BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Sebelum
Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan
yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah kita
pelajari pada materi sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia
kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih)
kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi),
yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang.
Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak
hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku
masyarakat Indonesia.
2. Rumusan Masalah
- Bagaimana Peradaban Indonesia pada masa sebelum dan sesudah Kemerdekaan?
- Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?
- Bagaimana Perkembangan Islam masa Modern di Indonesia?
- Bagaimana perkembangan seni budaya Islam di Indonesia?
3. Tujuan Mempelajarinya
- Mengetahui bagaimana cara berkembangnya islam di Indonesia
- Mengetahui sejarah peradaban Indonesia
- Agar mengetahui seni budaya di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1.Peradaban di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan
- Sebelum Kemerdekaan
Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai
abad ke delapanmasehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu
nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun dileran
dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan
seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai
dalam perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama islam yang
bermahzab Syafi’I telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu
berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama
islam ke Indonesia.
Daerah yang pertama-pertama dikunjungi ialah :
a.
Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian
meluas sampai bisa mendirikan kerajaan islam pertama di Samudera Pasai,
Aceh Utara.
b.
Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa
abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.
Pada
permulaan abad ke XVII dengan masuk islamnya penguasa kerajaan Mataram,
yaitu: Sultan Agung maka kemenangan agama islam hampir meliputi sebagai
besar wilayah Indonesia. Sejak pertengahan abad ke
XIX, agama islam di Indonesiasecara bertahap mulai meninggalkan
sifat-sifatnya yang Singkretik(mistik). Setelah banyak orang Indonesia
yang mengadakan hubungan dengan Mekkah dengan cara menunaikan ibadah
haji, dan sebagiannya ada yang bermukim bertahun-tahun lamanya.
Ada tiga tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni :
- Pada Masa Kesultanan
- Pada Masa Penjajahan
- Pada Masa Kemerdekaan
Ajaran
islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu
saja. Berdasarkan pengalaman melawan penjajah yang tak mungkin dihadapi
dengan perlawanan fisik, tetapi harus melalui pemikiran-pemikiran dan
kekuatan organanisasi.
Untuk
mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum penjajah, maka
Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama bersama-sama menjadi sponsor pembentukan
suatu federasi islam yang baru yang disebut Majelis Islan Ala Indonesia
( Majelis Islam Tertinggi di Indonesia ) yang disingkat MIAI, yang
didirikan di Surabaya pada tahun 1937.[1]
2. Perkembangan Islam di Indonesia
- Kedatangan islam di indonesia
Sejak
zaman prasejarah, penduduk kepulauan indonesia dikenal sebagai
pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad
masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan
indonesia dengan berbagai daerah daratan asia tenggara.wilayah barat
nusantara dan sekitar malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang
menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana
menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara
cina dan india. Sementara itu, pala dan cenkeh yang berasal dari maluku,
dipasarkan dijawa dan sumatra, untuk kemudian dijual pada pedagang
asing. Pelabuhan-pelabuhan penting disumatra dan jawa antara abad ke-1
dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing, seperti lamuri (Aceh) Barus
dan Palembang di Sumatera, (Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa).
Pedagang-pedagang
Muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai ke kepulauan
Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7M (abad I H), islam pertama
kali berkmbang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan
portugis (1511), merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan
pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh
plosok Nusantara dibawa ke Cina dan India., terutama Gujarat, yang
melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu itu. Dengan
demikian , Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke
Barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasi Laut Arab. Dari sana
perjalanan bercabang dua. Jalan pertama di sebelah Utara menuju teluk
Oman, melalui selat Ormuz ke Teluk Persia. Jalan kedua melalui Teluk
Aden dan Laut Merah, dan dari kota Suez jalan perdagangan harus melalui
daratan ke kairo dan Iskandariah. Melalui jalan pelayaran tersebut,
kapal-kapal Arab, Persia dan India mondar mandir dari Barat ke Timur dan
terus ke negri Cina dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran
pulang perginya.
Ada
indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan tersebut sesudah
abad ke-9M tetapi tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai
di pantai barat India, karena barang-barang yang di perlukan sudah dapat
di beli di sini. Kapal-kapal indonesia juga mengambil bagian dalam
perjalanan niaga tersebut. Pada Zaman Sriwijaya, pedagang-pedagang
Nusantara mengunjug pelabuhan-pelabuhan Cina dan Pantai Timur Afrika.
Sampai
berdirinya kerajaan-kerajaan islam itu, perkembangan agama islam di
indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase. (1) Singgahnya
pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya
adalah berita luar negri,terutama Cina, (2) Adanya komunitas-komunitas
islam dibeberapa daerah di kepulauan Indonesia. Sumbernya, di samping
berita-berita asing juga makanan-makanan Islam, dan (3) berdirinya
kerajaan-kerajaan islam.
2. Kondisi dan situasi politik kerajaan-kerajaan di Indonesia
Cikal
bakal kekuasaan islam telah dirintis pada periode abad 1-5H/7-8M,
tetapi semua tenggelam dalam hegemoni maritm Sriwijaya yang erpusat di
Palembang dan Majapahit di jawatimur . pada periode ini para pedagang
dan mubaligh muslim membentuk komunitas-komunitas islam. Mereka
memperkenalkan islam yang mengajarkan toleransi dan kesamaan derajat di
antara sesama, sementara ajaran Hindu-Jawamenekankan prbedaan derajat
manusia. Ajaran islam ini sangat menarik perhatian penduduk setempat.
Karena itu, islam tersebar di kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski
dengan damai.
Masuknya
islam ke daerah-daerah di indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan.
Di samping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika
datang islam juga berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-10M, kerajaan
Sriwijaya meluaskan kekuasaanya ke daerah Semenanjung Malaka sampai
Kedah. Hal itu erat hubunganyaa dengan usaha penguasaan selat Malakayang
merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional. Datangnya
orang-orang muslim kedaerah itusama sekali belum memperhatikan
dampak-dampak politik., karena mereka datang hanya memang untuk usaha
pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang islam dalam bidang
poitik terlihat pada abad ke-9M, ketika mereka terlibat dalam
pemberotakanpetani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan
kaisar Hi-Tsung (878-889M). Akibat pemberontakan itu, kaum muslimin
banyak yang dibunuh. Sebagian lainya ke Kedah, wilayah yang masuk ke
kekuasaan Sriwijaya, bahkan ada yang ke Palembang dan membuat
perkampungan Muslim disini. Kerajaan-kerajaan Sriwijaya pada waktu itu
memang melindungi orang-orang muslimdi wilayah kekuasaanya.
Di
kerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih
berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak
daerah dikepulauan Nusantara mengakui berada dibawah perlindunganya.
Tetapi sejak Gajah Mada meninggal dunia (1364M) dan di susul Hayam Wuruk
(1389M), situasi Majapahit kembali mengalami kegoncangan. Perebutan
kekuasaan anara Wikramawhardana da Bhre Wirabumi berlangsung lebih
dari sepuluh aun. Setelah Bhre Wirabumi meninggal, perebutan kekuasaan
dikalangan istana kembali muncul dan berlarut-larut. Pada tahun 1468M
Maja Pahit di serang Girindrawardhana dari Kediri. Sejak itu, kebesaran
Majapahit dapat di katakan sudah habis. Tome Pires (1512-1515M), dalm
tulisanya suma oriental, tidak lagi menyebut-nyebut nama Majapahit.
Kelemahan-kelemahan yang semakin lama semakin memuncak akhirnya
menyebabkan keruntuhannya.
3. Munculnya pemukiman-pemukiman muslim di kota-kota pesisir
Seperti
disebutkan di atas, menjelang abad ke-13M, pesisir aceh sudah ada
pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang
muslim dari Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi didaerah
ini. Karena itu, diprkirakan, proses islamisasi sudah berlangsung sejak
persentuhan itu terjadi. Dengan demikian, dapat dipahami mengapa
kerajaan islam pertama di Kepulauan Nusantara ini berdiri di Aceh, yaitu
kerajaan Pasai yang didirikan pada pertengahan abad ke-13M, setelah
kerajaan islam ini berdiri, perkembangan masyarakat muslim di Malaka
makn lama makin meluas dan pada awal abad ke-15M, di daerah ini lahir
kerajaan islam kedua di asia tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang,
bahkan dapat mengambi alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari
kerajaan Samudra Pasai yang kalah bersaing. Lajunya perkembangan
masyarakat Muslim ini berkaitan erat dengan keruntuhan Sriwijaya.
Setelah
malaka jatuh ke tangan portugis (1511 M), mata rantai penting pelayaran
beralih ke Aceh, kerajaan islam yang melanjutkan kejayaan Samudra
pasai. Dari sini, proses islamisasi di kepulauan Nusantara berlangsung
lebih cepat dari sebelumnya. Untuk menghindari gangguan portugis yang
menguasai Malaka, untuk sementara waktu kapal-kapal pemilih berlayar
menelusuri pantai Barat Sumatra. Aceh kemudian berusaha melebarkan
kekuasaanya ke Selatan sampai ke Pariaman dan Tiku. Dari pantai Sumatra,
kapal-kapal memasuki selat Sunda menuju pelabuhan-pelabuhan di pantai
Utara Jawa.
Berdasarkan
berita Tome Pires (1512-1511), dalam suma oriental-nya, dapat diketahui
bahwa daerah-daerah dibagian pesisir Sumatra Utara dan Timur selat
Malakayaitu dari Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat masyarakat
dan kerajaan-kerajaan islam. Akan tetapi, menurut berita itu,
daerah-darah yang belum islam juga masih banyak, yaitu palembang dan
daerah-daerah pedalaman. Proses islamisasi ke daerah-daerah pedalaman
aceh, Sumatra Barat, terutama terjadi sejak aceh mlakukan ekspansi
politiknya pada abad ke-16 dan ke-17M.
Sementara
itu, di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung, sejak abad ke-11M,
meskipun belum meluas; terbukti dengan di temukanya makam Fatimah binti
Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475H (1082M). Berita tentang
islam di Jawa pada abad ke-11 dan 12M memang masih sangat langka. Akan
tetapi, sejak akhir abad ke-13M dan abad-abad berikutnya, terutama
ketika Majapahit mencapai puncak kebesaranya, bukti-bukti adanya proses
islamisasi sudah banyak, dengan ditemukanya beberapa puluh nisan kubur
di Troloyo, Trowulan dan Gresik. Bahkan, menurut berita Ma-huan tahun
1416M, di pusat Majapahit maupun dipesisir, terutama dikota-kota
pelabuhan, telah terjadi proses islamisasi dan sudah pula terbentuk
masyarakat muslim.
Pertumbuhan
masyarakat islam disekitar Majapahit dan terutama di beberapa kota
pelabuhan di Jawa erat hubunganya dengan perkembangan pelayaran dan
perdagangan yang dilakukan orang-orang islam yang telah mempunyai
kekuasaan ekonomi dan politik di Samudra Pasai,Malaka dan Aceh.
Tome
Pires juga menyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak
Islam, yaitu Demak, dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir Utara Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, di samping masih ada
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu.
Melihat
makam-makam muslim yang terdapat di situs-situs Majapahit, diketahui
bahwa islam sudah hadir di ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu sudah
mencapai puncaknya. Meskipun demikian, lazim dianggap bahwa islam di
Jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnya kerajaan
Hindu-Budhis. Islam menyebar ke posisi pulau jawa melalui hubungan
perdagangan, kemudian dari pesisir ini, agak belakang menyebar ke
pedalaman pulau itu. Di beberapa tempat, raja-raja jawa yang kafir
menjadi muslim, sementara para mullah dan para pedagang muslim mendapat
posisi di sana. Yang lain mengambil jalan membangun benteng di sekitar
tempat-tempat mereka tinggal dan mengambil masyarakat-masyarakat
pribuminya, yang berlayar di kapal-kapal mereka. Mereka membunuh
raja-raja jawa serta menjadikan diri mereka sebagai raja. Dengan cara
ini . mereka menjadikan diri mereka sebagai tuan-tuan di pesisir itu
serta mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di Jawa.
Perkembangan
islam di pulau jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi raja
Majapahit. Hal itu memberi peluan kepada raja-raja islam pesisir untuk
membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah bimbingan
spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan tang tertua dari wali songo, Demak
akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat.
Pengaruh
islam masuk ke Indonesia bagian timur, khususnya daerah Maluku, tidak
dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat
lalulintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa dan Maluku. Menurut
tradisi setempat, sejak abad ke-14M, islam datang ke daerah Maluku. Raja
ternate yang ke duabelas, Molomatea (1350-1357M) bersahabat karib
dengan orang Arab yang memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal,
tetapi agaknya bukan dalam kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa di
Ternate sudah ada masyarakat islam sebelum rajanya masuk islam. Demikian
juga di Banda, Hitu, Makyan, dan Bacan. Menurut TomePires, orang masuk
islam di Maluku kira-kira tahun 1460-1465M. Hal itu sejalan dengan
berita Antonio Galvao. Orang-orang islam datang ke maluku tidak
menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan
sebagaimana halnya di Jawa. Mereka datang dan menyebarkan agama Islam
melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan.
Proses
islamisasi pada taraf pertama di kerajaan Gowa di lakukan dengan cara
damai, oleh Dato’ Ri Bandung dan Dato’ Sulaeman keduanya memberikan
ajaran-ajaran islam kepada masyarakat dan raja. Setelah secara resmi
memeluk agama islam, Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng. Wajo, dan
terakhir Bone. Kerajaan-kerajaan itupun masuk islam, Wajo, 10 Mei 1610M
dan Bone, 23 November 1611 M. Proses islamisasi tidak
berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam tetapi terus
berlangsung intensif dengan berbagai cara dan saluran.
3. Saluran dan cara-cara islamisasi di Indonesia
Kedatangan
islam dan penyebaran kepada golongan bangsawa dan rakyat umumnya,
dilakukan secara damai. Apabila situasi politik dalam kerajaan mengalami
kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan
keluarga istana, maka islam di jadikan alat politik bagi golongan
bangsawan atau pihak-pihak yang menghendakikekuasaan itu. Mereka
berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim yang posisi ekonominya kuat
karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Apabila kerajaan islam sudah
berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan non-islam.
Hal itu bukanlah persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk
menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam yaitu:
- Saluran perdagangan
- Saluran Perkawinan
- Saluran Tasawuf
- Saluran Pendidikan
- Saluran Kesenian
- Saluran Politik[2]
4. Perkembangan Islam pada masa Modern di Indonesia
- Sejarah Latar Belakang Perkembangan Islam Masa Modern di Indonesia
Di Indonesia, terdapat pembaharu atau partai politik besar yang menentang penjajahan diantaranya:
Ø
Sarekat Islam (SI) dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto berdiri pada
tahun 1912 dan merupakan kelanjutan dari Sarikat Dagang Islam yang
didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911.
Ø Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Sukarno (1927).
Ø Pendidikan nasional Indonesia (PNI-baru) didirikan oelh Mohammad Hatta(1931).
Ø Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) menjadi partai politik tahun 1932 yang dipelopori oleh Mukhtar Luthfi.
Munculnya
gagasan nasionalisme yang diiringi oleh berdirinya partai-partai
politik tersebut merupakan asset utama umat Islam dalam perjuangan untuk
mewujudkan Negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik barat.
Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan dari partai-partai
politik yang penduduknya mayoritas muslim adalah Indonesia. Indonesia
merupakan Negara yang mayoritas muslim yang pertama kali berhasil
memproklamirkan kemerdekaannya yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Negara
kedua yang terbebas dari penjajahan yaitu Pakistan. Merdeka pada tanggal
15 agustus 1947 dengan presiden pertamanya Ali Jinnah.
2. Gerakan Modern Islam di Indonesia
Pembaharuan
dalam Islam atau gerakan modern Islam yang lahir di Timur Tengah sangat
berpengaruh terhadap gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Pengaruh
tersebut seperti munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan modern di
Indonesia pada awal abad ke- 20. Organisasi atau kelembagaan dimaksud
yaitu Jamiatul Khair (1905) yang bertujuan izzul Islam wal Muslimin
kejayaan Islam dan umatnya dengan gerakannya yaitu mendirikan sekolah
tingkat dasar dan mengirimkan anak muda berprestasi ke Turki. Al Irsyad,
yaitu bergerak dalam bidang pendidikan pendirinya adalah Syekh Ahmad
Sorkati dan para pedagang. Muhammadiyah, yaitu didirikan oleh KH Ahmad
Dahlan tanggal 18 november 1912 di Jogjakarta dengan tujuan Menggapai
Surga dengan ridha Allah SWT dan mencapai masyarakat yang aman, damai,
makmur, sejahtera dan bahagia disertai dengan nikmat Allah yang melimpah
ruah dengan baldatun tayyibatun wa rabbun gafur.
Persatuan
Islam didirikan oleh Ahmad Hasan dan M. Natsir di Bandung tahun 1920,
kegiatan utamanya tabligh, khotbah dan penerbitan guna memurnikan
syari’at Islam. SDI (Syarikat Dagang Islam) didirikan oleh Haji Saman
Hudi di Solo tahun 1911. SDI diubah menjadi PSI (Partai Serikat Islam)
dan tahun 1929 diubah lagi menjadi PSII (Partai Serikat Islam
Indonesia), semula bergerak dalam ekonomi dan keagamaan kemudian berubah
menjadi kegiatan politik. N U (Nahdhatul Ulama) yaitu didirikan oleh KH
Hasyim Asy’ ari tanggal 13 januari 1926 di Surabaya dengan tujuan
membangkitkan semangat juang para ulama di Indonesia. Matla’ul Anwar,
pendirinya adalah KH Yasin pada tahun 1905 di Banten dengan kegiatanyya
berupa sosial keagamaan dan pendidikan. Perti (Pergerakan Tarbiyah)
didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar Rasuli pada tahun 1928 di Sumatera
Barat. Kegiatannya bergerak dalam bidang pendidikan, memberantas bid’ah,
khurafat dan takhayul serta taklid umat Islam.
3. Beberapa Hikmah Mempelajari Sejarah Perkembangan Islam Pada Abad Modern
- Sejarah dikemukakan dalam Al Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang dialamiumat manusia di masa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikmah dari sejarah mendapat kecaman karena mereka tidak mendapat pelajaran apapun dari kisah dalamAl Qur’an. Melalui sejarah, kita dapat mencari upaya antisipasi agar kekeliruan yangmengakibatkan kegagalan di masa lalu tidak terulang di masa yang akan datang.
- Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika mengambil sikap. Bagi orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan petunjuk-Nya,orang tersebut akan mendapat keselamatan.
- Pembaruan akan memberi manfaat berupa inspirasi unutk mengadakan perubahan-perubahan sehingga suatu pekerjaan akan menjadi lebih efektif dan efisien.
- Dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat di kalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaran ketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan Pengaruh Gerakan Modernisasi Islam Terhadap Perkembangan Islam di Indonesia
4. Perjalanan Peta Politik Islam Indonesia
Islam
mulai memasuki wilayah politik indonesia sejak pertama kali negara
indonesia mengadakan pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat suatu
wadah, yaitu mendirikan partai politik. Pada waktu itu partai yang
berasaskan islam yaitu ada dua pertama, Partai Masyumi dan Partai NU.
Melalui wadah ini umat islam memainkan perannya sebagai seorang
politikus yang ingin menanamkan nilai-nilai islam. Dalam tesis Harun
Nasution yang berjudul The Islamic State in Indonesia. The Rise of the
Ideology, the Movement for its Creation and the Theory of the Masjumi,
beliau mengemukakan bahwa ada perbedaan besar antara NU dan Masyumi.
Kaum modernis di dalam Masyumi pada umumnya mereka hendak membangun
suatu masyarakat muslim dan sebagai akibatnya mereka mengharapkan suatu
negara islam. Kelompok yang diwakili NU lebih sering memperjuangkan
suatu Negara sebagai langkah pertama dan melalui negara islam ini mereka
hendak mewujudkan suatu masyarakat islam (hlm. 76-77). Suatu perbedaan
lain adalah, bahwa ulama mendapat kedudukan yang penting dalam
organisasi negara konsep NU, sedangkan posisi mereka tidak begitu
menonjol dalam pemikiran kaum Masyumi (92). [3]
5. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Pendidikan
islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan
al-Qur’an dan Hadits.[4] Pada awal kemerdekaan pendidikan islam dianggap
sebagai musuh oleh kaum penjajah. Sebab, pendidikan islam kerap
mengjarkan melawan akan kebatilan yang dilakukan oleh para penajajah.
Kini pendidikan islam berkembang subur, laksana rumput ditanah yang luas
tersiram air hujan. Tumbuh tiada terbendung.
Kemajuan
dari poendidikan islam di indonesia dapat kita lihat dari; semakin
luasnya persebaran pondok pesantren, yang merupakan basis penyebaran
islam di indonesia. Sebutan pesantren hanya dipakai di pulau Jawa.
Sementara di daerah lain, istilah ‘pesantren’ untuk di Aceh dikenal
dengan sebutan dayah, di padang dengan istilah suarau.[5]
Disamping
pesantren, lembaga formal pendidikan islam-pun, mulai banyak
bermunculan di Indonesia. Dari mulai; Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan Perguruan Tinggi Islam. Walupun dari
segi kuantitas banyak. Akan tetapi, kalau kita melihat dari segi
kualitas belum tentu sebanyak jumlahnya. Contohnya, pada pencapaian
nilai UAN sekolah yang yang mencapai nilai tertinggi rata-rata dari
sekolah non-islam. Disamping lembaga pendidikan berupa sekolah dan
Strata-1, Program pasca sarjana pun mulai tahun 1982 dibuka di IAIN.
4. Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia
- Peradaban Seni Budaya di Indonesia
Seni
adalah sesuatu hasil karya manusia yang indah, baik dalam bentuk
materiil, maupun nonmateriil,sedangkan budaya adalah salah satu hasil
peradaban seni. Islam pun mengenal yang namanya seni,yang pada
hakikatnya merujuk pada sesuatu yang bagus dan indah. Pada Q.S.
As-Sajdah [32] : 7 disebutkan: “yang membuat segala sesuatu yang Dia
ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”.
Budaya
Islam Indonesia tidak sehebat seperti Kerajaan Mughal di India dengan
Taj Mahal-nya. Hal inidisebabkan Islam masuk ke Indonesia dengan jalan
damai sehingga seni Islam harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan
lama, dan Nusantara adalah negeri yang merupakan jalur perdagangan
internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah
perdagangan daripada kesenian.[6]Keseniannya sangat sederhana dan
miskin. kekuatan himmah seperti mendorong Muslim di negara lain untuk
menciptakan pekerjaan besar, tidak muncul di Indonesia. Kalau pun
muncul, biasanya berasal dari negara luar atau peniruan yang tidak
lengkap. Walaupun demikian, masuknya Islam ke Indonesia membawatamaddun
(kemajuan) dan kecerdasan bagi bangsa Indonesia.[7] Islam datang ke
Indonesia memberikan perubahan dalam bidang seni, misalnya, penggunaan
batu nisan, seni bangunan,seni sastra, dan seni ukir.
2. Macam-Macam Seni Budaya Islam di Indonesia
1.Batu Nisan
Kebudayaan
Islam di Indonesia mula-mula masuk ke Indonesia dalam bentuk batu
nisan. Di Pasai masih dijumpai batu nisan makan Sultan Malik al-Saleh
yang wafat pada tahun 1292. Batunya terdiri dari pualam putih diukir
dengan tulisan arab yang sangat indah berisikan ayat al-qur’an dan
keterangan tentang orang yang dimakamkan serta hari dan tahun wafatnya.
Makam-makam yang serupa dijumpai juga di Jawa, seperti makam Maulana
Malik Ibrahim di Gresik. Nisan itu umumnya didatangkan dari Gujarat
sebagai barang pesanan. Bentuknya lunas (bentuk kapal terbalik) yang
mengesankan pengaruh Persia. Bentuk-bentuk nisan kemudian hari tidak
selalu sama.
2. Arsitektur (Seni Bangunan)
Wujud
akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid,
makam, istana. Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal
perkembangan Islam, juga memperlihatkan adanya unsur akulturasi dari
segi arsitektur ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya contohnya
istana Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala
(Hindu).
3. Seni Rupa
Tradisi
Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief
yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun
terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar
didapat keserasian, ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera
yang distilir. Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan
di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang.
Untuk hiasan pada gapura.
Ketika
Islam baru datang ke Indonesia, terutama ke Jawa, ada kehati-hatian
para penyiar agama. Banyak candi-candi besar, termasuk candi Borobudur,
yang semula ditimbun tanah pada masa penjajahan Belanda dan kemudian
digali kembali, supaya tidak mengganggu para mualaf. Mempuat patung dari
seni ukir pun dilarang, kalaupun timbul kembali, kesenian itu harus
disamarkan, sehingga seni ukir dan seni patung menjadi terbatas kepada
seni ukir saja.[8]
4. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya
agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau
tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang
tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul
yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi
tidak menggunakan tandatanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di
samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang
banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.[9]
Sedangkan
dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni
sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan
sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud
akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara
yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan
isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada
jaman Hindu.
3. Pengaruh Masuknya Islam terhadap Bangsa Indonesia
Jauh
sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama
hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut
animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam
berpengaruh besar baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di
bidang kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini:
- Pengaruh Bahasa dan Nama
- Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni
- Pengaruh dalam Bidang Politik
- Pengaruh di bidang ekonomi[10]
DAFTAR PUSTAKA
Sudirman,
Pembaharuan Hukum Islam : Mempertimbangkan Harun Nasution, dalam
Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, Jakarta: LSAF, 1989,
Prof. Dr. A. Tafsir, dkk., cakrawala penididikan islam, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004,
Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Islam Histori Dinamika Studi di Indonesia, Hal. 67
F. P ijper, Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, Terjemahan. Tudjimah Yessy Augusdin ( Jakarta: UI-Press, 1985)
Ismail Raji Al Faruqi, Seni Tauqid Ekpresi Estetika Islam, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1999)
[3] Sudirman, Pembaharuan Hukum Islam : Mempertimbangkan Harun Nasution, dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, Jakarta: LSAF, 1989, Hal. 153
[4] Prof. Dr. A. Tafsir, dkk., cakrawala penididikan islam, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004, Hal. 2
[5] Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Islam Histori Dinamika Studi di Indonesia, Hal. 67
[7] G. F. P ijper, Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, Terjemahan. Tudjimah Yessy Augusdin ( Jakarta: UI-Press, 1985) hal. 44
[8] Ismail Raji Al Faruqi, Seni Tauqid Ekpresi Estetika Islam, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1999) hal. 67
Prof. Dr. A. Tafsir, dkk., cakrawala penididikan islam, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004,
Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Islam Histori Dinamika Studi di Indonesia, Hal. 67
F. P ijper, Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, Terjemahan. Tudjimah Yessy Augusdin ( Jakarta: UI-Press, 1985)
Ismail Raji Al Faruqi, Seni Tauqid Ekpresi Estetika Islam, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1999)
[3] Sudirman, Pembaharuan Hukum Islam : Mempertimbangkan Harun Nasution, dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, Jakarta: LSAF, 1989, Hal. 153
[4] Prof. Dr. A. Tafsir, dkk., cakrawala penididikan islam, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004, Hal. 2
[5] Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Islam Histori Dinamika Studi di Indonesia, Hal. 67
[7] G. F. P ijper, Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, Terjemahan. Tudjimah Yessy Augusdin ( Jakarta: UI-Press, 1985) hal. 44
[8] Ismail Raji Al Faruqi, Seni Tauqid Ekpresi Estetika Islam, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1999) hal. 67
MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESIA LENGKAP
Reviewed by https://numpuktugas.blogspot.com/
on
September 19, 2017
Rating:
No comments:
Post a Comment