LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN AGRIBISNIS KOMODITI KUBIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Kubis atau yang sering di sebut Kol merupakan tanaman sayur yang hanya tumbuh di daerah dataran tinggi, Kubis tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 800 mdpl. ke atas, curah hujan hujan cukup dan temperatur udara 15o – 20o C.
Jenis tanah yang dikehendaki untuk tanaman kubis yaitu gembur, bertekstur ringan atau sarang serta pH 6 - 6,5.
Kubis sendiri sudah lama di kenal dan di konsumsi oleh masyarakat Indonesia, mulai dari kalangan atas hingga ke bawah. Kubis juga sudah mulai di pasarkan di restaurant dan hotel.
Kubis juga merupakan tanaman holtikultura yang baik karena harganya yang relatif baik dan tidak terlalu berfluktuasi, hal tersebut terjadi karena tanaman kubis sendiri dapat di tanam sewaktu-waktu tanpa harus melihat musim yang sedang berlangsung. Dan juga kubis lebih mudah di konsumsi karena bisa di gunakan sebagai lalapan atau di sayur
Dalam hal ini, keberhasilan dalam proses produksi kubis lebih banyak di nikmati oleh pedagang pengumpul, karena harga yang di patok kepada petani relatif rendah dan selalu berfluktuasi.



2.1   Tujuan Praktek
  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kinerja sistem agribisnis Kubis yang meliputi subsistem praproduksi, subsistem produksi, dan subsistem post produksi di daerah praktek.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Sejarah Singkat Kubis
Kubis atau kol pada mulanya merupakan tanaman liar di daerah subtropik. Tanaman kubis ini berasal dari Eropa dan Asia kecil, terutama tumbuh di daerah Great Britain dan Mediterania. Asal-usul tanaman kubis budidaya diduga berasal dari kubis liar yang tumbuh di sepanjang pantai Laut Tengah, Inggris, Denmark, dan sebelah Utara Perancis Barat serta pantai Glamorgan. Pada mulanya kubis liar tumbuh menahun dan dua musin, kemudian oleh orang Eropa dipanen biji-bijinya. Dari sejumlah 5000 tanaman diperoleh 70.000 biji kubis yang selanjutnya ditanam kembali. Pada tahapan ini diketemukan turunan tanaman kubis yang akar-akarnya membengkak dan daun-daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Orang-orang Inggris purba menemukan tanaman kubis membentuk bulatan seperti telur, sehingga mereka menyebutnya dengan nama “ Celtic Bresic”. Penemuan tanaman kubis sejak tahun 2000 – 1500 sebelum Masehi (SM) oleh orang-orang Mesir dan Yunani kuno.
Pemeliharaan tanaman kubis pertama kali terjadi di Eropa, dan setelah melampaui waktu 100 tahun tanaman ini menjadi popular sebagai bahan makanan. Sehingga sebagian kalangan menyebutkan tanaman kubis yang ada sekarang merupakan hasil seleksi dari tumbuhan kubis liar yang tumbuh sejak 2000 tahun yang lalu. Pada abad IX, kubis sudah tersebar di benua Eropa dan Amerika yang didatangkan oleh kolonialisasi di kawasan tersebut. Sebelum abad XIV di Inggris baru mengenal kubis yang bentuk daunnya membulat seperti kulit batang tanaman. Sekitar abad XIX pelajaran dan memelihara tanaman kubis telah dilakukan di Hokaido Jepang. Pada tahun 1970 kubis telah tersebar ke seluruh dunia, yang terdiri dari 20 negara Eropa, 18 negera Asia, dan meluas ke Negara-negara lain di kawasan Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

2.2  Pengertian Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian dalam arti cara pandang yang dahulu dilaksanpkan secara sektoral sekarang secara inter sektoral atau dilaksanakan secara sub sistem sekarang secara sistem (Saragih, 2007). Dengan demikian agribisnis mempunyai keterkaitan vertikal dan antar subsistem serta keterkaitan horisontal dengan sistem atau sub sistem lain diluar seperti jasa-jasa (Finansial dan perbankan, transpotasi, perdagangan, pendidikan dan Iain-Iain)
Sistem Agribisnis mencakup 4 (empat) hal, Pertama, industri pertanian hulu yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribinis, yakni industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri agro-kimia (Pupuk, pestisida dan obat- obatan hewan), industri agro-otomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribisnis yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertaniaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Ketiga, industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusness, yakni kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian hasil pertanian menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir. Keempat, jasa penunjang agribisnis yakni perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan dari petugas ataupun tenga ahli serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani. dan lain sebagainya. Dari empat unsur tadi mempunyai keterkaitan satu dan lainnya sangat erat dan terpadu dalam sistem. (Saragih, 2007). Dengan demikian pembangunan agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa sekaligus. Sampai dengan sekarang berdasarkan realita dilapangan pembangunan pertanian hanya sepotong-potong dan tidak dilaksanakan secara terpadu, koordinatif dan selaras.
Indonesia sebagai negara agraris dan dalam pembangunan pertaniaannya tidak mempunyai daya saing yang kompetetif dalam era globalisasi saat ini karena belum memiliki industri perbenihan yang mampu mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Menurut Saragih (2007) dalam membangun sistem agribisnis pada umumnya benih yang digunakan petani adalah benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi dan kualitas yang dihasilkan rendah dan benih impor yang digunakan belum tentu dapat dan sesuai iklim indonesia. Petani Indonesia dalam mengembangkan usahatani agar menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi, maka usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi yang memiliki kekhasan sebagai daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan mutu dan produktivitasnya. Kendala yang timbul pada pengembangan agribisnis pada umumnyan antara lain sumber daya manusia dan teknologi, karena itu perlu adanya fasilitasi pemerintah dalam bentuk pendampingan.
Pengembangan usaha tanaman sayuran merupakan peluang dan prospek yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah dan pendapatan petani terutama didaerah dataran tinggi. Menurut Ishaq,ef.a. (2007) dalam pengembangan agribisnis sayuran tehnologi pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, agar pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat apabila dilaksanakan secaara terpadu dalam sistem agribisnis. Managemen agribisnis sayuran dalam pengembangan usahanya dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari semua subsistem dan saling terkait antara subsistem satu dan lainnya apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini (Said,ef.a/.2007) Faktor kunci dalam pengembangan agribisnis sayuran adalah peningkat-an dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, menumbuh-kembangkan dan restrukturasi agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Kebijakan revitalisasi pertaniaan perikanan dan kehutanan adalah pengembangan agribisnis dengan fasilitasi/dukungan dariaspek tehnologi on farm dan off farm, investasi, mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembngan yang disesuaikan lahan.
Menurut Said ef a/, (2007), Fungsi agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem agribisnis hulu, usaha tani, sub sistem pengolahan hasil pertanian, sub system pemasaran hasil pertanian dan sub sistem penunjang, dan sistem ini dapat berfungsi efektif bila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.
Faktor pendukung keberhasilan agribisnis adalah berkembangnya kelembagaan-kelembagaan tani, keuangan, penelitian dan pendidikan. Menurut hasil kajian pengaruh kelembagaan terhadap adopsi irigrasi Nono Hartono (2009) terhadap kelembagaan tani di kabupaten Tasikmalaya menyampaikan bahwa hubungan antara kelembagaan tani belum efektif dan sangat sederhana dalam pengembangan agribisnis. Menurut Rahardi dalam cerdas beragribisnis tahun 2006, usaha agribisnis dapat meningkatkan pendapatan petani bila dikelola dengan sumberdaya manusia yang cerdas dalam mengakses teknologi, informasi, pasar dan permodalan. Produktivitas padi meningkat karena pengelolaan usaha tani yang baik.

2.3 Sarana dan Prasarana Budidaya Kubis
        Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang proses budidaya kubis adalah bibit, pupuk organic, pupuk buatan, dan pestisida serta penyewaan lahan.
1)      Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.       Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b.      Benih harus bebas hama dan penyakit.
c.       Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran.
d.      Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e.       Mempunyai daya kecambah 80%.
f.       Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut :
a.       Sterilisasi benih, dengan merendam benih dlam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan menggunakan air panas pada suhu 55o C selama 15 – 30 menit.
b.      Penyeleksian benih, dengan merendamkan biji ke dalam air , dimana benih yang baik akan tenggelam.
c.       Rendamkan benih selama lebih kurang 12 jam atau sampai dengan benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah.
              Pada teknik penyemaian benih, hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan lokasi penyemaian antara lain: tanah tidak mengandung hama dan penyakit,mendapatkan penyinaran matahari yang cukup, dan dekat dengan sumber air bersih. Adapun penyemaian dapat dilakukan dengan cara penyemaian di bendengan, penyemaian di bumbung, dan penyemaian langsung. Berikut ini merupakan cara pemeliharaan penyemaian agar bibit tumbuh dengan baik.
a.       Melakukan penyiraman setiap hari pagi dan sore yang tergantung pada cuaca.
b.      Pengaturan buka dan tutup naungan penyemaian.
c.       Penyiangan terhadap tanaman pengganggu.
d.      Pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan pestisida denga dosis ½ dari yang diperlukan
e.       Pemberian insektisida dan fungisida untuk mengusir hama pengganggu.
2.Penanganan Pengolahan Hasil Budidaya Kubis
Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 - 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur 20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha.
Ciri-ciri kemasakan kubis adalah sebagai berikut:
a.       Krop kubis mengeras dengan cara menekan krop kubis,
b.      Daun berwarna hijau mengkilap,
c.       Daun paling luar sudah layu.
d.      Besar krop kubis telah terlihat maksimal.
Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah.

2.4.1  Cara Panen
Pemetikan yang kurang baik akan menimbulkan kerusakan mekanis yang menyebabkan krop kubis terinfeksi patogen sehingga mudah pembusukan. Langkah-langkah dalam memetik kubis:
a.       Pilih kubis yang telah tua dan siap dipetik.
b.      Petik kubis dengan menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Pemotongan dilakukan pada bagianpangkal batang kubis.
c.       Urutan pemetikan adalah dimulai dengan kubis yang sehat baru kemudian dilakukan pemetikan pada kubis yang telah terkena infeksi patogen.

2.4.2  Pasca Panen
a.       Pengumpulan
Setelah dipetik, kubis dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan kubis yang tinggi kwalitas dan kwantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar.
b.      Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran untuk memisahkan krop kubis baik dan bermutu dari yang kurang baik atau rusak, seperti retak, lecet dan kerusakan lainnya. Penggolongan bertujuan untuk mengolongkan krop ke dalam mutu kelas I, kelas II dan seterusnya berdasarkan jumlah daun pembungkus krop, keseragaman bentuk, keseragaman ukuran, kepadatan krop, kadar kotoran maksimum, kecacatan kubis maksimum dan panjang batang kubis maksimum. Berdasarkan  SNI  01-3174-1998  untuk kubis segar. Berdasarkan SNI kubis, kubis digolongkan dalam empat ukuran :
•  Kecil    :  < 500 gram/butir
•  Sedang  :  501 – 1000 gram/butir
•  Besar    :  1001 – 1800 gram/butir
•  Sangat besar :  > 1801 gram/butir
Berikut ini criteria yang harus dipenuhi berdasarkan SNI-01-3174-1998
c.         Penyimpanan
Penyimpanan kubis harus memperhatikan varietas kubis, suhu, kelembaban dan kadar air. Pada suhu 32-35 derajat F dan kelembaban udara 92-95%, kubis dapat disimpan 4-6 bulan (kubis kadar air tinggi) dan 12 bulan (kubis kadar air rendah) dengan kehilangan berat sebesar 10%.
d.      Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan dilakukan dengan plastik polyethylene dan dalam pengangkutan kemasan perlu dimasukkan ke dalam kotak atau peti kayu (field boxes) dengan kapasitas 25-30 kg/peti.

2. Sistem Pemasaran
Rantai pasokan kubis merupakan saluran yang memungkinkan:
1.      Produk kubis bergerak dari produsen ke konsumen
2.      Pembayaran, kredit dan modal kerja bergerak dari konsumen ke produsen  kubis.
3.      Teknologi  diseminasikan  diantara  partisipan  rantai  pasokan,  misalnya diantara produsen, pengepak dan pengolah
4.      Hak  kepemilikan  berpindah  dari  produsen  kubis  ke  pengepak  atau pengolah, kemudian ke pemasar.
5.      Informasi  mengenai  permintaan  konsumen  serta  preferensinya  mengalir dari pedagang pengecer ke produsen kubis
Lokasi  geografis  sentra  produksi  kubis  memungkinkan  produk  sayuran  tersebut dipasarkan  tidak  hanya  untuk  memenuhi  kebutuhan  lokal,  tetapi  juga  antar  wilayah/regional.  Rantai  pasokan  yang  terjadi  pada  dasarnya  merupakan  bentuk  pelayanan  yang  sudah melembaga  untuk  menjembatani  produsen  dan  konsumen  sayuran.  Intervensi pemerintah  terhadap  rantai pasok kubis  ini  cenderung  terbatas  pada dukungan ketersediaan infrastruktur fisik, misalnya jalan dan bangunan pasar.Tataniaga  kubis  seluruhnya  ditangani  oleh  pihak  swasta. Hal  ini mengimplikasikan bahwa rantai pasok kubis secara umum cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan.  Beberapa jenis rantai pasok kubis adalah:
1)      produsen – transporter/pengangkut – pedagang pengumpul desa atau bandar – pedagang  pengumpul  antar  wilayah  –  transporter/pengangkut  –  pedagang besar/ grosir – pedagang pengecer - konsumen
2)      produsen – transporter/pengangkut – pedagang pengumpul desa atau bandar – transporter/pengangkut  –  pedagang  besar/grosir  –  pedagang pengecer  - konsumen
3)      produsen  –  pedagang  komisioner  -  transporter/pengangkut  –  pedagang pengumpul desa atau bandar – transporter/pengangkut – pedagang besar/grosir – pedagang pengecer - konsumen
4)      Produsen – pengepak - transporter/pengangkut – supermarket - konsumen
Rantai  pasokan  pertama  dan  kedua  diestimasi  menyerap  sekitar  80%  dari  total pasok  kubis.  Sisanya  sekitar  20%  dipasarkan  melalui  rantai  pasok  ketiga  dan keempat.  Gambaran  tersebut  menunjukkan  bahwa  rantai  pasokan  kubis  masih didominasi oleh rantai pasokan tradisional yang outlet utamanya adalah pasar-pasar tradisional.
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI
Malino adalah Kelurahan yang terletak di Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, daerah yang terletak 90 kilo meter dari kota Makassar kearah Selatan. Berbagai jenis tanaman tropis yang indah dan tanaman sayur-sayuran yang subur. suhu di kota Malino mulai dari 100C sampai 260C, dan ketika musim hujan Malino berkabut dan jarak pandang haya sekitar 50-90 meter saja dan disarankan berhati hati saat berkendara.
Kecamatan Tingi Moncong merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut, yang sebagian besar wilayahya berupa lahan pertanian meyebabkan sebgian besar pendudukya mengantungkan hidupya pada sektor pertanian.
Jenis tanah di Kecamatan Tinggi Moncong antara lain Tropodult, Trophortent,dan Trophohumult.

Letak Geografis Desa Pattapang
·         Timur berbatasan dengan desa Kampira
·         Barat bebatasan dengan kelurahan Malino
·         Utara berbatasan dengan Desa Tonasa
·         Selatan berbatasan dengan Kelurahan Buluttana



BAB IV
HASIL PENELITIAN
Nama Responden                  : Takdir
Alamat                                    : Desa Tinggi Moncong
   Kecamatan Pattapang
                                            Kabupaten Gowa
Umur                                      : 40 Tahun
Pendidikan                             : SMA
Tanggungan Keluarga         : 4
Luas Lahan                           : 1 H

1.      Subsistem Produksi
Jenis Komoditi                 : Kubis / Kol
Jenis Bibit                        : Gand gova
Jumlah Bibit                    : 5 bks
Haarga Bibit                    : Rp. 15.000/ bks
Harga Jual                       : Rp. 4.000.-
Pupuk                   : Pupuk kandang
=  Rp. 10.000.-/karung x 750 karung = Rp 7.500.000.-
: Urea
= Rp. 110.000/sak x 10 sak = RP 1.100.000.-
: ZA
= Rp 95.000,/sak x 4 sak = Rp. 380.000.-
                                    : Ponska
= Rp. 150.000,-/sak x 10 sak = Rp. 1.500.000.-
Pestisida               : Titean
                              = Rp 60.000.-/kg x 17 kg = Rp. 1.020.000.-
                              : Greend jots
                              = Rp. 50.000.- /liter x 2 liter = Rp. 100.000.-
                              : Gramozon
                              = Rp. 55.000.-/liter x 5 liter = Rp. 275.000.-
2.      Sistem Pengolahan Lahan
a.       Tenaga kerja
·         Pengolahan Rp. 50.000.-/1 Orang x 6 Orang x 9 Hari = Rp. 2.700.000.-
·         Penyemprotan Rp. 50.000.-/ 1 Orang x 5 orang x 9 hari = Rp. 2.250.000.-
·         Panen Rp. 50.000.-/1 orang x 6 orang x 9 hari = Rp. 2.700.000.-

3.      Subsistem Pemasaran
Sistem pemasarannya dijual kepada pengepul yang datang kerumah warga dan hasil panen kentang terbaik dikirim keluar daerah  dan sistem pembayarannya melalui rekening.
4.      Subsistem Penunjang
Tidak ada penunjang











BAB V
PENUTUP
3.1  Ksimpulan
Adapun kesimpulan dari paper tentang budidaya kubis ini adalah sebagai berikut :
1)      Kubis merupakan tanaman yang berasal dari benua Eropa dan Mesir yang pertama kali ditemukan sekitar 2000-1500 SM
2)      Pusat pertumbuhan tanaman kubis di Indonesia umumnya di dataran tinggi
3)      Sarana dan prasaran budidaya kubis meliputi bibit, lahan, pupuk, insektisida.
4)      System budidaya atau produksi kubis mencapuk proses penyemaian bibit, pembuatan bendengan, penanaman, dan pemeliharaan.
5)      Pemanenan tanaman kubis setelah berumur 3-4 bulan setelah penyebaran benih, dan hasil yang didapatkan untuk kubis telur 20-60 ton/ ha sedangkan untuk kubis bunga 10-15 ton/ha
6)      Proses penanganan pasca panen tanaman kubis meliputi kegiatan pengumpulan, penyortiran, pengemasan dan pengangkutan.
7)      Rantai pasok kubis secara umum cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan pasar dan masih didominasi oleh rantai pasokan tradisional yang outlet utamanya adalah pasar-pasar tradisional.
8)      Kelembaggan pada budidaya kubis mencakup semua elemen petani dai tingkat desa hingga pusat ditambah dengan lembaga swasta yang membantu dalam hal permodalan.

3.2  Saran

          Pemerintah sebaiknya membangun sarana dan prasarana yang perlu untuk meningkatkan kinerja sistem agribisnis kentang, yaitu balai penelitian dan produksi bibit kentang di Kecamatan Tinggi moncong, Kabupaten Gowa. Balai tersebut berfungsi untuk menghasilkan bibit unggul kentang yang harga dan aksesnya terjangkau petani.Sebaiknya juga didirikan balai riset pengolahan pemasaran kentang untuk meningkatkan nilai tambah kentang.Petani kentang sebaiknya ikut aktif dalam setiap program-program pemerintah yang sedang berjalan serta melanjutkan program-program yang telah selesai. Petani sebaiknya lebih sadar, adaptif, dan adoptif pada setiap teknologi baru mulai dari teknologi produksi hingga teknologi pascapanen.Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten gowa memiliki potensi lingkungan yang sangat mendukung produksi kentang sehingga sebaiknya varietas tanaman kentang yang ditanam sebaiknya lebih divariasikan, tidak hanya varietas “Granola”. Salah atu varietas kentang yang sebaiknya ditanam juga adalah varietas “Atlantic/Atlantik/Atlantis”. Varietas tersebut menghasilkan kentang dengan harga yang cenderung lebih tinggi, dan jika dilakukan pengolahan lanjutan akan menghasilkan nilai tambah yang tinggi.






DAFTAR PUSTAKA
Sumanti, Ir., MS, Debby. 2007. Teknologi Fermentasi dalam Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Tanaman Kubis [Online]. Tersedia di: http://www.gogreen.web.id/2007/08/sauerkraut.html, (diakses tanggal 23 November)

Ir. Abdul alif, 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Grafindo Persada. Jakarta.

Suratiya, K.2006.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta


http://www.slideshare.net/moe2l/laporan-praktek-lapang-kubis

LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN AGRIBISNIS KOMODITI KUBIS LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN AGRIBISNIS KOMODITI KUBIS Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/ on January 30, 2015 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.