BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Sesuai konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk
memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi
atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna
dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah lahan
pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan
pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani
menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah
digunakan di hampir setiap lahan pertanian. Pestisida kimia
merupakan salah satu upaya pengendalian hama. Penggunaan pestisida kimia
tersebut dilakukan dengan cara penyemprotan (untuk formulasi cair), pengabutan
(untuk formulasi serbuk) maupun penebaran (untuk formulasi
granuler).
Penggunaan pestisida kimia disukai petani karena hasilnya dapat segera dilihat,
pelaksanaannya mudah dan praktis serta dapat dibeli dengan mudah di toko/kios
sarana pertanian di pedesaan. Walaupun pestisida kimia ini merupakan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun bagi kesehatan petani, konsumen, musuh alami
dan bagi lingkungannya. Oleh karena itu, penggunaan pestisida oleh petani harus
hati-hati, bijaksana dan dibatasi serta aplikasinya mengikuti prinsip 5 tepat yaitu
tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran, tepat waktu serta tepat tempat
(Mugnisjah, 1995)
Mengacu pada teorinya pestisida digunakan
saat musuh alami OPT sudah tidak seimbang, tetapi pada praktiknya selalu
pestisida yang menjadi jalan pintas untuk mengendalikannya. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengenalan pestisida yang telah ditetapkan oleh pemerintah
sehingga lingkungan pertanian tetap lestari.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui berbagai macam insektisida yang sering digunakan dalam pengendalian.
2. Mengetahui
bahan aktif insektisida yang terdapat
pada merek dagang
3. Mengetahui cara aplikasi insektisida yang dikenalkan.
4. Mengetahui hama sasaran dari Insektisida yang dikenalkan.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pulpen dan kertas.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah macam-macam insektisida
yaitu: Decis 2,5 EC, Marshall 200 EC, Furadan 3Gr, Carbavin 85 WP, Mipcin 50
WP, Marshall 25 ST, Ambush 2 EC.
2.2. Prosedur Kerja
Adapun Prosedur kerja dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Praktikan
dijelaskan mengenai praktikum pengenalan insektisida dan macam-macam
insektisida oleh asisten.
2. Insektisida
disediakan diatas meja praktikum.
3. Praktikan
mengamatai insektisida yang telah disediakan
4. Keterangan yang
tertera pada pestisida dicatat oleh praktikan
5. Pestisida
difoto oleh praktikan
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
No.
|
Foto
|
Keterangan
|
1.
|
Marshall 200
EC
|
Nama Dagang : Marshall 200 EC
Bahan Aktif : Karbosulfan 200,11 g/l
Cara Masuk : Kontak dan Lambung
Dosis : 1-2 ml/l
Komoditi : Bawang Merah,Cabai.
OPT : Ulat
Grayak,trip,kutudaun, tungau
Cara Aplikasi : Penyemprotan
Cara
penyimpanan : Jauh dari anak-anak.
Petunjuk
Pemusnahan:Ditanam didalam sedalam >0,5tanah,jauhkan dari sumber air.
|
2.
|
Furadan 3 Gr
|
Nama
Dagang : Furada 3 Gr
Bahan
Aaktif : Karbofuran 3%
Cara
Masuk : Kontak dan lambung
Dosis : 17 kg/ha
Komoditi : Padi sawah, tebu,lada.
OPT : Wereng
hijau,lalat daun.
Cara
Aplikasi : Ditaburkan ke
tanaman
Cara
penyimpanan :Jauhkan dari air dan
kondisi terlalu lembab.
|
|
|
Petunjuk
Pemusnahan : Kemasan dikubur dalam tanah sedalan>0,5 m dan jauh dari
sumber air.
|
3.
|
Nama Dagang : Ambush 2 EC
Bahan Aktif : Permetrin 20 g/l
Cara Masuk : Racun Kontak
Dosis : 0,5-1 ml/l
Komoditi : Kakao dan Kapas
OPT : Penghisap dan Penggerek
buah
Cara Aplikasi : Penyemprotan
Cara
penyimpana : Hindarkan kelembapan
tinggi
Petunjuk
Pemusnahan: Kemasan Dibakar
|
|
4
|
Mipcin 50 WP
|
Nama Dagang : Mipcin 50 WP
Bahan Aaktif : MPC 50 %
Cara Masuk : Racun Kontak
Dosis : 2-4mg
Komoditi : Padi,Jagung, Kedelai
OPT : Penggerek batang
Cara Aplikasi : Penyemprotan
Cara
penyimpanan :Simpan pada suhu rendah dan kelembapan rendah
Petunjuk
Pemusnahan: Kemasan dibakar atau dikubur
|
5.
|
Carbavin 85 WP
|
Nama Dagang : Carbavin 85 WP
Bahan Aaktif : Karbonil 85%
Cara Masuk : Kontak dan Lambung
Dosis : 4 gr/l
Komoditi : Pad
OPT : Wereng Coklat
Cara Aplikasi : Penyemprotan
Cara
penyimpanan : Simpan di kelembapan
rendah dan jauh dari anak-anak.
Petunjuk
Pemusnahan: Dikubur sedalam 0,5 meter dan jauhkan dari suumber air atau
dibakar.
|
6.
|
Decis 2,5 EC
|
Nama Dagang : Decis 2,5 EC
Bahan Aktif : Deltametrin 25 g/l
Cara Masuk : Racun Kontak
Dosis : 0,5-1 ml/l
Komoditi : Bawang Merah
OPT : Ulat Grayak
Cara Aplikasi : Penyemprotan Vol. Tinggi
Cara
penyimpanan : Ditempat aman
Petunjuk
Pemusnahan: Dikubur dalam tanah dan jauh dari sumber air.
|
7.
|
Marshall 25 ST
|
Nama Dagang : Marshall 25 ST
Bahan Aktif : Karbosulfan 25,53%
Cara Masuk : Kontak dan Lambung
Dosis : 200 gr/kg benih
Komoditi : Padi,Jagung.
OPT : Semut, orong-orong,
Cara Aplikasi : Dicampurkan pada benih
Cara
penyimpanan : Simpan dan jauhkan dari
anak-anak
Petunjuk
Pemusnahan: Kemasan dikubur dalam tanah.
|
3.2 Pembahasan
Pada
pengendalian penyakit mengenal istilah formulasi,suspensi dan emulsi. Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan
bahan lainnya dengan kadar dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja
sebagai Pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Pestisida dalam bentuk teknis (technical
grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida
merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat
yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling),
penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah
diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti
petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual, yang dimaksud dengan formulasi
(formulated product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang dipasarkan.
Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan aktif 100%,
karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif 100%, karena
selain zat pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert ingridient) juga
da yang berisi campuran dari 2 atau lebih pestisida. Emulsi pekat (emulsible atau emulsifiable
concentrates, EC.) adalah larutan pekat pestisida yang diberi emulsifier (bahan
pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari
butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam air ini merupakan
emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang menyebabkan
penyebaran butir- butir kecil minyak secara menyeluruh dalam air pengencer.
Emulsi pekat dibuat dalam dua sediaan, yaitu kepekatan rendah (1-10% bahan
aktif), dan kepekatan tinggi (10-80% bahan aktif . Suspensi merupakan beberapa bahan aktif
pestisida hanya larut pada pelarut organik tertentu. Untuk mengatasi hal ini
bahan murninya harus dicampur dengan serbuk tertentu dan sedikit air sehingga terbentuk campuran pestisida dengan
serbuk halus yang basah. Campuran ini dapat bercampur rata jika dilarutkan di
dalam air sebelum disemprotkan(Marwoto, 1992)
Menurut cara
kerja(gerak) insektisida/pestisida pada tanaman setelah diaplikasikan, dapat
dibedakan menjadi 3 antara lain sebagai berikut:
a.Insektisida
sistemik
Insektisida
sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun.
Selanjutnya, insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan
ditrasportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik ke atas (akropetal)
atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yan baru tumbuh. Contoh
insektisida sistemik adalah furatiokarb, fosfamidon, isolan, karbofuran, dan
monokrotofos.
b.Insektisida
nonsistemik
Insektisida
nonsistemik setelah diaplikasikan (misalnya disemprotkan) pada tanaman sasaran
tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar
tanaman. Contoh insektisida adalah dioksikarb, diazinon, diklorvos, profenofos,
dan quinalfos (Djojosumarto, 2008).
Menurut cara
masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran dibedakan menjadi
tigakelompok insektisida sebagai berikut:
a.Racun lambung
(racun perut, stomach poison)
Adalah
insektisida-insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida
tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding
saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh
serangga ke tempat sasaran yang mematikan (misalnya ke susunan syaraf
serangga). Oleh karena itu, serangga harus terlebih dahulu memakan tanaman yang
sudah disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya.
b.Racun kontak
Racun kontak
adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit
(bersinggungan langsung). Serangga hama akan mati bila bersinggungan (kontak
langsung) dengan insektisida tersebut.
c.Racun
pernapasan
Adalah
insektisida yang bekerja lewat saluran pernapasan. Serangga hama akan mati bila
menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup(Triharso, 2004).
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Insektisida yang sering digunakan adalah Marshall 200 EC, Furadan 3 Gr, Carbavin 85 WP, Mipcin 50 WP, Decis 25 EC, Marshall 25 ST, Ambush 2 EC.
- Bahan aktif insektisida yang terdapat pada merek dagang adalah Deltametrin, Karbosulfan,Permetrin,Karbonil, Karbosulpin, MPC, dan Karbofuran.
- Cara yang digunakan dalam pengaplikasian insektisida adalah dengan cara disemprotkan pada tanaman,ditaburkan pada perakaran atau bagian tubuh tanaman,dan dicampurkan pada benih.
- Hama sasaran insektisida bahan praktikum antara lain orong-orong, penghisap dan penggerek buah, ulat grayak,thrips,belalang,wereng hijau, dan lalat hijau.
DAFTAR
PUSTAKA
Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting pada
tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida
dan Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Marwoto. 1992. Masalah pengendalian hama Blimbing
di tingkat petani. hlm. 37−43. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama
Terpadu Tanaman Blimbing. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang.
Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara.Jakarta.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press .
Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN INSEKTISIDA BIOEKOLOGI HAMA TANAMAN
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
September 25, 2017
Rating:

No comments:
Post a Comment