BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
budidaya tanaman sudah tidak asing lagi jika tanaman terserang suatu penyakit,
hal itu dikarenakan berbagai faktor penyebab patogen tersebut berkembang pada
lingkungan budidaya. Untuk mengatasi
hama tersebut maka perlu dilakukan pengendalian, baik secara mekanis,biologis
maupun kimiawi. Akhir-akhir ini banyak sekali digencarkan pengendalian secara
alami atau hayati karena dengan metode ini lebih aman jika dibandingkan dengan
metode secara kimiawi menggunakan bahan sintetis yang memiliki residu.
Populasi
organisme dialam berada dalam keadaan seimbang pada jenjang populasi tertentu.
Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan juga faktor dalam populasi
sendiri, yang mengendalikan populasi tersebut. Salah satu kelompok faktor
lingkungan itu adalah musuh alami yang mencakup parasitoid, predator, dan
pathogen. Serangga, selain bersifat
sebagai hama,banyak pula yang bersifat sebagai predator atau parasitoid. Selain
tipe alat mulut yang khas, predator biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih besar
daripada mangsanya dan membutuhkan lebih dari seekor mangsa selama hidupnya(Triharso,2004).
Dalam
rangka konsep pengendalian hama terpadu, penggunaan bahan kimia merupakan
alternatif terakhir dan sebagai pelengkap saja.
Pengendalian secara biologi lebih mengutamakan pemanfaatan musuh alami
atau agen pengendali hayati sebagai komponen utama.Biasanya parasitoid
berukuran lebih kecil daripada inangnya (serangga hama) dan satu individu
parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang menjadi
dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa larva atau kepompong
parasitoid.
Parasitoid
mematikan inangnya secara perlahal- lahan. Kebanyakan parasitoid adalah anggota
ordo hemynoptera dan dipteral. Parasitoid dapat berkembang dan menyerang dalam
berbagai fase hidup serangga hama (inagnya). Misalnya ada parasitoid telur,
larva, nympha, kepompong dan serangga dewasa. Trichogramma (ordo hemynoptera)
adalah salah satu contoh parasitoid telur hama pengerek batang padi(Marwoto,1992).
Untuk
menjaga kelestarian lingkungan serta mewariskan gaya hidup sehat perlu dilakukan
praktikum pengendalian menggunakan musuh alami, selain itu untuk menanamkan
kepada praktikan bahwa dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman tidak
hanya menggunakan bahan kimia sintetis, maka akan terciptanya produk hasil budidaya tanaman
yang sehat sehingga tidak menimbulkan masalah baru dalam masyarakat khususnya
petani.
1.2
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami manfaat pengendalian
menggunakan musuh alami
2. Untuk mengetahui keefektifitasan penggunaan
musuh alami untuk pengendalian hama tanaman.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum adalah mikroskop, dan cawan petri.
Sedangkan
bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu capung, laba-laba(Lycora sp.), kepik air raksasa, kumbang
predator raksasa, Thricogramma sp. Catesia
flavipes, Chilo saccharipagus, Corcyra cephalomica.
2.2 Prosedur Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan
dalam praktikum sebagai berikut:
1. Dijelaskan tentang spesimen praktikum oleh asisten.
2. Dijelaskan
mengenai mekanisme predator,parasitoid dan patogen dalam mengendalikan hama
3. Spesimen
diamati dan digambar oleh praktikan.
Capung
|
Laba-Laba
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Ansoptera
Genus : Anax
Spesies : Anax juinus
Peran : Predator
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araida
Famili : Lycosidae
Genus : Lycora
Spesies : Lycora sp
Peran : Predator
|
Kepik air raksasa
|
Kumbang predator raksasa
|
Klasifikasi
Kingdom:
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Hemiptera
Infraordo
: Nepomorpha
Famili :
Belostomatidae
Peran :
Parasitoid
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Coccinelidae
Genus : Verania
Spesies : Verania sp
Peran : Predator
|
Thricogramma
|
Catesia Flavipes
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phillum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Clistrogastra
Family : Trichogrammatidae
Genus : Trichogramma
Spesies : Trichogramma
Peran : Parasitoid
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Class : Insecta
Order : Hymenoptera Family : Braconidae Genus : Cotesia Species : flavipes Common Name : Braconid wasp
Peran : Parasitoid
|
Chilo sacchariphagus
|
Corcyra cephalonica
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phillum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Crambidae
Genus : Chilo
Spesies : Chilo saccariphagus
Peran : Hama
|
Klasifikasi
Kingdom:
Animalia
Phillum:
Arthopoda
Kelas:
Insekta
Ordo:
Lepidoptera
Subordo:
Mikrolepidoptera
Family:
Pyralididae
Genus: Corcyra
Spesies: Corcyra cephalonica
Peran :
Hama
|
3.3 Pembahasan
Berikut
adalah contoh-contoh patogen yang menyebabkan kematian pada hama tanaman:
1. Metarhizium
anisopliae
Metarhizium anisopliae
adalah mikoorganisme berupa jamur yang menyebabkan penyakit pada hama Lepidiota stigma pada akar tebu, dan
membunuhnya secara perlahan.
Klasifikasi
Metarhizium anisopliae
Kingdom :Fungi
Divis :Eumycota
Kelas :Deuteromycetes
Ordo :Moniliales
Famili :Moniliaceae
Genus :Metarhizium
Spesies :Metarhizium anisopliae
2. Beauveria
bassiana
Beauveria bassiana
adalah mikoorganisme berupa jamur yang menyebabkan penyakit pada hama belalang
pada tanaman jagung.
Klasifikasi
Beauveria bassiana
Kingdom : Fungi
Nama
Filum : Acomycota
Kelas : Sardaryamycetes
Ordo : Hyprocreales
Famili : Maniliaceae
Genus : Beauveria
Spesies : Beauveria bassiana
Predator
adalah organisme yang hidup bebas yang memangsa organism lainnya. Predator
dapat menyerang dari mulai fase immature (pra dewasa) sampai dengan fase dewasa dari serangga mangsa. Dan untuk
mencapai fase dewasa, predator membutuhkan lebih dari satu individu inang.
Kelompok
Predator
1. Capung
Capung jarum
memiliki bentuk tubuh yang panjang dan kurus ramping seperti jarum. Sayap capung
jarum selalu dalam posisi tegak menyatu di atas punggungnya saat beristirahat
atau hinggap pada ranting tanaman. Capung jarum memiliki ciri-ciri unik yang
membuatnya mudah dibedakan dari jenis capung lainnya, yaitu bentuk tubuh yang
ramping seperti jarum dan posisi sayap tegak ke atas saat istirahat. Capung
jarum sering ditemukan di sekitar kolam, rawa, hutan, dan sawah ( Borror, 1996
).
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropelzinga
Kelas :
Insecta
Ordo :
Odonata
Sub-ordo : Zygoptera
Famili :
Coenagriomidae
Genus :
Ischnura
Spesies :
Ischnura sp.
Siklus hidup
Siklus hidup capung jarum bermula dari telur. Umumnya setelah 2 hari,
telur akan menetas dan larva keluar meninggalakn cangkangnya. Kemudian larva
akan bertumbuh menjadi nimfa dan pada akhirnya menjadi capung arum dewasa.
Capung jarum dewasa memiliki warna tubuh hijau kekuningan dan hitam ((Mugnisjah, 1995).
2. Laba-Laba
Ciri-ciri
spesimen yaitu hewan berbuku-buku, punya 2 segmen yaitu chepalothoraks dan
abdomen, punya 4 pasang kaki, dan tidak bersayap. Mampu membuat jaring dan
merupakan hewan karnivora punya rahang bertaring (chelicera) dan punya alat
bantu (mulut) yaitu pedipalpu. Mangsa/inang utama predator ini adalah Aphis sp,
kutu daun.
3.
Kepik Air Raksasa
Kepik raksasa berasal dari kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas
Insecta, ordo Hemiptera, family Belostomatidae, genus lethocerus, species Lethocerius indicus. Kepik raksasa
memiliki ciri khas berupa tubuh berbentuk pipih, oval, dan kaki depan yang
melengkung tajam seperti sabit. Memiliki bentuk mulut seperti jarum, memiliki
abdomen dan sayap. Kepik raksasa termasuk dalam ordo
Hemiptera dimana anggota ordo ini mengalami metamorphosis tidak sempurna. Dalam
fase telur, kepik betina meletakkan telurnya dipunggung pejantan. Telur-telur
tersebut memerlukan oksigen untuk menetas, biasanya akan segera menetas dalam
waktu 3 minggu. Anakan yang baru menetas bentuknya mirip kepik dewasa tapi
warnanya pucat, dalam fase ini disebut fase nimfa. Setelah berganti kulit
berkali-kali, anakan tersebut akhirnya menjadi kepik dewasa(imago)
4. Kumbang Predator Raksasa
Belostomatidae
adalah keluarga serangga yang lebih dikenal sebagai “kumbang raksasa” atau
“toe-biters.” Sebagian besar spesies dalam keluarga Belostomatidae relatif
besar dan hampir mencapai dimensi dari beberapa kumbang besar di dunia. Semua
dari mereka adalah predator ganas, menangkap dan memakan ikan dan katak. Mereka
sering bersembunyi dan bergerak di bagian bawah air, melekat pada berbagai objek,
di mana mereka menunggu mangsa mendekat. Gigitan mereka dianggap salah satu
yang paling menyakitkan yang bisa ditimbulkan oleh serangga apapun. Air liurnya
bisa mencairkan jaringan otot. Dalam kasus yang jarang terjadi, gigitan mereka
bisa melakukan kerusakan(Triharso,2004).
Kelompok
Parasitoid
1.
Trichogramma
sp
Trichogramma sp
merupakan musuh alami dari hama penggerek padi, juga pada hama penggerek tebu
dan jagung. Trichogramma sp ini salah satu parasitoid telur, artinya trichogramma
sp ini menyerang telur hama penggerek padi. Proses penyebaran atau aplikasi
dari trichogramma sp ini dengan menggunakan kertas pias. trichogramma
sp pengendali dari hama penggerek padi, bukan untuk memusnahkan.
Teknik implementasi dari pengendalian ini
menggunakan kertas pias. Istilah Pias yang digunakan disini adalah suatu lembar
kertas yang ditempeli sejumlah telur inang. Untuk kegiatan ini yang bahan dan
alat yang digunakan adalah kertas manila, lem cair dan telur corcyra sp.
yang sudah bersih. Telur corcyra sp. ini sebagai inang bagi trichogramma.
Cara trichogramma sp mengendalikan OPT
ini adalah trichogramma sp terbang mencari kelompok telur penggerak yang
masih baru untuk diparasit (memasukkan sel ke dalam kelompok telur dan makan
isi telur, ketika habis menjadi dewasa, akan tebang dan mencari kelompok telur
penggerak dan seterusnya).
2.
Catesia
flavipes
Parasitoid Cotesia flavipes kompleks
adalah musuh alami hama penggerek batang lepidopteran yang menyerang tebu dan
tanaman – tanaman sereal(Marwoto,1992).
Kelompok Hama
1.
Corcyra cephalonica
Merupakan hama yang
menyerang tanaman pangan, Jenis makanan yang diserang: beras,
cantle, kacang tanah, buah coklat dan kopra, tepung sereal,wijen. Kondisi
optimum yang dibutuhkan: temperatur antara 28 – 32 ºC dan kelembaban udara
relatif minimum 30%. Siklus hidup: pada kondisi optimum mampu hidup selama 28 -
35 hari. Sifat biologis dan nilai
ekonomis: serangga betina dewasa setelah kawin mampu bertelur sebanyak 288
butir. Seperti serangga dewasa yang termasuk Lepidoptera yang lain, serangga
dewasa hama ini tidak menyerang komoditas yang disimpan dan hanya hidup selama
beberapa hari saja. Kupu hama ini dapat hidup sampai 3 – 8 hari. Tanda spesifiksayap depan berwarna kelabu
coklat, vena-vena sayapnya berwarna agak gelap.
Ulat dari hama tersebut akan menggandeng – gandeng butir – butir beras
dengan benang liurnya. Ulatnya hidup di
dalam gandengan beras tersebut dan menggerek dari sebelah dalamkepompong setelah 9 hari.
Kepompongnya berwarna kuning coklat, panjangnya sekitar 8 mm. kepompong
terletak dalam kokon yang warnanya putih. Kepompong kemudian akan menjadi
ngengat setelah 7 hari (Dirjen
Bina, 2002).
2.
Chilo sacchariphagus
Larva muda
yang baru menetas
hidup dan menggerek
jaringan dalam
pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur
pada permukaan
daun. Setelah
beberapa hari
hidup dalam
pupus daun, larva
kemudian akan
keluar dan menuju ke
bawah serta
menggerek
pelepah daun
hingga menembus masuk ke dalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam
ruas-ruas batang tebu. Di sebelah luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati
tepung gerek. Daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang.
Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong- lorong gerek yang
memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek (Djojosumarto,2004).
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat pengendalian menggunakan musuh alami
adalah tidak menimbulkan residu pada tanaman yang akan dipanen,selain itu tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan.
2. Pengendalian hama menggunakan musuh alami lebih efektif karena dengan menggunakan musuh alami tidak akan merusak keseimbangan ekosistem,sehingga tidak akan terjadi pelonjakan populasi hama secara terus menerus.
DAFTAR
PUSTAKA
Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting pada tanaman Pangan. Pangan
Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Marwoto. 1992. Masalah
pengendalian hama Blimbing di tingkat
petani. hlm. 37−43. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman
Blimbing. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang.
Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara
Jakarta.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press . Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN MUSUH ALAMI HAMA TANAMAN
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
September 25, 2017
Rating:
No comments:
Post a Comment