CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM PENANAMAN PADI SAWAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menanam adalah suatu kegiatan menempatkan bahan tanam (benih atau bibit) pada media tanam. Menanam padi di sawah dilakukan dengan cara menempatkan bibit pada lahan sawah dengan jarak tertentu. Terdapat beberapa tahapan pekerjaan yang harus dimengerti sebelum melakukan penanaman diantaranya adalah seleksi bibit, menyemai bibit, mengolah lahan sawah untuk mempersiapkan lahan agar siap ditanami, dan menanam.Menurut Porong (2012), padi sawah umumnya ditanam dengan cara melakukan pindah tanam bibit padi dari lokasi persemaian ke lokasi budidaya. Pemindahan bibit padi dilakukan apabila bibit padi sawah sudah memiliki organ tanaman yang lengkap. Selain organ tanaman, bibit padi juga telah memasuki umur pindah tanam karena umur bibit ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi padi, dan jumlah anakan padi. bibit yang dapat dicabut dan dipindah tanam apabila bibit sudah berumur 15 hari karena pada umur tersebut akan berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun dan rata-rata bobot gabah 1000 butir setelah panen. Menurut Bobihoe (2007) bibit padi yang akan ditanam harus sesuai dengan umur pencabutan bibit pada tanah persemaian. Penanaman bibit padi dilakukan saat bibit berumur 14 hari setelah proses penyemaian. Jumlah bibit yang ditanam pada satu lubang yaitu hanya satu bibit atau tergantung dengan sistem tanam dan jarak tanam yang digunakan dalam budidaya padi tersebut.
Menanam bibit membutuhkan adanya jarak tanam. Jarak tanam merupakan salah satu faktor produksi tanaman karena jarak tanam dapat menentukan ruang bagi tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang sehingga jarak tanam yang tepat akan memberikan pertumbuhan dan hasil yang maksimum.Menurut Abdulrachman (2013) jarak tanam yang diterapkan pada lahan tergantung pada ketinggian tempat atau topografi, kesuburan lahan, musim tanam,  dan varietas yang nantinya akan ditanam pada lahan tersebut. Untuk tanaman padi dapat digunakan beberapa jarak tanam sesuai dengan sistem tanam yang diterapkan pada lahan tersebut misalnya pada sistem tegel dapat digunakan jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm atau 27 x 27 cm sedangkan pada sistem jajar legowo-2 memiliki jarak tanam 20x10x40cm atau 25x12,5x50 cm atau 27x13,5x50cm. Menurut Rauf (2014) jarak tanam memiliki pengaruh penting dalam penanaman karena jarak tanam ini  merupakan tolok ukur dalam menentukan jumlah bibit yang nantinya akan ditanam.
Proses penanaman padi tidak lepas dari penentuan sistem tanam. Terdapat beberapa sistem tanam yang dapat digunakan dalam membudidayakan padi. Salah satu sistem tanam yang dapat diterapkan pada budidaya tanaman padi yaitu sistem tanam jajar legowo. Menurut Mujisihono dalam Misran (2014), sistem tanam jajar legowo adalah sistem tanam yang memperhatikan bagaimana barisan atau larikan tanaman. Pada sistem tanam jajar legowo ini, baris tanaman dibuat berselang seling dimana antara dua atau lebih baris tanaman terdapat satu baris yang kosong. Sistem tanam jajar legowo berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan yang salah satunya terdiri dari tinggi tanaman dan jumlah anakan dimana pada sistem ini tidak mempengaruhi secara nyata terhadap tinggi tanaman akan tetapi tanam jajar legowo berpengaruh nyata terhadap anakan maksimum apabila dibandingkan dengan sistem tanam tanpa jajar legowo.
Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini akan membahas tentang penanaman padi. Untuk praktikum penanaman padi menggunakan varietas bibit situ mbah gendit. Penanaman padi tersebut dilaksanakan di lahan sawah bertempat di Agroteknopark Jubung Kecamatan Jubung Kabupaten Jember..

1.2 Tujuan
1.    Mengetahui cara penanaman padi.
2.    Mengetahui berbagai macam sistem penanaman padi.



BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian acara “Penanaman Padi” dilaksanakan Hari Kamis, tanggal 14 April 2016 pukul 07.00-09.40 WIT bertempat di LOKASI PRAKTEK.

2.2 Bahan dan Alat
2.2.1 Bahan
1. Bibit padi
2.2.2 Alat
1.    Tali rafia
2.    Alat penunjang pratikum lainnya

2.3 Cara Kerja
1.    Mengambil tali rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanam yang digunakan.
2.    Membentangkan tali rafia di lahan.
3.    Menanam bibit padi sesuai dengan pola jarak tanam yang ditandai pada tali rafia.
4.    Menggeser tali rafia ke arah belakang penanam (menanam padi dengan pola mundur) sesudah satu baris tertanami semua.
5.    Menanam baris berikutnya hingga seluruh lahan petak kelompok penanam ditanami.


BAB III
LEMBAR KERJA
Dilampirkan

BAB IV
PEMBAHASAN

     Menurut praktikum yang kelompok kami lakukan penanaman padi dengan sistem jajar legowo yaitu dengan cara jarak (4 x 1) dan (2 x 1). Pada sistem tanam jajar legowo ini menggunakan sistem tanam dengan pemberian jarak pada antar tanaman yaitu dua atau empat baris satu lorong dengan jarak sekitar 45 cm – 50 cm. Pada sistem tanam ini pada jarak (4 x 1) pada baris pertama dan ke empat memmiliki jarak yang lebih rapat dibandingkan tanaman di baris dua dan ketiga. Pada penanaman jarak (2 x 1) pada baris nya memiliki kerapatan yang lebih tinggi lalu terdapat lorong pada baris tersebut. Pendapat ini di kuatkan dengan pendapat dari Lalla (2012), menyatakan bahwa sistem jajar legowo merupakanrekayasa teknologi yang ditujukan untukmemperbaiki produktivitas usaha tanipadi.  Teknologi ini merupakanperubahan dari teknologi jarak tanamtegel menjadi tanam jajar legowo. Di antara kelompok barisan tanaman paditerdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan. Jarak antar kelompokbarisan (lorong) bisa mencapai 50 cm, 60cm atau 70 cm.
            Menurut pendapat saya korelasi antara sitem penanaman jajar legowo dengan SRI adalah dalam penanaman jajar legowo bertujuan untuk meningkatkan populasi dalam suatu wilayah penanaman, dengan cara menambah kerapatan pada setiap baris pinggir pada tanaman tersebut untuk mengganti populasi yang terkurangi oleh luas lorong dan pada lorong tersebut dapat digunakan untuk proses perawatan sehingga populasi tinggi dan perawatan terjaga dapat membuat produksi tinggi. Pada SRI menggunakan sistem tanam dangkal dan satu lubang satu bibit supaya menghemat bibit, biaya dan jarak tanam yang lebar membuat tenaga kerja yang di butuhkan lebih sedikit, dengan tujuan dari semua itu adalah membuat anakan lebih banyak sehingga produksi bisa tinggi. Korelasi antara keddua sistem tersebut adalah sama-sama bertujuan meningkatkan hasil produksi dari tanaman tersebut.
Lalla (2012) menyatakan bahwa hasil penelitian di Sukamandi(Subang, Jawa Barat) selama dua musim menunjukkan cara tanam jajar legowo 2:1meningkatkan hasil padi sawah 1,9 – 24 % pada Musim kemarau 2007 dan 2,4 –11,3 % pada musim Kemarau 2008.Kenaikan hasil tersebut disebabkanpopulasi tanaman pada jajar legowo lebihbanyak dibandingkan cara tanam tegel. Pada data tersebut menyatakan bahwa perbedaan pendapatan produksi antara sistem tanam jajar legowo dengan tegel atau konvensional memiliki perbedaan yang cukup signifikan, hal tersebut dikarenakan pada sistem tanam tersebut memiliki permbedaan populasi antara jajar legowo dengan konvensional, hal tersebut berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Jajar legowo memiliki populasi yang lebih tinggi sehingga produksi lebih banyak.
Pada praktikum yang telah kelompok kami lakukan pada sistem pertanian konvensional memiliki kelebihan yaitu mudah dalam melakukannya karena sistem tanamn konvesional tidak memerlukan banyak peraturan, menghemat waktu dalam penanaman karena sistem tanam yang di terapkan sudah jelas. Sedangkan kekurangannya sendiri adalah produksi yang diberikan kurang tinggi, perawatan sulit dikarenakan ruang untuk perawatan minim. Pada sistem penanaman jajar legowo memiliki kelebihan yaitu hasil yang diberikan tinggi, populasi pada lahan meningkat dan terdapat ruang yang lebar untuk perawatan. Kekurangan dalam pertanian sistem ini adalah memerlukan waktu dan tenaga kerja yang bertambah dalam proses penanamannya dan membutuhkan benih yang lebih banyak.
Pada praktikum yang telah kelompok kami lakukan, kami mendapatkan data diantaranya, pada sistem tanam konvensional dan sistem tanam jajar legowo, pada sistem tanam konvesionaltahap pekerjaannya pertama pengambilan bibit yang telah disediakan oleh agroteknopark. Menyiapkan kenco pada daerah yang telah disediakan dengan ukuran 20 cm antar batas. Menanam bibit dengan ukuran jaraknya (20 x 20) cm dengan kedalaman sekitar 5 – 10 cm dan dilanjutkanhingga batas yang telah disediakan. Dengan hasil penanaman dilakuakan hingga selesai dan penanaman tersebut tidak lurus dikarenakan tidak mengikuti kenco. Pada sistem tanam jajar legowo 2 :1, pada tahap pekerjaan yaitu pengambilan bibit yang telah disediakan oleh agroteknopark. Menyiapkan pembatas yakni  kenco pada daerah yang telah disediakan dengan ukuran 20 cm antar batas. Menanam bibit dengan ukuran (20 x 10) cm. Melanjutkan hingga batas yang telah disediakan. Dengan hasil penanaman dilakuakan hingga selesai dan penanaman tersebut tidak lurus dikarenakan tidak mengikuti batas yakni kenco. Pada sistem tanam jajar legowo 4 : 1, pada tahap pekerjaan yaitu pengambilan bibit yang telah disediakan oleh agroteknopark. Menyiapkan kenco pada daerah yang telah disediakan dengan ukuran 20 cm antar batas. Menanam bibit dengan ukuran (20 x 10) cm pada baris pertama dan keempat dan (20 x 20) cm pada baris kedua dan ketiga. Melanjutkan hingga batas yang telah disediakan. Dengan hasil penanaman dilakuakan hingga selesai dan penanaman tersebut tidak lurus dikarenakan tidak mengikuti pembatas.

BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan paraktikum acara 5 yang berjudul “Penanaman Padi” yang telah kami lakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan diantaranya yaitu sebagai berikut :
1.    Pada praktikum yang dilakukan di lahan sawah Agroteknopark Jubung dilakukan 2 macam teknik penanaman, yaitu konvensional dan jajar legowo. Pada sistem konvensional jaraknya 20 x 20 tidak ada perbedaan tidak sama dengan sistem tanam pada teknik jajar legowo. Pada teknik jajar legowo dipraktekkan dengan menggunakan metode 2:1 dan 4:1. Perbedaan dari teknik tersebut adalah pada jarak tanam dan populasi keseluruhan.Perbedaan antara teknik konvensional, jajar legowo 4:1, dan jajar legowo 2:1 terletak pada jarak tanam dan populasi keseluruhan tanaman.
2.    Kriteria bibit yang siap ditanam adalah bibit memiliki kondisi fisik yang baik, umur bibit antara 17-23 hari, tinggi bibit antara 20-25 cm, jumlah helai antara 5-6 helai daun, serta bibit juga harus memiliki batang bawah besar dan kuat.Kegiatan penanaman harus memperhatikan beberapa hal seperti jarak tanam, jumlah bibit per lubang, umur bibit dan kedalaman tanah.
3.    Petani lebih memilih teknik konvensional karena teknik ini mudah dilakukan, untuk penanggulangan hama sebenarnya sistem tanam jajar legowo yang efektif dilakukan karena memduhkan perawatan yang ada pada lorong jarak tanam..

5.2  Saran
Seharusnya untuk waktu diatur lebih jelas supaya praktikan tidak terlalu lama melakukan penanaman bibit padi.

DAFTAR PUSTAKA
.

Abdulrachman, S, M. J. Mejaya, N. Agustin, I. Gunawan, P. Sasmita dan A. Guswara. 2013. Sitem Tanam Jajar Legowo. Sukamandi: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian

Bobihoe, J. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt)Padi Sawah. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Lalla, H. M. Saleh, S dan A. Saadah. 2012. Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Sains & Teknologi, 12(3): 255-264.

Misran. 2014. Studi Sistem Tanam Jajar Legowo terhadap Peningkatan Produktivitas Padi Sawah.Penelitian Pertanian Terapan, 14(2): 106-110.

Porong, V.J. 2012. Perbedaan Umur Bibit terhadap pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Eugenia, 18(1): 35-40.

Rauf, A dan A. Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Sawah dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah. 2(2): 71 – 76.

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM PENANAMAN PADI SAWAH CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM PENANAMAN PADI SAWAH Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/ on September 16, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.