah ini dapat menambah
sedikit ilmu pengetahuan, tidak hanya mengerti tetapi diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari, serta saran yang diberikan kepada para pendengar mengenai isi
makalah ini diharapkan kita sebagai manusia selalu ingat kedudukan kita di
dunia yaitu sebagai kholifah yang patuh, tunduk dan taat kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Drajat Z., Sadali A., and Feisal A.Y. Dasar-dasar
agama islam buku teks pendidikan agama islam perguruan tinggi umum. Bulan
Bintang, 1994.
CONTOH MAKALAH MANUSIA DAN AGAMA
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
October 07, 2014
Rating:
No comments:
Post a Comment