![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5sMS_HZDPB_Apc2YhO44KKWzxsX_j4e1S1Ylt6f0cP-edThuCwOdpt1lrF2H0OLJnyMFCDn8KKhG9AVQoc7u5S4YgTD4ErnkeEymg7LtJ4IgJpHqAAzjbBP5MUzScN6zvlysPnPKpm54/s200/images.jpg)
Asalamualaikum sahabat online,, kali ini tugasonline.net akan membahas tentang CONTOH LAPORAN PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN MENGGUNAKAN PESTISIDA
SINTETIK 2 PENGUJIAN
SECARA INVITRO, semoga bermanfaat untuk sahabat online.. jika ingin lihat cara pembuatan sampul, daftar isi dan kata pengantar klik saja tips dan trik disitu ada contoh cara pembuatannya,. wasalam..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Simptomatologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala (symptom) penyakit pada tumbuhan.
Pada umumnya tumbuhan yang sakit akan menunjukkan gejala yang khas dan dengan
mudah gejala tersebut dapat dilihat dengan mata tanpa alat bantu. Yang dimaksud
gejala penyakit yaitu kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
ditunjukkan oleh tanaman sebagai akibat dari adanya gangguan penyebab
penyakitnya, apakah disebabkan oleh mikoorganisme patogenik, virus ataukah oleh
penyebab penyakit abiotik segingga akan lebih memudahkan dalam langkah –
langkah yang tepat untuk melakukan usaha – usaha pengendalian penyakit (Djojosumarto,
2004).
Pestisida
digunakan dalam mengendalikan organisme pengganggu dalam bidang
pertanian. Pestisda yang ramah lingkungan adalah
pestisida nabati dengan memanfaatkan mikroorganisme berupa jamur. Seperti yang kita ketahui jumlah
mikroba di alam sekitar sangat besar dan komplek. Beratus- ratus spesies
berbagai mikroba menghuni bermacam-macam bagian tanah, tumbuhan, makanan,
termasuk tubuh kita. Sebagai contoh, sekali bersin dapat menyebarkan
beribu-ribu mikroorganisme. Satu tinja dapat mengandung jutaan bakteri (Semangun,2000).
Pada pengendalian menggunakan pestisida kimiawi
sintetik, biasanya bahan-bahan aktif dari pestisida tersebut bersifat
menimbulkan residu pada suatu tanaman dan residu lama terurai. Selain itu
menyakngkut bahan aktif seorang petani harus bijak dalam menggunakan pestisida
sintetik untuk mengendalikan patogen penyakit tanaman demi kemanan lingkungan(Mujim, 2009).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukanya praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui
kemampuan pestisida untuk menghambat perkembangan patogen tumbuhan secara in vitro
BAB II
METODOLOGI
PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada
tanggal 1 Juni 2016 di Laboratorium Hama
dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada pukul 13.00
WIB sampai dengan selesai.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah cawan petri, erlenmeyer, bor gabus, jarum ent, Bunsen,
tissue, dan LAF.
Sedangkan bahan yang digunakan
adalah biakan murni Collectotrichum
capsici , media PSA, fungisida Champion dan Alkohol.
2.3 Cara Kerja
Dibuat pestisida
yang mengandung fungisida dengan konsentrasi 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm, dan 0
ppm. Kemudian dituang pada cawan petri yang sudah disterilisasi. Kemudian diletakan 1 potongan bor gabus
biakan murni Collectotrichum capsici ditengah
cawan petri. Dilakukan pengamatan selama
15 hari dengan interval 3 hari sekali. Pengamatan dilakukan dengan cara diukur
diameter vertikal dan horizontal pada koloni yang dibiakan pada cawan.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Hari
Ke- 1
|
Diameter Koloni (cm)
|
|||||||
0 ppm
|
250
ppm
|
500
ppm
|
1000 ppm
|
|||||
Horizontal
|
Vertikal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
|
1
|
2
|
2,5
|
2,6
|
2,5
|
0
|
0
|
1,7
|
1,5
|
2
|
2,4
|
2,4
|
2
|
7
|
0,3
|
0,3
|
1
|
0,9
|
3
|
2,2
|
1,8
|
2,1
|
2
|
2,1
|
2
|
0
|
0
|
4
|
4
|
4
|
2,4
|
2,5
|
2,3
|
2,4
|
0
|
0
|
Hasil pengamatan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Hari
Ke- 2
|
Diameter Koloni (cm)
|
|||||||
0 ppm
|
250
ppm
|
500
ppm
|
1000 ppm
|
|||||
Horizontal
|
Vertikal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
|
1
|
9
|
9
|
9
|
9
|
7,7
|
7,6
|
9
|
9
|
2
|
9
|
9,2
|
9
|
9
|
8,4
|
8,5
|
9
|
9
|
3
|
7,3
|
6,7
|
9
|
9
|
9
|
9
|
6,7
|
6,7
|
4
|
9
|
8,5
|
9
|
9
|
9
|
9
|
8,1
|
8
|
3.2 Pembahasan
Dari
praktikum yang telah dilakukan diperoleh data pengamatan yaitu semakin hari
diameter patogen mengalami penambahan ukuran baik dari diameter vertikal
Dari
praktikum yang telah dilakukan diperoleh data pengamatan yaitu semakin hari
diameter patogen mengalami penambahan ukuran baik dari diameter vertikal maupun
horizontal, penambahan diameter ini terjadi pada semua perlakuan. Akan tetapi pada perlakuan kontrol ( 0 ppm )
terlihat penambahan ukuran diameter yang amat pesat dari 2 cm menjadi 9 cm, hal
ini dikarenakan pada perlakuan kontrol tidak sama sekali menggunakan fungisida
, jadi tidak ada zat yang menghambat pada pertumbuhan patogen Collectotrichum capsici . Pada perlakuan 250 ppm dan 500 ppm tidak
menunjukan terjadinya perbedaan antara keduanya, tetapi perkembangan patogen Collectotrichum capsici pada perlakuan ini terlihat lebih
lambat dari pada perlakuan kontrol, hal tersebut karena pada media PSA yang
dipakai untuk pengujian sudah dicampur dengan fungisida jadi patogen akan
dihambat oleh bahan aktif dari fungisida yang ditambahkan. Pada perlakuan 1000 ppm terlihat pertumbuhan/
penambahan diameter baik vertikal maupun horizontal lebih lambat dari semua
perlakuan hal ini karena konsentrasi fungisida yang diberikan lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainya, jadi akan bertambah banyak bahan aktif
yang menghambat pertumbuhan patogen Collectotrichum
capsici .
Champion
77 WP merupakan fungisida kontak berbentuk tepung berwarna biru yang dapat
disuspensikan untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada tanaman cabai ,
semangka dan buncis serta penyakit cacar daun pada tanaman teh. Pestisida ini berformulasi tepung dengan
warna biru kehijauan. Bahan aktif yang terkandung dalam pestisida ini adalah Copper Hidroxide 77% (setara dengan Copper 50%), hal ini yang menyebabkan
pestisida dapat menghambat pertumbuhan patogen, akan tetapi tingkat keakuratan
pestisida ini tergantung dari pemakaian, dan kondisi tempat penyimpanan. Pestisida akan menurun keakuratanya jika
pestisida sudah kadaluarsa dan bereaksi dengan udara sekitar (Semangun, 2000).
Cendawan Colletothricum capsici
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Sodariomycetes
Ordo :
Phyllachorales
Famili : Phyllachoraceae
Genus :Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum
capsici ( Sukamto, 1998 ).
Ciri
mofologi
Jamur Colletotrichum capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan
hidupnya sebagai parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat
hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas
penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan.
Konidia Colletotrichum capsici berwarna abu-abu keputihan, melengkung
seperti bulan sabit dan berakhir meruncing pada kedua ujungnya (Agrios, 1996).
Dari
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui patogen Colletothricum capsici dapat
dikendalikan dengan pestisida nabati dan sintetik, akan tetapi pada
pengendalian menggunakan metode nabati cendawan Colletothricum capsici akan lama ditekan dan mati. Sedangkan pada pengendalian sintetik lebih
cepat terlihat dalam menghambat patogen.
Konsentrasi yang paling efektif pada pengendalian ini adalah pada
konsentrasi 1000 ppm karena pada konsentrasi 1000 ppm saja patogen masih dapat
berkembang jika diberikan dengan konsentrasi dibawah 1000 ppm atau tidak tepat
maka akan menimbulkan efek resistensi patogen Colletothricum capsici terhadap fungisida yang berbahan aktif tembaga
hidroksida. Jadi, pengendalian sintetik
menggunakan fungisida kimiawi lebih efektif dengan konsentrasi 1000 ppm
dibandingkan dengan pengendalian lainya.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Fungisida
dapat menghambat patogen Collectorichum
capsici karena pada fungisida terkandung bahan aktif tembaga hidroksida
sehingga menekan pertumbuhan patogen.
2.
Keakuratan/kemampuan fungisida
dalam menghambat patogen Collectorichum
capsici dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu, masa kadaluarsa dan kontak fungisida dengan udara secara
langsung.
3. Pengendalian
menggunakan pestisida Champion 77 WP pada praktikum lebih efektif jika menggunakan
konsentrasi 1000 ppm dikarenakan didalam konsentrasi tersebut lebih banyak
tembaha yang terkandung sehingga lebih banyak zat yang menekan patogen.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios,G.N.1996. Ilmu
Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.
Kanisius. Yogyakarta
Mujim, Subli. Dasar-Dasar
Ilmu Penyakit Tumbuhan (Buku Ajar). 2009. Bandarlampung. Universitas
lampung.
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN MENGGUNAKAN PESTISIDA
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
September 24, 2017
Rating:
![LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN MENGGUNAKAN PESTISIDA](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5sMS_HZDPB_Apc2YhO44KKWzxsX_j4e1S1Ylt6f0cP-edThuCwOdpt1lrF2H0OLJnyMFCDn8KKhG9AVQoc7u5S4YgTD4ErnkeEymg7LtJ4IgJpHqAAzjbBP5MUzScN6zvlysPnPKpm54/s72-c/images.jpg)
No comments:
Post a Comment