BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kubis atau yang sering di sebut Kol
merupakan tanaman sayur yang hanya tumbuh di daerah dataran tinggi, Kubis tumbuh dan berproduksi
dengan baik pada ketinggian 800 mdpl. ke atas, curah hujan hujan cukup dan
temperatur udara 15o – 20o C.
Jenis tanah yang dikehendaki untuk tanaman kubis yaitu
gembur, bertekstur ringan atau sarang serta pH 6 - 6,5.
Kubis sendiri sudah lama di kenal dan di konsumsi oleh
masyarakat Indonesia, mulai dari kalangan atas hingga
ke bawah. Kubis juga sudah mulai di pasarkan di restaurant dan hotel.
Kubis juga merupakan tanaman holtikultura yang baik
karena harganya yang relatif baik dan tidak terlalu berfluktuasi, hal tersebut
terjadi karena tanaman kubis sendiri dapat di tanam sewaktu-waktu tanpa harus
melihat musim yang sedang berlangsung. Dan juga kubis lebih mudah di konsumsi
karena bisa di gunakan sebagai lalapan atau di sayur
Dalam hal ini, keberhasilan dalam proses produksi
kubis lebih banyak di nikmati oleh pedagang pengumpul, karena harga yang di
patok kepada petani relatif rendah dan selalu berfluktuasi.
2.1
Tujuan Praktek
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis kinerja sistem agribisnis Kubis yang meliputi subsistem
praproduksi, subsistem produksi, dan subsistem post produksi di
daerah praktek.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sejarah Singkat
Kubis
Kubis atau kol pada
mulanya merupakan tanaman liar di daerah subtropik. Tanaman kubis ini berasal
dari Eropa dan Asia kecil, terutama tumbuh di daerah Great Britain dan
Mediterania. Asal-usul tanaman kubis budidaya diduga berasal dari kubis liar
yang tumbuh di sepanjang pantai Laut Tengah, Inggris, Denmark, dan sebelah
Utara Perancis Barat serta pantai Glamorgan. Pada mulanya kubis liar tumbuh
menahun dan dua musin, kemudian oleh orang Eropa dipanen biji-bijinya. Dari
sejumlah 5000 tanaman diperoleh 70.000 biji kubis yang selanjutnya ditanam
kembali. Pada tahapan ini diketemukan turunan tanaman kubis yang akar-akarnya
membengkak dan daun-daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Orang-orang Inggris
purba menemukan tanaman kubis membentuk bulatan seperti telur, sehingga mereka
menyebutnya dengan nama “ Celtic Bresic”. Penemuan tanaman kubis sejak tahun
2000 – 1500 sebelum Masehi (SM) oleh orang-orang Mesir dan Yunani kuno.
Pemeliharaan tanaman
kubis pertama kali terjadi di Eropa, dan setelah melampaui waktu 100 tahun
tanaman ini menjadi popular sebagai bahan makanan. Sehingga sebagian kalangan
menyebutkan tanaman kubis yang ada sekarang merupakan hasil seleksi dari
tumbuhan kubis liar yang tumbuh sejak 2000 tahun yang lalu. Pada abad IX, kubis
sudah tersebar di benua Eropa dan Amerika yang didatangkan oleh kolonialisasi
di kawasan tersebut. Sebelum abad XIV di Inggris baru mengenal kubis yang
bentuk daunnya membulat seperti kulit batang tanaman. Sekitar abad XIX
pelajaran dan memelihara tanaman kubis telah dilakukan di Hokaido Jepang. Pada
tahun 1970 kubis telah tersebar ke seluruh dunia, yang terdiri dari 20 negara
Eropa, 18 negera Asia, dan meluas ke Negara-negara lain di kawasan Afrika,
Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
2.2 Pengertian Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian dalam arti
cara pandang yang dahulu dilaksanpkan secara sektoral sekarang secara inter sektoral atau
dilaksanakan secara sub sistem sekarang secara sistem (Saragih, 2007). Dengan
demikian agribisnis mempunyai keterkaitan vertikal dan antar subsistem serta
keterkaitan horisontal dengan sistem atau sub sistem lain diluar seperti
jasa-jasa (Finansial dan perbankan, transpotasi, perdagangan, pendidikan dan
Iain-Iain)
Sistem
Agribisnis mencakup 4 (empat) hal, Pertama, industri pertanian hulu yang
disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribinis, yakni
industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian
seperti industri agro-kimia (Pupuk, pestisida dan obat- obatan hewan), industri
agro-otomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil
pertanian) dan industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian
dalam arti luas yang disebut juga on farm agribisnis yaitu usaha tani
yang meliputi budidaya pertaniaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan dan kehutanan. Ketiga, industri hilir pertanian yang disebut
juga agribisnis hilir atau down stream agribusness, yakni kegiatan industri
yang mengolah hasil pertanian hasil pertanian menjadi produk olahan baik produk
antara maupun produk akhir. Keempat, jasa penunjang agribisnis yakni
perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan dari petugas ataupun tenga
ahli serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani. dan lain
sebagainya. Dari empat unsur tadi mempunyai keterkaitan satu dan lainnya sangat
erat dan terpadu dalam sistem. (Saragih, 2007). Dengan demikian pembangunan
agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa sekaligus.
Sampai dengan sekarang berdasarkan realita dilapangan pembangunan pertanian
hanya sepotong-potong dan tidak dilaksanakan secara terpadu, koordinatif dan
selaras.
Indonesia
sebagai negara agraris dan dalam pembangunan pertaniaannya tidak mempunyai daya
saing yang kompetetif dalam era globalisasi saat ini karena belum memiliki industri perbenihan yang
mampu mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Menurut Saragih
(2007) dalam membangun sistem agribisnis pada umumnya benih yang
digunakan petani adalah benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi dan kualitas yang dihasilkan rendah dan benih impor
yang digunakan belum tentu dapat dan sesuai iklim indonesia. Petani Indonesia
dalam mengembangkan usahatani agar menghasilkan produk yang memiliki daya saing
yang tinggi, maka usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi yang
memiliki kekhasan sebagai daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan mutu
dan produktivitasnya. Kendala yang timbul pada pengembangan agribisnis pada
umumnyan antara lain sumber daya manusia dan teknologi, karena itu perlu adanya
fasilitasi pemerintah dalam bentuk pendampingan.
Pengembangan
usaha tanaman sayuran merupakan peluang dan prospek yang cukup besar dalam
peningkatan perekonomian daerah dan pendapatan petani terutama didaerah dataran
tinggi. Menurut Ishaq,ef.a. (2007) dalam pengembangan agribisnis
sayuran tehnologi pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
petani, agar pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat apabila dilaksanakan
secaara terpadu dalam sistem agribisnis. Managemen agribisnis sayuran dalam
pengembangan usahanya dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari
semua subsistem dan saling terkait antara subsistem satu dan lainnya apalagi
dalam era globalisasi seperti saat ini (Said,ef.a/.2007) Faktor kunci dalam
pengembangan agribisnis sayuran adalah peningkat-an dan perluasan kapasitas
produksi melalui renovasi, menumbuh-kembangkan dan restrukturasi agribisnis,
kelembagaan maupun infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas
produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur.
Kebijakan revitalisasi pertaniaan perikanan dan kehutanan adalah pengembangan
agribisnis dengan fasilitasi/dukungan dariaspek tehnologi on farm dan off
farm, investasi, mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembngan yang
disesuaikan lahan.
Menurut
Said ef a/, (2007), Fungsi agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari
pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan
oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang
memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem agribisnis hulu, usaha
tani, sub sistem pengolahan hasil pertanian, sub system pemasaran hasil
pertanian dan sub sistem penunjang, dan sistem ini dapat berfungsi efektif bila
tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.
Faktor
pendukung keberhasilan agribisnis adalah berkembangnya kelembagaan-kelembagaan
tani, keuangan, penelitian dan pendidikan. Menurut hasil kajian pengaruh
kelembagaan terhadap adopsi irigrasi Nono Hartono (2009) terhadap kelembagaan
tani di kabupaten Tasikmalaya menyampaikan bahwa hubungan antara kelembagaan
tani belum efektif dan sangat sederhana dalam pengembangan agribisnis. Menurut
Rahardi dalam cerdas beragribisnis tahun 2006, usaha agribisnis dapat
meningkatkan pendapatan petani bila dikelola dengan sumberdaya manusia yang
cerdas dalam mengakses teknologi, informasi, pasar dan permodalan.
Produktivitas padi meningkat karena pengelolaan usaha tani yang baik.
2.3 Sarana dan Prasarana Budidaya Kubis
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang proses budidaya kubis
adalah bibit, pupuk organic, pupuk buatan, dan pestisida serta penyewaan lahan.
1)
Benih yang baik harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a.
Benih utuh, artinya tidak luka
atau tidak cacat.
b.
Benih harus bebas hama dan
penyakit.
c.
Benih harus murni, artinya tidak
tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran.
d.
Benih diambil dari jenis yang
unggul atau stek yang sehat.
e.
Mempunyai daya kecambah 80%.
f.
Benih yang baik akan tenggelam
bila direndam dalam air.
Penyiapan
benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai
berikut :
a.
Sterilisasi benih, dengan
merendam benih dlam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan
menggunakan air panas pada suhu 55o C selama 15 – 30 menit.
b.
Penyeleksian benih, dengan
merendamkan biji ke dalam air , dimana benih yang baik akan tenggelam.
c.
Rendamkan benih selama lebih
kurang 12 jam atau sampai dengan benih terlihat pecah agar benih cepat
berkecambah.
Pada teknik penyemaian benih, hal
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan lokasi penyemaian antara lain: tanah
tidak mengandung hama dan penyakit,mendapatkan penyinaran matahari yang cukup,
dan dekat dengan sumber air bersih. Adapun penyemaian dapat dilakukan dengan
cara penyemaian di bendengan, penyemaian di bumbung, dan penyemaian langsung.
Berikut ini merupakan cara pemeliharaan penyemaian agar bibit tumbuh dengan baik.
a.
Melakukan penyiraman setiap hari
pagi dan sore yang tergantung pada cuaca.
b.
Pengaturan buka dan tutup naungan
penyemaian.
c.
Penyiangan terhadap tanaman
pengganggu.
d.
Pemupukan larutan urea dengan
konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan pestisida denga dosis ½ dari yang
diperlukan
e.
Pemberian insektisida dan
fungisida untuk mengusir hama pengganggu.
2.4 Penanganan
Pengolahan Hasil Budidaya Kubis
Tanaman
kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 - 4
bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur
20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha.
Ciri-ciri
kemasakan kubis adalah sebagai berikut:
a.
Krop kubis mengeras dengan cara
menekan krop kubis,
b.
Daun berwarna hijau mengkilap,
c.
Daun paling luar sudah layu.
d.
Besar krop kubis telah terlihat
maksimal.
Pemungutan
hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang
akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan
pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah.
2.4.1 Cara
Panen
Pemetikan yang kurang
baik akan menimbulkan kerusakan mekanis yang menyebabkan krop kubis terinfeksi
patogen sehingga mudah pembusukan. Langkah-langkah dalam memetik kubis:
a.
Pilih kubis yang telah tua dan
siap dipetik.
b.
Petik kubis dengan menggunakan
pisau yang tajam dan bersih. Pemotongan dilakukan pada bagianpangkal batang
kubis.
c.
Urutan pemetikan adalah dimulai
dengan kubis yang sehat baru kemudian dilakukan pemetikan pada kubis yang telah
terkena infeksi patogen.
2.4.2 Pasca
Panen
a.
Pengumpulan
Setelah dipetik, kubis dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena
sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan kubis
yang tinggi kwalitas dan kwantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati
dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar.
b.
Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran untuk memisahkan krop kubis baik dan
bermutu dari yang kurang baik atau rusak, seperti retak, lecet dan kerusakan
lainnya. Penggolongan bertujuan untuk mengolongkan krop ke dalam mutu kelas I,
kelas II dan seterusnya berdasarkan jumlah daun pembungkus krop, keseragaman
bentuk, keseragaman ukuran, kepadatan krop, kadar kotoran maksimum, kecacatan
kubis maksimum dan panjang batang kubis maksimum.
Berdasarkan SNI 01-3174-1998 untuk kubis segar. Berdasarkan
SNI kubis, kubis digolongkan dalam empat ukuran :
• Kecil : < 500
gram/butir
• Sedang : 501 – 1000 gram/butir
• Besar : 1001 – 1800
gram/butir
• Sangat besar : > 1801 gram/butir
Berikut ini
criteria yang harus dipenuhi berdasarkan SNI-01-3174-1998
c.
Penyimpanan
Penyimpanan kubis harus
memperhatikan varietas kubis, suhu, kelembaban dan kadar air. Pada suhu 32-35
derajat F dan kelembaban udara 92-95%, kubis dapat disimpan 4-6 bulan (kubis
kadar air tinggi) dan 12 bulan (kubis kadar air rendah) dengan kehilangan berat
sebesar 10%.
d.
Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan dilakukan
dengan plastik polyethylene dan dalam pengangkutan kemasan perlu dimasukkan ke
dalam kotak atau peti kayu (field boxes) dengan kapasitas 25-30 kg/peti.
2.5 Sistem Pemasaran
Rantai pasokan kubis merupakan
saluran yang memungkinkan:
1.
Produk kubis bergerak dari
produsen ke konsumen
2.
Pembayaran, kredit dan modal
kerja bergerak dari konsumen ke produsen kubis.
3.
Teknologi
diseminasikan diantara partisipan rantai pasokan,
misalnya diantara produsen, pengepak dan pengolah
4.
Hak kepemilikan
berpindah dari produsen kubis ke pengepak
atau pengolah, kemudian ke pemasar.
5.
Informasi mengenai
permintaan konsumen serta preferensinya mengalir dari
pedagang pengecer ke produsen kubis
Lokasi
geografis sentra produksi kubis memungkinkan
produk sayuran tersebut dipasarkan tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga
antar wilayah/regional. Rantai pasokan yang
terjadi pada dasarnya merupakan bentuk
pelayanan yang sudah melembaga untuk
menjembatani produsen dan konsumen sayuran.
Intervensi pemerintah terhadap rantai pasok kubis ini
cenderung terbatas pada dukungan ketersediaan infrastruktur fisik,
misalnya jalan dan bangunan pasar.Tataniaga kubis seluruhnya
ditangani oleh pihak swasta. Hal ini mengimplikasikan
bahwa rantai pasok kubis secara umum cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan
penawaran dan permintaan. Beberapa jenis rantai pasok kubis adalah:
1)
produsen – transporter/pengangkut
– pedagang pengumpul desa atau bandar – pedagang pengumpul
antar wilayah – transporter/pengangkut – pedagang
besar/ grosir – pedagang pengecer - konsumen
2)
produsen – transporter/pengangkut
– pedagang pengumpul desa atau bandar – transporter/pengangkut –
pedagang besar/grosir – pedagang pengecer -
konsumen
3)
produsen –
pedagang komisioner - transporter/pengangkut –
pedagang pengumpul desa atau bandar – transporter/pengangkut – pedagang
besar/grosir – pedagang pengecer - konsumen
4)
Produsen – pengepak -
transporter/pengangkut – supermarket - konsumen
Rantai
pasokan pertama dan kedua diestimasi
menyerap sekitar 80% dari total pasok
kubis. Sisanya sekitar 20% dipasarkan
melalui rantai pasok ketiga dan keempat.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa rantai
pasokan kubis masih didominasi oleh rantai pasokan tradisional yang
outlet utamanya adalah pasar-pasar tradisional.
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI
Malino adalah Kelurahan yang terletak di Kecamatan
Tinggi Moncong, Kabupaten
Gowa,
Sulawesi
Selatan, daerah yang terletak 90 kilo meter dari kota Makassar kearah Selatan.
Berbagai jenis tanaman tropis yang indah dan tanaman
sayur-sayuran yang subur. suhu di kota Malino mulai dari 100C sampai 260C,
dan ketika musim hujan Malino
berkabut dan jarak pandang haya sekitar 50-90 meter saja dan disarankan berhati
hati saat berkendara.
Kecamatan Tingi Moncong
merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut, yang
sebagian besar wilayahya berupa lahan pertanian meyebabkan sebgian besar
pendudukya mengantungkan hidupya pada sektor pertanian.
Jenis tanah
di Kecamatan Tinggi Moncong
antara lain Tropodult, Trophortent,dan Trophohumult.
Letak Geografis
Desa Pattapang
·
Timur berbatasan dengan desa
Kampira
·
Barat bebatasan dengan kelurahan
Malino
·
Utara berbatasan dengan Desa
Tonasa
·
Selatan berbatasan dengan
Kelurahan Buluttana
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Nama Responden : Takdir
Alamat : Desa
Tinggi Moncong
Kecamatan Pattapang
Kabupaten Gowa
Umur : 40 Tahun
Pendidikan : SMA
Tanggungan Keluarga : 4
Luas Lahan : 1 H
1.
Subsistem
Produksi
Jenis Komoditi : Kubis / Kol
Jenis Bibit : Gand gova
Jumlah Bibit : 5 bks
Haarga Bibit : Rp. 15.000/ bks
Harga Jual : Rp. 4.000.-
Pupuk : Pupuk kandang
= Rp. 10.000.-/karung x 750 karung = Rp 7.500.000.-
: Urea
= Rp. 110.000/sak x 10 sak = RP 1.100.000.-
: ZA
= Rp 95.000,/sak x 4 sak = Rp. 380.000.-
: Ponska
= Rp. 150.000,-/sak x 10 sak = Rp. 1.500.000.-
Pestisida : Titean
=
Rp 60.000.-/kg x 17 kg = Rp. 1.020.000.-
:
Greend jots
=
Rp. 50.000.- /liter x 2 liter = Rp. 100.000.-
: Gramozon
=
Rp. 55.000.-/liter x 5 liter = Rp. 275.000.-
2.
Sistem Pengolahan Lahan
a.
Tenaga kerja
·
Pengolahan Rp.
50.000.-/1 Orang x 6 Orang x 9 Hari = Rp. 2.700.000.-
·
Penyemprotan Rp.
50.000.-/ 1 Orang x 5 orang x 9 hari = Rp. 2.250.000.-
·
Panen Rp. 50.000.-/1
orang x 6 orang x 9 hari = Rp. 2.700.000.-
3.
Subsistem
Pemasaran
Sistem pemasarannya dijual kepada pengepul yang datang kerumah
warga dan hasil panen kentang terbaik dikirim keluar daerah dan sistem pembayarannya melalui rekening.
4.
Subsistem
Penunjang
Tidak ada penunjang
BAB V
PENUTUP
3.1 Ksimpulan
Adapun kesimpulan dari paper tentang budidaya kubis ini adalah sebagai
berikut :
1)
Kubis merupakan tanaman yang
berasal dari benua Eropa dan Mesir yang pertama kali ditemukan sekitar 2000-1500
SM
2)
Pusat pertumbuhan tanaman kubis
di Indonesia umumnya di dataran tinggi
3)
Sarana dan prasaran budidaya
kubis meliputi bibit, lahan, pupuk, insektisida.
4)
System budidaya atau produksi
kubis mencapuk proses penyemaian bibit, pembuatan bendengan, penanaman, dan
pemeliharaan.
5)
Pemanenan tanaman kubis setelah
berumur 3-4 bulan setelah penyebaran benih, dan hasil yang didapatkan untuk
kubis telur 20-60 ton/ ha sedangkan untuk kubis bunga 10-15 ton/ha
6)
Proses penanganan pasca panen
tanaman kubis meliputi kegiatan pengumpulan, penyortiran, pengemasan dan
pengangkutan.
7)
Rantai pasok kubis secara umum
cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan pasar dan
masih didominasi oleh rantai pasokan tradisional yang outlet utamanya adalah
pasar-pasar tradisional.
8)
Kelembaggan pada budidaya kubis
mencakup semua elemen petani dai tingkat desa hingga pusat ditambah dengan
lembaga swasta yang membantu dalam hal permodalan.
3.2 Saran
Pemerintah sebaiknya membangun
sarana dan prasarana yang perlu untuk meningkatkan kinerja sistem agribisnis
kentang, yaitu balai penelitian dan produksi bibit kentang di Kecamatan Tinggi
moncong, Kabupaten Gowa. Balai tersebut berfungsi untuk menghasilkan bibit
unggul kentang yang harga dan aksesnya terjangkau petani.Sebaiknya juga
didirikan balai riset pengolahan pemasaran kentang untuk meningkatkan nilai
tambah kentang.Petani kentang sebaiknya ikut aktif dalam setiap program-program
pemerintah yang sedang berjalan serta melanjutkan program-program yang telah
selesai. Petani sebaiknya lebih sadar, adaptif, dan adoptif pada setiap
teknologi baru mulai dari teknologi produksi hingga teknologi
pascapanen.Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten gowa memiliki potensi lingkungan
yang sangat mendukung produksi kentang sehingga sebaiknya varietas tanaman
kentang yang ditanam sebaiknya lebih divariasikan, tidak hanya varietas
“Granola”. Salah atu varietas kentang yang sebaiknya ditanam juga adalah
varietas “Atlantic/Atlantik/Atlantis”. Varietas tersebut menghasilkan kentang
dengan harga yang cenderung lebih tinggi, dan jika dilakukan pengolahan
lanjutan akan menghasilkan nilai tambah yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumanti, Ir., MS, Debby. 2007. Teknologi Fermentasi dalam Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil
Pertanian.
Tanaman Kubis [Online]. Tersedia di: http://www.gogreen.web.id/2007/08/sauerkraut.html, (diakses tanggal 23 November)
Ir. Abdul alif, 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT
Grafindo Persada. Jakarta.
Suratiya, K.2006.Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya. Jakarta
http://binaukm.com/2011/02/peluang-usaha-budidaya-kubis. Diakses tanggal 21 Maret 2011.
http://www.slideshare.net/moe2l/laporan-praktek-lapang-kubis
LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN AGRIBISNIS KOMODITI KUBIS
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
January 30, 2015
Rating:
No comments:
Post a Comment