BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Simptomatologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala (symptom) penyakit pada tumbuhan.
Pada umumnya tumbuhan yang sakit akan menunjukkan gejala yang khas dan dengan
mudah gejala tersebut dapat dilihat dengan mata tanpa alat bantu. Yang dimaksud
gejala penyakit yaitu kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
ditunjukkan oleh tanaman sebagai akibat dari adanya gangguan penyebab
penyakitnya, apakah disebabkan oleh mikoorganisme patogenik, virus ataukah oleh
penyebab penyakit abiotik segingga akan lebih memudahkan dalam langkah –
langkah yang tepat untuk melakukan usaha – usaha pengendalian
penyakit(Agrios,1996).
Pestisida
digunakan dalam mengendalikan organisme pengganggu dalam bidang pertanian. Pestisda yang ramah lingkungan adalah
pestisida nabati dengan memanfaatkan mikroorganisme berupa jamur. Seperti yang kita ketahui jumlah
mikroba di alam sekitar sangat besar dan komplek. Beratus- ratus spesies
berbagai mikroba menghuni bermacam-macam bagian tanah, tumbuhan, makanan,
termasuk tubuh kita. Sebagai contoh, sekali bersin dapat menyebarkan
beribu-ribu mikroorganisme. Satu tinja dapat mengandung jutaan
bakteri(Semangun,2000).
Pada pengendalian hayati jamur berperan sebagai agen
pengendalian. Begitu banyak jenis jamur,
sehingga jamur memiliki kingdom tersendiri yaitu Kingdom Fungi. Trichoderma diketahui
me-miliki kemampuan antagonis terhadap cendawan patogen. Trichoderma mudah
ditemukan pada ekosistem tanah dan akar Cendawan ini adalah mikro-organisme
yang menguntungkan(Agrios,1996).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukanya
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara
perbanyakan agensia hayati menggunakan media alami.
BAB II
METODOLOGI
PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada
tanggal 13 April 2016 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Lampung, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah Bor gabus, Plastik tebal ukuran 0,5 Kg, Staples,
Bunsen, Jarum ent, Dandang, Kompor, Tisu, LAF, Autoklaf.
Sedangkan bahan yang digunakan
adalah Biakan murni jamur Trichoderma spp. ,Beras dan Alkohol.
2.3 Cara Kerja
Adapun prosedur kerja dalam
praktikum ini adalah disiapkan beras dan dikukus hingga setengah matang lalu
didinginkan, dimasukan beras 100gr/plastik kedalam plastic 0,5 Kg, Plastik
disterilkan pada autoklaf dengan suhu
dengan
tekanan 1 atm. Dimasukan dalam LAF,setelah dingin dimasukan 1 bor gabus biakan Trichoderma spp. kedalam plastic dan
distaples silang. Diinkubasi dalam suhu ruang selama 15 hari. Diamati tumbuh
tidaknya jamur setiap 3 hari sekali
BAB III
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari
praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
No
|
Pengamatan
|
Foto
|
Keterangan
|
1.
|
Ke-1
Ulangan 1
|
|
Pengamatan pertama
tanggal 18 april 2016, Trichoderma spp mulai tumbuh dan mulai menyelimuti permukaan
beras.
|
2.
|
Ke-1
Ulangan 2
|
|
Pengamatan pertama
tanggal 18 april 2016, Trichoderma spp mulai tumbuh dan mulai menyelimuti permukaan
beras.
|
3.
|
Ke-2
Ulangan 1
|
|
Pengamatan kedua
tanggal 20 april 2016, Trichoderma spp sudah hampir menutupi semua permukan beras
|
4.
|
Ke-2
Ulangan 2
|
|
Pengamatan kedua
tanggal 20 april 2016, Trichoderma spp sudah hampir menutupi semua permukan beras
|
3.2 Pembahasan
Morfologi
Trichoderma spp.
Klasifikasi
cendawan Trichoderma spp adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Species : Trichoderma spp. (Sukamto,1998).
Trichoderma
sp. merupakan sejenis cendawan / fungi yang termasuk kelas ascomycetes.
Trichoderma sp. memiliki aktivitas antifungal. Di alam, Trichoderma banyak
ditemukan di tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada substrat berkayu. Koloni Trichoderma
spp. pada media agar pada awalnya terlihat berwarna putih selanjutnya miselium
akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian besar berwarna
hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih berwarna putih dan
pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau. Koloni pada medium OA (20oC)
mencapai diameter lebih dari 5 cm dalam waktu 9 hari, semula berwarna hialin,
kemudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya hijau redup terutama pada
bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia. Konidifor dapat bercabang
menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah cabang lateral yang
berulang-ulang, sedangkan kearah ujung percabangan menjadi bertambah pendek.
Fialid tampak langsing dan panjang terutama apeks dari cabang, dan berukuran
(2,8-3,2) μm x (2,5-2,8) μm, dan berdinding halus. Klamidospora umumnya
ditemukan dalam miselia dari koloni yang sudah tua, terletak interkalar kadang
terminal, umumnya bulat, berwarna hialin, dan berdinding halus (Sukamto,1998).
Mekanisme
Antagonis Trichoderma spp. Meliputi:
a. Kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain
dalam jumlah terbatas tetapi tidak
diperlukan oleh
OPT
b. Antibiosis sebagai hasil dari pelepasan
antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya bagi
OPT
c. Predasi, hiperparasitisme, dan
mikroparasitisme atau bentuk yang lain dari eksploitasi langsung terhadap OPT
oleh mikroorganisme yang lain. Trichoderma spp. merupakan salah satu jamur
antagonis yang telah banyak diuji coba untul mengendalikan penyakit
tanaman(Djojosumarto,2004).
Dalam perbanyakan jamur Trichoderma
spp. media yang dapat digunakan antara lain PDA (Potato Dextrose Agar), jagung, beras dan Bekatul (dedak).
1. Beras
Media beras digunakan
dalam perbanyakan jamur Trichoderma
spp. karena media beras lebih mudah didapatkan,ramah lingkungan, dan terkandung
nutrisi yang cukup serta mudah dalam pembuatanya. Sedangkan kelemahannya yakni perlu
menggunakan beras dalam jumlah lebih banyak, serta susah menentukan tingkat
kematangan beras(Djojosumarto,2004).
2.
Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Bahan baku
utama media ini adalah ekstrak kentang dengan penambahan sumber karbon berupa
dextrose. Media ini memiliki kelebihan yakni sesuai dengan prinsip keseimbangan
ekosistem, tidak merusak lingkungan dan dibuat dengan sangat mudah. Media ini
juga memiliki kelemahan yaitu gula dextrose yang seharusnya digunakan untuk
membuat media ini harganya sangatlah mahal, untuk penggunaan rutin pemakaian
PDA cukup memakan biaya. Oleh karena itu gula dextrose diganti dengan gula
pasir (Sukrosa). Kemudian untuk agarnya juga menggunakan agar teknis yang
harganya relatif murah (Mahfud,1998).
3. Media Jagung
Penggunaan
media jagung karena pada jagung mudah ditumbuhi dengan jamur, hal ini
dikarenakan isinya amilum dan kulitnya tipis, maka kelebihan media jagung
adalah jamur mudah untuk melakukan penetrasi ke dalamnya. Kelemahannya adalah
dalam keadaan basah, biji akan mudah melunak karena digunakan untuk merombak amilum dalam jagung (Mujim,2009).
4. Bekatul
(dedak)
Media bekatul adalah media yang diperoleh dari limbah hasil dari proses penggilingan padi atau hasil sampingan dari pengolahan padi/gabah yang
berasal dari lapisan luar beras. Kelebihan
dari media bekatul ini yakni merupakan sumber serat pangan yang juga mengandung
protein, lemak, mineral dan vitamin. Kelemahannya adalah dalam pembuatan media
perbanyakan ini tidak mudah seperti media PDA, jagung dan beras(Sukamto,1998).
Dari
praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil praktikum yang sesuai dengan
tujuan yaitu memperbanyak agensia Trichoderma
spp. percobaan yang telah dilakukan menunjukan keberhasilan percobaan.
Perbanyakan dapat dikatakan berhasil, apabila dalam media perbanyakan tidak
terjadi kontaminan mikroorganisme lain selain Trichoderma spp . sebanyak 10-20%. Pada percobaan ini hanya terjadi
kontaminan sekitar kurang dari 5% jadi dikatakan berhasil. Faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan adalah kesterilan perlakuan,alat dan bahan serta pelaku. Hal lain yaitu ketika
melakukan pemasukan biakan Trichoderma spp
kedalam plastic harus benar-benar dalam keadaan steril dan pada saat penutupan
harus benar-benar rapat. Selain itu ketidakstabilan suhu dan udara pada ruangan
akan sangat mempengaruhi perkembangan biakan Trichoderma spp. (Semangun,2000).
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Perbanyakan
media agensia hayati dapat dilakukan dengan media beras,PDA,jagung da
bekatul(dedak).
2. Kelebihan
menggunakan media beras yaitu mudah didapat,ramah lingkungan dan nutrisi cukup
untuk pertumbuhan biakan. Sedangkan kelemahan media beras adalah diperlukanya
dalam jumlah banyak dan susah dalam mengontrol tingkat kematangan beras.
3. Mekanisme Trichoderma spp. dalam menekan patogen yaitu melalui kompetisi
makanan,antibiosis dan Predasi, hiperparasitisme, serta mikroparasitisme.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios,G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.
Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida
Pertanian. Kanisius. Yogyakarta
Mahfud, M.C., E. Korlina, A.
Budijono, M, Soleh dan A. Surjadi. 1998.
Uji Aplikasi Komponen PHT untuk mengendalikan penyakit karat daun. Laporan
pengkajian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Perkebunan. Bogor.
Mujim, Subli. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan (Buku
Ajar). 2009. Bandarlampung. Universitas lampung.
Semangun.2000 . Penyakit-penyakit Tanaman Hortikutura di
Indonesia. Gadjah Mada University Press.
Sukamto. S. 1998. Pengelolaan Penyakit Tanaman kopi. Kumpulan
Materi Pelatihan. Bandarlampung. Universitas lampung.
LAPORAN PRAKTIKUM PERBANYAKAN AGENSIA PENGENDALIAN HAYATI LENGKAP
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
September 25, 2017
Rating:
No comments:
Post a Comment