LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN AGRIBISNIS KOMODITI KENTANG


 

 BAB I 

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kentang merupakan salah satu tanaman pangan karena banyakmengandung karbohidrat sehingga kentang juga dapat dijadikan sebagai salah satu makanan pokok. Meskipun kentang bukan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia, tetapi konsumennya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun 2006-2007 konsumsi kentang di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun. Sedangkan berdasarkan Statistika Indonesia, penyediaan kentang di Indonesia adalah sebanyak 2,98 kg/kapita/tahun. Jadi, kebutuhan konsumsi yang kurang lebih hanya 2kg/kapita/tahun masih bisa dipenuhi. Namun masalah terdapat pada pola produksi kentang Indonesia. Pada saat tertentu produksi dapat menjadi sangat tinggi, namun pada saat yang lain dapat menjadi sangat rendah.(Setia di, 2009)Agar produktivitas pertanian di Indonesia meningkat , maka sangat 2penting adanya Pengembangan konsep agribisnis. Peranan agribisnis sangat besar bagi  negara agraris seperti Indonesia. Hal ini disebabkan karena cakupan aspek agribisnis adalah meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pemasaran termasuk di dalamnya kegiatan lain yang menunjang proses produksi pertanian serta kegiatan lain yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Dunia agribisnis di Negar –negara berkembang, termasuk Indonesia umumnya merupakan suatu sistem pertanian rakyat dan hanya sedikit saja yang berupa sistem perusahaan pertanian. Walaupun keduanya tidak dapat dipisahkan dan sangat menentukan kinerja secara keseluruhan pertanian Indonesia, akan tetapi perbedaan pada skala usaha, penguasaan teknologi, kemampuan manajemen, dan perspektif pemasaran sudah cukup mewakili kenyataan bahwa keduanya merupakan dua entitas yang sangat berbeda. (Arifin, 2001)

2.1  Tujuan Praktek

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kinerja sistem agribisnis kentang yang meliputi subsistem praproduksi, subsistem produksi,dan subsistem post produksi di daerah praktek.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Sejarah Kentang

Kentang, dengan nama ilmiah Solanum Tuberosum, dalam bahasa mandarin disebut Tu Dou (=  Kedelai Tanah) atau Ma Ling Shu, di Provinsi Shanxi, China disebut pula Telur Obat Gunung. Dewasa ini ia berada di urutan belakang gandum, jagung dan padi, luasan  penanamannya berada pada urutan keempat produk pertanian. China menghasilkan kentang 66 juta ton per tahun, menduduki peringkat pertama di seluruh dunia.

Kentang liar paling kuno ditemukan di wilayah sekitar pegunungan Andes — Amerika Selatan, dibudidayakan oleh penduduk Indian setempat dan dipergunakan sebagai bahan pangan. Kemudian ia dibawa oleh petualang Spanyol ke Eropa, dari situlah kentang telah menyebar ke seluruh dunia.

2.2. Pengertian Sistem Agribisnis

Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian dalam arti cara pandang yang dahulu dilaksanpkan secara sektoral sekarang secara inter sektoral atau dilaksanakan secara sub sistem sekarang secara sistem (Saragih, 2007). Dengan demikian agribisnis mempunyai keterkaitan vertikal dan antar subsistem serta keterkaitan horisontal dengan sistem atau sub sistem lain diluar seperti jasa-jasa (Finansial dan perbankan, transpotasi, perdagangan, pendidikan dan Iain-Iain)

Sistem Agribisnis mencakup 4 (empat) hal, Pertama, industri pertanian hulu yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribinis, yakni industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri agro-kimia (Pupuk, pestisida dan obat- obatan hewan), industri agro-otomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribisnis yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertaniaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Ketiga, industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusness, yakni kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian hasil pertanian menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir. Keempat, jasa penunjang agribisnis yakni perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan dari petugas ataupun tenga ahli serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani. dan lain sebagainya. Dari empat unsur tadi mempunyai keterkaitan satu dan lainnya sangat erat dan terpadu dalam sistem. (Saragih, 2007). Dengan demikian pembangunan agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa sekaligus. Sampai dengan sekarang berdasarkan realita dilapangan pembangunan pertanian hanya sepotong-potong dan tidak dilaksanakan secara terpadu, koordinatif dan selaras.

Indonesia sebagai negara agraris dan dalam pembangunan pertaniaannya tidak mempunyai daya saing yang kompetetif dalam era globalisasi saat ini karena belum memiliki industri perbenihan yang mampu mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Menurut Saragih (2007) dalam membangun sistem agribisnis pada umumnya benih yang digunakan petani adalah benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi dan kualitas yang dihasilkan rendah dan benih impor yang digunakan belum tentu dapat dan sesuai iklim indonesia. Petani Indonesia dalam mengembangkan usahatani agar menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi, maka usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi yang memiliki kekhasan sebagai daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan mutu dan produktivitasnya. Kendala yang timbul pada pengembangan agribisnis pada umumnyan antara lain sumber daya manusia dan teknologi, karena itu perlu adanya fasilitasi pemerintah dalam bentuk pendampingan.

Pengembangan usaha tanaman sayuran merupakan peluang dan prospek yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah dan pendapatan petani terutama didaerah dataran tinggi. Menurut Ishaq,ef.a/. (2007) dalam pengembangan agribisnis sayuran tehnologi pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, agar pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat apabila dilaksanakan secaara terpadu dalam sistem agribisnis. Managemen agribisnis sayuran dalam pengembangan usahanya dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari semua subsistem dan saling terkait antara subsistem satu dan lainnya apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini (Said,ef.a/.2007) Faktor kunci dalam pengembangan agribisnis sayuran adalah peningkat-an dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, menumbuh-kembangkan dan restrukturasi agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Kebijakan revitalisasi pertaniaan perikanan dan kehutanan adalah pengembangan agribisnis dengan fasilitasi/dukungan dariaspek tehnologi on farm dan off farm, investasi, mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembngan yang disesuaikan lahan.

Menurut Said ef a/, (2007), Fungsi agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem agribisnis hulu, usaha tani, sub sistem pengolahan hasil pertanian, sub system pemasaran hasil pertanian dan sub sistem penunjang, dan sistem ini dapat berfungsi efektif bila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.

Faktor pendukung keberhasilan agribisnis adalah berkembangnya kelembagaan-kelembagaan tani, keuangan, penelitian dan pendidikan. Menurut hasil kajian pengaruh kelembagaan terhadap adopsi irigrasi Nono Hartono (2009) terhadap kelembagaan tani di kabupaten Tasikmalaya menyampaikan bahwa hubungan antara kelembagaan tani belum efektif dan sangat sederhana dalam pengembangan agribisnis. Menurut Rahardi dalam cerdas beragribisnis tahun 2006, usaha agribisnis dapat meningkatkan pendapatan petani bila dikelola dengan sumberdaya manusia yang cerdas dalam mengakses teknologi, informasi, pasar dan permodalan. Produktivitas padi meningkat karena pengelolaan usaha tani yang baik.

2.3  Subsistem Sarana Produksi

Dalam pengembangan agribisnis sayuran sarana produksi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Menurut Said et al. (2007) Untuk mencapai eficiency input- input sarana produksi harus ada pengorganisasian dalam penerapan sub sistem ini yaitu penerapan jumlah, waktu, tempat dan tepat biaya serta mutu sehingga ada optimasi dari penggunaan input-input produksi. Meningkatnya produksi dan pendapatan petani bila didukung adanya industri-industri agribisnis hulu yakni indutri-industri yang menghasil-kan sarana produksi (input) pertaniaan (the manufacture and distribution of farm supliies) seperti industri agro-kimia ( industri pupuk, industri pestisida, obat-abatan hewan) industri alat pertaniaan dan industri pembibitan/ pembenihan. Untuk daerah-daerah dekat lokasi petani ada kios-kios saprodi (Saragih,2007).

Agribisnis modern yang orientasi pasar, haruslah mampu menghasilkan produk-produk benih yang unggul dan sesuai agroklimat di suatu kawasan dan produktivitas komoditas, karena dalam mata rantai produk-produk agribisnis merupakan mata rantai yang sangat penting, berarti pembangunan industri-industri merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Produk impor benih yang marak beredar di Indonesia terutama benih sayuran yang belum tentu cocok di Indonesia. Sebagai contoh atribut mangga arumanis yakni aroma, cita rasa, warna, kandungan vitamin, serat, dan ukuran ditentukan oleh bibit (Saragih,2007).

2.4  Subsistem Budidaya

Sayuran merupakan tanaman yang dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi tergantung jenis sayuran tersebut dapat tumbuh, yang termasuk sayuran dataran rendah adalah Bawang merah, Cabe, Tomat, Kangkung, Bayam, Kacang Panjang, Koro, Kecipir, terong dan Sayuran dataran tinggi antara lain Asparagus, Tomat, Akucay, Brokoli, Kai-lan, Kubis, Lettuce, Buncis, Kapri, To-miau, Coriander, Pare, Bamboo Taiwan, Tang-o, Bawang merah (ATM_ROC,2009).

Pengembangan agribisnis sayuran merupakan komoditas yang potensial dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, produktivitas dan kualitas hasil sangat ditentukan oleh saat tanam, agroklimat, jenis tanah, penggunaan sarana produksi, teknologi budidaya, pengolahan pasca panen, dan pengemasan.serta pemasaran.

Dalam pengembangan usaha agribisnis sayuran sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam perencanaan sistem agribisnis dari proses penentuan lokasi dan jenis sayuran yang akan dikembangkan, sarana produksi, teknologi budidaya, pengelolaan pasca panen, peningkatan nilai tambah dan pemasaran. Menurut Rahardi (2005) Agroklimat merupakan pertimbangan yang sangat penting dan merupakan faktor sukses dan tidaknya kegiatan agribisnis dibandingkan dengan faktor lahan. Faktor agroklimat sulit untuk direkayasa dengan faktor penentu seperti sinar matahari, hujan, angin, kelembaban dan suhu udara. Sementara itu tanah yang tidak subur dapat dirubah menjadi subur. Selain daripada itu faktor tenaga kerja juga sangat menentukan berhasil dan tidaknya usaha agribisnis sayuran, demikian juga manajemen pengelolaan agribisnis. Kiat memulai agribisnis agar sukses pertama yang harus diidentifikasi adalah apa yang kita miliki lahan, atau ketrampilan serta modal, apabila yang dimiliki modal hams dicari informasi pasar, lahan, dan keahlian. Namun apabila yang dimiliki hanya lahan harus diupayakan informasi pasar, alternatif modal dan pemilikan keahlian dan bila yang dimiliki modal maka diperlukan data pasar dan lokasi kegiatan serta komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Menurut ATM-ROC (2009) Sayuran dataran tinggi pada umumnya dapat tumbuh baik pada suhu udara sejuk sekitar 250 C - 300 C dengan ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl. Tanah yang dibutuhkan adalah tanah gembur, berpasir dengan kandungan mineral yang tinggi dan drainase yang sempurna. Benih yang digunakan dengan vigor 85% sedangkan untuk tanaman dataran rendah dapat tumbuh gengan ketinggian 1-300 mdpl, tanah yang dibutuhkan tanah berpasir, gembur dengan ph 5,6-6. Pemeliharaan tanaman diselenggarakan dengan menggunakan pupuk dasar dan pupuk lanjutan atau susulan sedangkan untuk pengendalian hama dilaksnakan bila diperlukan. Penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) pada sayuran mampu mengurangi penggunaan pestisida cukup signifikan tanpa menurunkan hasil sehingga keuntunganpun bertambah Metode diseminasi sistem usaha tani terpadu berbasis tanaman sayuran dengan pengembangan paket teknologi tumpang sari tomat, timun, bawangmerah, sawi dan kentang dapat meningkatkan pendapatan petani sayuran.

2.5  Subsistem Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Sayuran merupakan komoditas yang mudah rusak dan masih mengalami proses hidup (proses fisiologis). Dalam batas-batas tertentu proses fisiologis ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang mengarah pada kerusakan-kerusakan atau kehilangan hasil.

Kerusakan dan kehilangan hasil produk sayuran akan terjadi dan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas yang terjadi pada tahap setelah panen sampai dengan tahap produk Siap dikonsumsi, rata-rata kehilangan/kerusakan hasil produk sayuran kira-kira berkisar 25-40 persen Kehilangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan dalam hal ketersediaan, jumlah yang dapat dimakan yang akhirnya dapat berakibat sayuran tersebut tidak layak untuk dikonsumsi (P2HP Deptan, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan sayuran saat setelah panen akibat dari faktor biologi, faktor lingkungan (suhu, kelembaban dan komposisi atmosfir). Oleh karena itu agar proses pasca panen tidak menurunkan kualitas perlu ada penganan pasca panen yang baik seperti saat pemanenan yang baik dan tepat yaitu dengan panen hati-hati agar tidak terjadi kerusakan fisik, panen saat masak yang tepat, dengan analisa kimia mengukur kandungan zat pada dan zat asam atau zat pati. Selain itu Proses pemanenan dari panen, pengumpulan, pembersihan, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dan transpotasi dengan metode dan teknik yang benar. Mutu sayuran tidak dapat ditingkatkan tapi dipertahankan (Muctadi et al, 1995). Buah tomat akan masak saat berumur 70-90 hari setelah tanam dan sebaiknya dipanen saat pagi atau sore hari dan dilakukan sortasi terhadap buah yang rusak dan busuk serta dilakukan pembersihan dan pengemasan serta penyimpanan suhu dingin dengan kelembaban 95 persen, sebelum dipasarkan dan ada pemisahan antara buah masak dan kurang masak dan bawang merah siap panen umur 60-75 hari setelah tanam (ATM-ROC, 2004)

2.6. Subsistem Pemasaran

Kunci keberhasilan usaha tani agribisnis sayuran salah satunya adalah bagaimana mengembangkan peluang dan strategi serta mencari solusi adanya kendala dan masalah pemasaran komoditas sayuran. Kelancaran distribusi komoditas sayuran ini sangat perlu mengingat hal ini akan berpengaruh terhadap tersedianya pasokan dan terciptanya harga yang wajar. Disamping itu keamanan distribusi di era globalisasi menuntut terciptanya suatu sistem distribusi yang lebih efektif dan efisien serta harus mengutamakan selera kepuasan pasar atau konsumen domestik maupun global dengan demikian sayuran tersebut mempunyai nilai daya saing yang tinggi. Menurut Antara (2004) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara agraris, tetapi daya saing Hortikultura/sayuran di Indonesia masih rendah. Daya saing rendah karena pembinaan pada petani hanya difokuskan pada bercocok tanam, masalah mutu yang diharapkan pasar baik pasar domestik maupun ekspor terabaikan, sehingga daya saing rendah apalagi pada era globalisasi ini. Untuk itu peningkatan SDM dan fasilitasi pemerintah dalam teknologi budidaya, pasca panen, dan peningkatan nilai tambah serta pengembangan pasar, sangat diperlukan terutamanya kegiatan pendampingan. Pengembangan hortikultura khususnya sayuran haruslah secara profesional, artinya adanya pembangunan yang seimbang antara aspek pertanian, bisnis dan jasa penunjang. Penanganan produksi tanpa didukung dengan pemasaran yang baik tidak akan memberi manfaat dan keuntungan bagi petani.

BAB III

 KEADAAN UMUM LOKASI

Malino adalah kelurahan yang terletak di kelurahan, Tinggi Moncong kabupaten Gowa Sulawesi Selatan daerah yang terletak 90 kilo meter dari kota Makassar kearah Selatan. Berbagai jenis tanaman tropis yang indah, tumbuh di daerah dingin Malino suhu di kota Malino mulai dari 100C sampai 260C, dan ketika musim hujan kota Malino berkabut dan jarak pandang haya sekitar 50-90 meter saja dan disarankan berhati hati saat berkendara.

Kecamatan Tingi Moncong merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 1500m/dpl yang sebagian besar wilayahya berupa lahan pertanian meyebabkan sebgian besar pendudukya mengantungkan hidupya pada sektor pertanian.

Jenis tanah di Kecamatan Tinggi Moncong antara lain Tropodult, Trophortent,dan Trophohumult.

Letak Geografis Desa Pattapang

- Timur berbatasan dengan desa Kampira

- Barat bebatasan dengan kelurahan Malino

- Utara berbatasan dengan Desa Tonasa

- Selatan berbatasan dengan Kelurahan Buluttana

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Nama Responden                  : Hm.Ir.IrWANSYAH IDRIS

Alamat                                    : Desa Tinggi Moncong

   Kecamatan Pattapang

                                            Kabupaten Gowa

Umur                                      : 45 Tahun

Pendidikan                             : SMA

Tanggungan Keluarga         : 4

Luas Lahan                           : 1 Ha

1.      Subsistem Produksi

Jenis Komoditi                 : Kentang

Jenis Bibit                        : Granola

Jumlah Bibit                    : 1200kg

Haarga Bibit                    : Rp. 27.000,-/ kg

Pupuk                               : Pupuk kandang

= Rp.10.000,-/ karung x 1000 karung =                    Rp10.000.000.,-

: NPK

= Rp. 120.000,-/sak x 400 kg = Rp.48.000.000,-

: Pestisida: Mankosat

= Rp. 80.000,-/bks x 10 bks = Rp. 800.000,-

                                                 : Cydometrin

= Rp.. 80.000,-/bks x 10 bks = Rp. 800.000,-

2.      Subsistem Usaha Tani

Cara Pengolahan Tanah :

a.       Pengolahan tanah menggunakan handtraktor (Rp.1.500.000,-/Ha).

b.      Pembentukan selokan dan bedengan dengan traktor.

c.       Mendiami bibit selama 30 hari sampai tunas kentang muncul.

d.      Pemindahan bibit kelahan pertanian dengan ukuran tanam 40x20 cm.

e.       Melakukan pembubuhan tanah 1 kali setelah tanam.

f.       Pemupukan awal pada umur 2 minggu dan pertengahan umur 45 hari

3.      Sistem pengolahan

Tidak ada pengolahan

4.      Subsistem Pemasaran

Sistem pemasarannya dijual kepada pengepul yang datang kerumah warga dan hasil panen kentang terbaik dikirim keluar daerah  dan sistem pembayarannya melalui rekening.

5.      Subsistem Penunjang

Tidak ada penunjang

BAB V

PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

1.  Subsistem Sarana Produksi

Dalam pengembangan agribisnis sayuran sarana produksi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Menurut Said. et al.

2. Subsistem Budidaya

Sayuran merupakan tanaman yang dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi tergantung jenis sayuran tersebut dapat tumbuh, yang termasuk sayuran dataran rendah adalah Bawang merah, Cabe, Tomat, Kangkung, Bayam, Kacang Panjang, Koro, Kecipir, terong dan Sayuran dataran tinggi antara lain Asparagus, Tomat, Akucay, Brokoli, Kai-lan, Kubis, Lettuce, Buncis, Kapri, To-miau, Coriander, Pare, Bamboo Taiwan, Tang-o, Bawang merah (ATM_ROC,2009).

3.    Subsistem Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Sayuran merupakan komoditas yang mudah rusak dan masih mengalami proses hidup (proses fisiologis). Dalam batas-batas tertentu proses fisiologis ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang mengarah pada kerusakan-kerusakan atau kehilangan hasil.

4.    Subsistem Pemasaran

Kunci keberhasilan usaha tani agribisnis sayuran salah satunya adalah bagaimana mengembangkan peluang dan strategi serta mencari solusi adanya kendala dan masalah pemasaran komoditas sayuran. Kelancaran distribusi komoditas sayuran ini sangat perlu mengingat hal ini akan berpengaruh terhadap tersedianya pasokan dan terciptanya harga yang wajar. Disamping itu keamanan distribusi di era globalisasi

3.2 SARAN

          Pemerintah sebaiknya membangun sarana dan prasarana yang perlu untuk meningkatkan kinerja sistem agribisnis kentang, yaitu balai penelitian dan produksi bibit kentang di Kecamatan Tinggi moncong, Kabupaten Gowa. Balai tersebut berfungsi untuk menghasilkan bibit unggul kentang yang harga dan aksesnya terjangkau petani.Sebaiknya juga didirikan balai riset pengolahan pemasaran kentang untuk meningkatkan nilai tambah kentang.Petani kentang sebaiknya ikut aktif dalam setiap program-program pemerintah yang sedang berjalan serta melanjutkan program-program yang telah selesai. Petani sebaiknya lebih sadar, adaptif, dan adoptif pada setiap teknologi baru mulai dari teknologi produksi hingga teknologi pascapanen.Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten gowa memiliki potensi lingkungan yang sangat mendukung produksi kentang sehingga sebaiknya varietas tanaman kentang yang ditanam sebaiknya lebih divariasikan, tidak hanya varietas “Granola”. Salah atu varietas kentang yang sebaiknya ditanam juga adalah varietas “Atlantic/Atlantik/Atlantis”. Varietas tersebut menghasilkan kentang dengan harga yang cenderung lebih tinggi, dan jika dilakukan pengolahan lanjutan akan menghasilkan nilai tambah yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, B. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga. Jakarta

Downey, W.D. dan Erickson S.P. 2000. Manajemen Agribisnis. Edisi kedua Penerjemah : Ganda, R dan Sirait, A. Erlangga. Jakarta.

Setiadi.2009.Budi Daya Kentang.Penebar Swadaya. Jakarta

Soekartawi, 2003.Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suratiya, K.2006.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN AGRIBISNIS KOMODITI KENTANG LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN AGRIBISNIS KOMODITI KENTANG Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/ on January 30, 2015 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.