BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Penyakit Degeneratif
Penyakit
degeneratif merupakan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit
ini terjadi seiring bertambahnya usia. Penyakit degeneratif adalah
penyakit akibat penurunan fungsi organ/ alat tubuh. Tubuh mengalami
defisiensi produksi enzim & hormon, imunodefisiensi, peroksida
lipid, kerusakan sel (DNA), pembuluh darah, jaringan protein & kulit
(ketuaan).
Ada sekitar 50 penyakit degeneratif, diantaranya penyakit jantung, diabetes, stroke dan osteoporosis.
“Gaya
hidup yang kurang sehat dengan mobilitas tinggi serta pola makan yang
salah mendorong masyarakat perkotaan rentan terkena penyakit
degeneratif. Bahkan, perilaku makan yang salah, ternyata juga menjadi
penyumbang terbesar sebagai penyebab munculnya penyakit tersebut.”[1]
Menurut
Ahli Teknologi Pangan A&M Texas University, Nur Mahmudi Ismail,
penyakit degeneratif justru menyedot biaya publik jauh lebih besar
daripada penyakit lain. Umumnya, kata beliau, masyarakat perkotaan,
tidak memiliki kecukupan sumber pangan dari produksi sendiri, namun pada
waktu yang sama mempunyai buying power cukup tinggi.
1.2 Pengertian dan Sejarah Vegetarian
Vegetarian
dikenal sebagian orang dengan pola makan yang unik karena hampir
seluruh makanannya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur, buah,
padi-padian, dan kacang-kacangan. Bagi seorang vegetarian, daging dan
produk hewani lainnya adalah makanan yang “haram” untuk dikonsumsi.
Alasan
seseorang menjadi vegetarian cukup bervariasi. Beberapa orang menjadi
vegetarian karena alasan agama, kesehatan, atau masalah lingkungan
hidup. Sebagian lagi beranggapan bahwa mengonsumsi makanan yang berasal
dari produk hewani tidaklah etis. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa
membunuh binatang adalah perbuatan yang keji karena menyiksa binatang
dan hal ini akan merusak keseimbangan ekosistem. Vegetarian juga
disarankan oleh beberapa pakar kesehatan karena manfaatnya yang dapat
mencegah berbagai macam penyakit seperti penyakit kanker, penyakit
kardiovaskuler, dan juga penyakit degeneratif lainnya.
Saat
ini vegetarianisme ramai diperbincangkan karena banyak penelitian
terkini membuktikan manfaatnya bagi kesehatan. Padahal, sebenarnya pola
makan ini telah ada sejak dahulu bahkan pada zaman sebelum Masehi.
Beberapa
agama di Asia seperti Budha, Zein, dan Hindu sudah sejak lama
menyarankan kepada para pengikutnya untuk menghindari makanan dari
makhluk yang bernyawa. Di Eropa, pola makan ini dulu dikenal sebagai Pythagorean Diet karena
penemu atau pencetusnya adalah filsuf Yunani bernama Phytagoras.
Phytagoras yang semula terkenal karena kontribusinya pada bidang
matematika dan geometri ini juga dikenal unik karena pola makan yang
dijalaninya saat itu sedikit berbeda dengan orang-orang di sekitarnya.
Pada
abad ke-18, Benjamin Franklin yang dikenal sebagai ilmuwan fisika
sekaligus filsuf juga menyatakan dukungannya terhadap diet vegetarian.
Franklin yang saat itu masih remaja (16 tahun) membaca buku yang ditulis
oleh Thomas Tryon (1634-1703). Buku itu memberikan penjelasan pada
Franklin muda mengenai manfaat kesehatan yang diperoleh manusia jika
menjalani diet vegetarian.
Franklin
beranggapan bahwa vegetarianisme mampu memberikannya ide yang lebih
bersih dan kerja otak lebih optimal. Meskipun ia tidak menjalani diet
vegetarian dalam waktu yang lama, Franklin hingga saat ini masih
dikenang sebagai seorang vegetarian.
Memasuki
abad ke-19, pergerakan vegetarian berkembang makin cepat. Meningkatnya
informasi tentang vegetarian dari komunitas-komunitas vegetarian di
masyarakat, buku, serta artikel kesehatan, membuat jumlah vegetarian pun
bertambah. Di Indonesia data mengenai jumlah vegetarian ini memang
belum terdokumentasi dengan baik. Namun di negara lain jumlah orang yang
menjadi vegetarian meningkat secara signifikan.
Berdasarkan
survei yang dilakukan pada tahun 1994, disebutkan bahwa terdapat
sebanyak 12,4 juta orang di Amerika Serikat menjalani diet vegetarian.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa sebanyak 7% dari seluruh warga negara
Amerika Serikat menjadi vegetarian dan jumlah ini meningkat sebanyak
dua kali dari jumlah yang ditemukan 8 tahun sebelumnya. Selain itu, dari
hasil analisis diketahui juga bahwa hanya 1% diantara populasi tersebut
merupakan vegetarian murni.
American Dietetic Association (ADA) dan Dietitians of Canada pada
tahun 1999 dan 2003 menyatakan bahwa diet vegetarian yang direncanakan
dengan tepat adalah sehat, dan akan memberikan keuntungan bagi kesehatan
untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit tertentu termasuk
penyakit degeneratif. American Medical Association (AMA) menyatakan bahwa 90-97% penyakit jantung dapat dihindari dengan diet vegetarian. Profesor T. Colin Campbell dari Cornell University
menyatakan, 80-90% penyakit degeneratif seperti jantung, kanker,
stroke, hipertensi, diabetes melitus dapat dicegah dengan diet nabati
(vegetarian). Diet vegetarian juga dapat mengurangi gejala-gejala
penyakit seperti arthritis, hiperkolesterolemia dan mengatasi obesitas (Rui, 2003; Lampe, 2003) dan memperpanjang umur harapan hidup (Singh et al, 2003).[2]
BAB II
PENYAKIT DEGENERATIF
2.1 Macam-macam Penyakit Degeneratif dan Faktor-faktor Penyebabnya
Berikut dijelaskan beberapa macam penyakit degeneratif beserta penyebabnya.
2.1.1 Penyakit Jantung
Serangan jantung adalah terhentinya aliran darah, meskipun hanya sesaat, yang menuju ke jantung, dan mengakibatkan sebagian sel jantung menjadi mati. Ada beberapa gejala spesifik dari serangan jantung, antara lain:
1) Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi[3]), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina
merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang
timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan
beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang.
Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak
merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia);
2) Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner);
3)
Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka
aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang,
menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali
bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi
aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari
penuaan;
4) Palpitasi (jantung berdebar-debar);
5)
Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama
jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan.
2.1.2 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus, yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma[4] berupa hiperglikemia[5] kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
- defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya;
- defisiensi transporter glukosa.
Kedua
penyebab penyakit diabetes mellitus tersebut dapat terjadi secara
bersamaan atau hanya salah satu saja. Akibatnya kadar gula darah menjadi
meningkat drastis.
2.1.3 Stroke
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa
(Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita
mengalami kelumpuhan di anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan
atau kemampuan bicaranya. Beberapa tahun belakangan ini makin populer
istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan istilah yang sudah dikenal luas, “serangan jantung”.
Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli.[6] Emboli bisa berupa kolesterol atau udara.
2.1.4 Osteoporosis
Pada osteoporosis,
kualitas dan kepadatan jaringan tulang di dalam tulang akan memburuk,
sehingga terdapat lebih banyak ruang kosong di dalamnya dan tulang
menjadi lebih rapuh. Masalah utama bila kita memiliki tulang yang rapuh
adalah tulang tersebut lebih mudah patah daripada yang seharusnya. Hal
ini berarti bahwa kecelakaan atau jatuh ringan yang secara normal tidak
menyebabkan patah pada tulang yang sehat akan dapat menyebabkan patah
tulang yang nyeri dan melemahkan. Bahkan batuk yang keras dapat
menyebabkan patah tulang belakang.
Beberapa faktor penyebab osteoporosis yakni peningkatan usia, menopause, kadar testosterone rendah pada pria, kecenderungan genetic,
penyakit lain misalnya gagal ginjal dan penyakit hati, obat-obatan,
berat badan rendah, pola makan buruk, merokok atau mengonsumsi alkohol
secara berlebihan, dan kurang olahraga.
2.1.5 Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik[7] lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik[8]
lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah tinggi jarang menimbulkan gejala dan
cara satu-satunya untuk mengetahui apakah kita menyandangnya adalah
dengan mengukur tekanan darah. Oleh karena itu, seperti yang
direkomendasikan panduan yang dikeluarkan oleh British Hypertension Society, sebaiknya dilakukan pengukuran tekanan darah setidaknya sekali dalam 5 tahun, bahkan lebih sering bila memungkinkan.
Bila tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi (keadaan ini disebut hipertensi berat atau hipertensi maligna), maka mungkin akan timbul gejala seperti pusing, pandangan kabur, sakit kepala, kebingungan, mengantuk, dan sulit bernapas.
Pada sebagian besar kasus, penyebab tekanan darah tinggi tidak diketahui. Hal ini terutama terjadi pada hipertensi esensial.
Walaupun demikian, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi, meliputi kelebihan berat badan,
kurang berolahraga, mengonsumsi makanan berkadar garam tinggi, kurang
mengonsumsi buah dan sayuran segar, dan terlalu banyak minum alkohol.
2.2 Pengaruh Mengonsumsi Bahan Makanan Non Nabati terhadap Penyakit Degeneratif
Bahan
makanan non nabati atau bahan makanan hewani merupakan bahan makanan
yang berasal dari hewan. Contohnya yaitu daging, ikan, telur dan produk
olahan lainnya yang berasal dari hewan.
“Terkait
kebenaran konsumsi daging olahan yang dapat meningkatkan resiko
diabetes seseorang, penelitian terbaru telah dilakukan oleh para
peneliti yang berasal dari Harvard School of Public Health,
Amerika Serikat. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
konsumsi daging olahan secara berlebihan akan dapat meningkatkan resiko
penyakit jantung sampai 49 %, sedangkan untuk penyakit diabetes tipe 2
resikonya meningkat sampai 19 %.”[9]
Berikut akan dibahas mengenai pengaruh mengonsumsi daging terhadap beberapa penyakit degeneratif.
2.2.1 Hubungan Daging Merah dengan Kanker
Daging
merah adalah jenis daging yang berasal dari sapi, kambing, babi, dan
kuda. Jenis daing ini berwarna merah karena mengandung senyawa heme.
Selain dading merah, ada juga jenis daging putih, yang diperoleh dari
ayam, bebek, dan ikan. Kedua jenis daging ini tidak hanya berbeda dari
segi warna saja, dampak kesehatan dari mengonsumsi kedua jenis daging
ini pun berbeda.
Terdapat empat teori yang menjelaskan alasan daging merah bisa menyebabkan kanker, yakni sebagai berikut.
- Proses memasak daging merah dapat menyebabkan pembentukan senyawa pencetus kanker.
Daging merah yang dimasak dengan cara dipanggang maupun dibakar dapat menghasilkan senyawa karsinogen seperti Heterocyclic amines (HCA), 2-amino-1-methyl-6-phenyl-imidazo 4,5-b pyridine (PhIP), 2-amino-3,8-dimethylimidazo 4,5-f quinoxaline (MelQx), polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH), dan benzo(a)pyrene.
- Mengonsumsi daging dapat menyebabkan reaksi antara NO dan N2O3 dengan amine di saluran cerna.
Di dalam daging merah sering ditemukan komponen yang disebut dengan nitrosating agents. Zat tersebut dapat berupa NO dan N2O3. Jika salah satu dari kedua jenis zat itu bereaksi dengan amine di dalam saluran cerna, maka akan terbentuk zat yang disebut N-nitroso compound. Zat ini dapat menyebabkan mutasi pada percobaan in-vitro (di luar tubuh manusia) namun efeknya pada manusia masih menjadi perdebatan.
- Daging merah akan meningkatkan asupan lemak harian
Teori
ini menjelaskan bahwa lemak yang terdapat dalam daging merah dapat
meningkatkan konsentrasi asam empedu dan asam lemak di dalam usus besar.
Kondisi ini akan memengaruhi membran di sekitar usus besar sehingga
menyebabkan gangguan pada derah tersebut.
- Zat besi (heme) dalam daging dapat menyebabkan pembentukan oksigen radikal di saluran cerna.
Teori
ini setidaknya mampu menjelaskan mengapa daging merah lebih berbahaya
dibandingkan daging putih. Sebab kadar heme dari daging merah lebih
tinggi 10 kali dibandingkan daging putih. Pada percobaan dengan hewan,
Sesink et al. (1999) menemukan bahwa daging merah dapat menyebabkan
terjadinya kanker kolon karena kandungan heme yang dimilikinya lebih
tinggi dibandingkan daging putih.
2.2.2 Hubungan Daging dengan Stroke dan Penyakit Jantung
Jika
lemak jenuh masuk ke dalam darah akan menyebabkan beberapa penyakit,
diantaranya adalah penyakit yang berhunbungan dengan pembuluh darah
seperti stroke dan pembengkakan jantung. Ini disebabkan oleh
mengentalnya darah yang diakibatkan oleh masuknya lemak jenuh ke dalam
darah.
Pada suhu
tertentu lemak jenuh akan encer. Tetapi karena suhu manusia lebih rendah
daripada asal lemak jenuh, yaitu daging hewan seperti sapi, kambing,
ayam dan lain-lain, maka lemak jenuh tersebut menjadi kental dan bahkan
mengeras ketika berada didalam darah. Akibatnya sirkulasi darah
terganggu, menjadi lambat dan bahkan dapat menyumbat pembuluh darah.
Inilah yang menjadi penyebab penyakit stoke dan pembengkakan jantung.
2.2.3 Hubungan Daging dengan Kegagalan Fungsi Organ
Selain
itu darah yang mengental juga menghambat terganggunya kiriman nutrisi
keseluruh organ tubuh sehingga menyebabkan sel-sel tubuh kekurangan
oksigen dan nutrisi. Hal ini akan berakibat terganggunya proses mutasi
sel dan ujung-ujungnya mengakibatkan terjadinya penuaan dini. Selain
itu kondisi ini juga dapat mengakibatkan organ-organ tubuh mengalami
kegagalan fungsi.
2.2.4 Hubungan Daging dengan Osteoporosis
Selain
menyebabkan darah menjadi kental dengan lemak jenuhnya, daging juga
dapat menyebabkan darah menjadi asam. Kondisi ini menyebabkan tulang
bekerja keras untuk menetralisir kadar asam dengan melarutkan kalsium ke
dalam darah.
Mengenai hal ini, Anand dan Linkswiller menemukan bahwa konsentrasi extracellular
kalsium diatur oleh kalsium dalam tulang. Ketidakseimbangan negatif
yang berkepanjangan mengakibatkan kalsium dalam tulang melarut sehingga
menyebabkan terjadi keropos tulang atau osteoporosis.
BAB III
POLA MAKAN VEGETARIAN
3.1 Jenis-jenis Vegetarian
Tipe-tipe
vegetarian tidak didefinisikan berdasarkan motivasi atau alasan yang
mendasari seseorang untuk menjalaninya, melainkan didefinisikan
berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi dan dipantang dalam pola makan
sehari-hari. Terdapat 3 jenis vegetarian yang kerap dijumpai yakni
vegan, lacto-vegetarian, dan lacto-ovo-vegetarian.
3.1.1 Vegan
Tipe
vegetarian ini sering disebut dengan vegetarian murni atau vegetarian
total. Seorang vegan hanya mengonsumsi makanan dari tumbuhan, dan sama
sekali tidak mengonsumsi bahan makanan yang berasal dari binatang
termasuk daging, ayam, ikan, susu, telur, dan seafood.
Menjadi
vegetarian murni memiliki keuntungan dan kerugian. Karena tidak
mengonsumsi produk hewani, diet seorang vegetarian murni sangat rendah
kolesterol. Tapi, seorang vegan selalu mewaspadai kekurangan beberapa
jenis zat gizi termasuk protein, zat besi, dan vitamin B12. Kandungan
ketiga zat gizi tersebut dalam tumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan
produk hewani seperti daging, susu, dan telur. Bahkan, vitamin B12
sangat jarang ditemukan pada tumbuh-tumbuhan.
3.1.2 Lacto-vegetarian
Lacto
berarti susu. Karena itu, tipe vegetarian ini didefinisiskan sebagai
vegetarian yang juga mengonsumsi susu dan produk olahan susu seperti
keju dan yoghurt dalam keseharian mereka namun tidak mengonsumsi daging sapi, daging kambing, ayam, ikan, telur, dan seafood.
Menjadi seorang lacto-vegetarian
akan memberikan lebih banyak keuntungan karena kolesterol dalam susu
tidak terlalu tinggi. Kandungan protein, vitamin, dan mineral yang
terdapat di dalamnya mampu melengkapi kebutuhan yang kurang tercukupi
dari makanan nabati.
3.1.3 Lacto-ovo-vegetarian
Vegetarian lacto-ovo
adalah vegetarian yang mengonsumsi makanan nabati, susu, dan telur
untuk makanan sehari-hari mereka. Namun, mereka tetap tidak mengonsumsi
daging sapi, daging kambing, ayam, ikan, dan seafood. Para
vegetarian yang melakukan diet ini tidak perlu khawatir akan kekurangan
protein. Kualitas protein dari susu dan telur sangat baik karena tidak
hanya mudah diserap, protein dari kedua jenis bahan makanan tersebut
juga mengandung asam amino yang lengkap.
3.2 Zat-zat Gizi Penting pada Diet Vegetarian
Diet
vegetarian cenderung kaya akan zat-zat yang terkandung dalam
biji-bijian, sayuran, serta buah-buahan. Oleh karena itu, diet ini kaya
akan karbohidrat, omega-6 fatty acid, dietary fibre, carotenoids, folic acid, vitamin C, vitamin E, potassium, dan magnesium.
3.2.1 Kedelai
Kedelai merupakan jenis leguminosa/
kacang-kacangan yang umumnya sebagai sumber protein nabati yang cukup
populer di semua kalangan (kalangan bawah ataupun menengah ke atas).
Kedelai merupakan sumber protein utama diet vegetarian. Di Indonesia,
kedelai sebagai sumber makanan dapat diolah dalam bermacam olahan,
seperti kecap, tahu, tempe, taoco, bahan makanan campuran untuk bayi, kembang tahu (yoba), roti, kue-kue, serta susu kedelai.
Beberapa fungsi kedelai untuk kesehatan, sebagai berikut.
a) Fungsi Kognitif
b) Fungsi pada Peradangan
c) Fungsi pada Kanker Payudara
d) Fungsi pada Penyakit Jantung Koroner
3.2.2 Fitokimia pada Sayur dan Buah
Fitokimia
merupakan senyawa yang bermanfaat sebagai antioksidan dan mampu
mencegah kanker. Ada beberapa fitokimia yang sudah diketahui terdapat
dalam sayuran dan buah-buahan antara lain sebagai berikut.
a) Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen pemberi warna pada buah dan sayuran. Karotenoid bermanfaat
mencegah beberapa jenis kanker terutama karena fungsinya sebagai
penangkal radikal bebas atau anti-oksidan. Dengan perlindungan dari
radikal bebas, kemungkinan kerusakan DNA akan berkurang.
b) Lycopene
Lycopene
adalah senyawa karoten non-provitamin A. Senyawa ini terdapat dalam
buah tomat, paprika, semangka, dan wortel. Mengonsumsi makanan yang kaya
akan lycopene sangat dianjurkan karena dapat menurunkan risiko kanker prostat.
c) Flavonoid
Flavonoid merupakan antioksidan yang menetralisir radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh kita. Flavonoid banyak ditemukan pada jeruk, apel, kiwi, anggur merah, brokoli, dan teh hijau.
d) Sulforafen
Sulforafen berfungsi mencegah risiko kanker usus besar. Sulforafen terdapat pada sayuran crucifera seperti kembang kol, brokoli, kubis, dan bokchoy.
e) Limonen
Limonen adalah fitokimia yang ditentukan pada bagian kulit dan selaput putih buah dalam kelompok jeruk seperti jeruk orange, mandarin, limau, lemon, jeruk nipis. Limonen melindungi paru-paru dan menurunkan risiko beberapa jenis kanker.
f) Asam ellagat
Asam ellagat adalah senyawa fenolat yang bisa menurunkan risiko beberapa jenis kanker dan menurunkan kadar kolesterol. Asam ellagat dijumpai pada anggur merah, kiwi, dan strawberi.
3.3 Pencegahan Penyakit Degeneratif dengan Pola Makan Vegetarian
Protein
adalah zat pembangun yang paling penting dan berhubungan dengan proses
kehidupan. Kebutuhan protein pada anak-anak 2-3 gram/hari, sedangkan
orang dewasa kurang lebih 46 gram/hari. Kelebihan protein akibat
mengonsumsi daging hewani berpengaruh buruk terutama pada hati dan
ginjal juga dapat menyebabkan kegemukan meskipun protein hewani itu
nilai gizinya lebih tinggi daripada nabati. Sekarang ini protein nabati
secara internasional dikelompokan sebagai kelas utama dianjurkan ada
dalam setiap makanan.
3.3.1 Pencegahan pada Penyakit Osteoporosis
Terapkan
pola makan yang menunjang tulang. Seperti yang telah diketahui semua
orang, sangat penting untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
Panduan yang dibuat untuk dokter merekomendasikan bahwa dari seluruh
asupan kalori harian anda, 50-60% harus berasal dari karbohidrat yang
dapat ditemukan dalam makanan seperti nasi, sereal, roti, buah, sayur,
dan pasta.
Food Standard Agency dari pemerintah Inggris (www.food.gov.uk) telah menghasilkan panduan makan yang disebut Balance of Good Health yang menunjukan beberapa porsi yang harus dikonsumsi dari kelompok makanan utama:
1) roti, sereal dan kentang;
2) buah dan sayur;
3) susu dan makanan produk susu; serta
4)
makanan berlemak dan bergula (lemak terutama harus berupa lemak tidak
jenuh seperti yang ditemukan dalam kacang-kacangan, minyak zaitun, dan
alpukat; daripada lemak jenuh yang ditemukan dalam makanan seperti
daging berlemak dan keju).
3.3.2 Pencegahan pada Tekanan Darah Tinggi
Makanan
merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah. Meningkatkan
asupan buah dan sayuran segar dapat menurunkan tekanan darah. Menerapkan
pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan total lemak, serta
kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti
secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Pola makan tersebut
sebaiknya juga menyertakan produk gandum, kacang-kacangan, serta
mengurangi jumlah daging merah, makanan manis, dan minuman yang
mengandung gula.
Untuk
mengotrol tekanan darah agar tidak mengalami kenaikan yang signifikan,
maka makanlah setidaknya lima porsi buah dan sayuran segar setiap hari,
produk susu rendah lemak secara teratur.
3.3.3 Pencegahan pada Kolesterol
Orang
yang paling berisiko memiliki kadar kolesterol tinggi adalah mereka
yang menerapkan pola makan yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi.
Lemak jenuh (ditemukan pada daging, mentega, keju, dan krim)
meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah. Namun, pola makan yang
sehat dapat menurunkan kadar kolesterol sekitar 5-10%, bahkan lebih.
Mengurangi asupan lemak jenuh dan makan lebih banyak buah, sayuran,
salad, sterol tumbuhan, dan kedelai juga dapat membantu.
BAB IV
SIMPULAN
1.Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan dan beberapa ulasan di halaman sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa pola makan vegetarian merupakan salah satu diet yang
menyehatkan tubuh dan merupakan pola makan pencegah penyakit degeneratif
yang mana penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian nomor
satu di dunia.
Dengan adanya pola
makan vegetarian atau pola makan nabati ini, semoga masyarakat dapat
terhindar dari penyakit-penyakit degeneratif, terutama penyakit kanker,
jantung koroner, diabetes mellitus, dan lain sebagainya; sehingga
terciptalah masyarakat yang sehat dan memiliki kualitas hidup yang
tinggi serta dapat hidup lebih produktif.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.numpuktugas.blogspot.com
http://www.tugaskita.ml
Bangun, A. P. 2003. Vegetarian: Pola Hidup Sehat Berpantang Daging. Jakarta: Agromedia Pustaka Brudenell, Michael dan Marjorie Doddridge. 1996. Diabetic Pregnancy. Jakarta: EGCBrown, Pam dan Rebecca Fox-Spencer. 2007. Osteoporosis. Jakarta: Erlangga (alih bahasa Juwalita Surapsari, editor Rina Astikawati dan Amalia Safitri)
Kusharisupeni. 2010. Vegetarian, Gaya Hidup Sehat Masa Kini. Yogyakarta: ANDI
Muhammad, H.F.L dan Prima O.H. 2010. Bebas Kanker Tanpa Daging. Yogyakarta: Jogja GREAT
Palmer, Anna dan Bryan Williams. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga (alih bahasa Elizabeth Yasmine, editor Rina Astikawati dan Amalia Safitri)
MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF DAN VEGETARIAN LENGKAP 2017
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
September 19, 2017
Rating:
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
September 19, 2017
Rating:

No comments:
Post a Comment